11.1 Biasanya Irvan....

24.3K 4K 339
                                    

Selamat membaca💃
***

"Baguslah kamu kembali ke apartemen."

Purna merebahkan tubuh malam itu. Ponselnya masih bertengger di telinga kanannya. "Aku di sini sementara aja, Ma. Sampai Kusni baikan."

Tanpa sadar Purna menoleh ke sahabatnya yang terus meringkuk di ranjang yang bersebelahan dengannya. Kusni sampai tidak masuk kuliah selama seminggu karena takut diteror mantan pacarnya itu.

"Di situ saja sama Kusni udah. Tidak usah pindah ke kos lagi."

"Ma ...." Purna mendesah pasrah. Kalau sudah begini, mamanya akan menceramahinya panjang lebar tentang nyamannya tinggal di apartemen.

"Kusni memangnya keberatan menemani kamu tinggal di situ?"

Keberatan, sih, tidak. Tetapi Kusni selalu berusaha membayar biaya sewanya sendiri karena merasa menumpang padanya. Dan Purna menceritakan itu pada mamanya sekarang.

"Bilang saja tidak usah. Atau Mama saja yang bicara. Hitung-hitung dia menemani kamu."

"Nanti, deh, Ma. Aku coba bujuk. Dia lagi sakit sekarang."

"Ya sudah. Mama tutup, ya."

"Iya, Ma."

"Eh, sebentar. Mama kelupaan sesuatu."

"Apa?"

"Tante Inggrid titip salam ke kamu."

Topik itu lagi. Bukannya tidak suka, tetapi Purna merasa bingung saja menanggapi. "Mama ketemu lagi?"

Suara di seberang sana terdengar bersemangat. "Belum. Bukannya masih di Jakarta? Tante Inggrid kirim pesan ke Mama dikira Mama belum balik ke Banjarmasin."

"Terus?" Purna merasa benar-benar bingung sekarang. "Salamin balik aja, Ma."

"Kamu tidak berniat menceritakan sesuatu sama Mama?"

Purna mencium bau-bau aneh. Mama Elsa sepertinya curiga padanya.

"Tentang apa, Ma?"

"Kamu dan Kanser."

***

"Jaga kesehatan, Nak. Mama tidak bisa terus memantaumu."

Kanser memeluk Inggrid erat. Mereka sedang di bandara. Inggrid akan kembali ke Banjarmasin hari ini.

"Kenapa Mama nggak di sini aja?"

"Mama meneruskan usaha almarhum Kakek, Kan. Tidak bisa diurus dari sini." Inggrid mengusap pelan kepala Kanser.

"Tapi Mama bisa lebih lama di sini."

"Mau dikenalin sama Purna?"

Kanser mengerjap. Kini dia tahu kenapa Purna sering melakukan itu. Kaget dan malu membuat gerak refleksnya terlihat menggemaskan.

"Sering-sering kabari Mama. Jangan tutupi apa pun," nasihat Inggrid. Dia melepas pelukan Kanser. "Baru pertama kali kamu cerita tentang perempuan. Biasanya Leo yang cerita. Anak Mama sudah dewasa, ya, sekarang."

Jangan tanya kenapa Inggrid bisa tahu semuanya. Kebahagiaan Kanser selepas bertemu Purna saat itu membawanya menemui Inggrid di apartemen Leo hanya untuk bercerita tentang gadis itu. Dan, ya, itu hal pertama yang dilakukannya ke mamanya.

"Tidak marah lagi ke Mama, kan?"

Pertanyaan itu menyentak Kanser. Kemarin, awalnya Kanser tidak ada keraguan saat berniat menceritakan tentang Purna, tetapi ekspresi Inggrid biasa saja, malah menanyakan Cheryl. Hal itu membuatnya sedikit kecewa. Dia kira Inggrid lebih menyukai Cheryl.

EGOMART!: Selamat Pagi, Selamat Datang di Egomart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang