12.1 Terbohongi

21.2K 3.3K 112
                                    

Selamat membaca💃
***

Kanser mendengar suara bel berkali-kali. Dia mengucek matanya dan melirik jam di nakas. Astaga, ini bahkan jam 6 pagi. Siapa tamu yang datang pagi-pagi begini mengganggu istirahatnya? Suara bel yang beruntun membuat Kanser terpaksa bangun dan menuju pintu. Setelah membuka pintu, dia berdecak kesal.

"Lama banget, sih, bukainnya!" Purna sudah bersungut-sungut padanya.

"Ini masih pagi. Kamu nggak bilang mau ke sini."

"Cheryl juga waktu itu malah pagi-pagi banget nemuin kamu, tapi kamu nggak semarah ini."

Kanser hanya bisa menghela napasnya dengan pelan. Kalau perempuan cemburu, dia bisa apa? Dia hanya mengikuti Purna yang berjalan ke dapur.

"Kamu ngapain?" tanya Kanser bingung saat Purna menyiapkan peralatan masak.

"Katanya mau coba makanan restoranku. Jadi aku masakin aja. Daripada makan di sana, mending aku buatin langsung."

Kanser tertawa. Segitu usahanya Purna agar Kanser tidak menuntut dibawa ke restoran? "Khusus buatku, ya?"

Purna menoleh ke belakang dan memberikan senyum. "Kamu mandi dulu. Masakanku khusus buat orang yang udah mandi dan wangi."

Kanser hanya tertawa lalu berjalan menuju kamar mandi. Purna menghela napas setelah itu. Dia akan mengatakan semuanya nanti, dalam keadaan Kanser yang sedang baik, semoga saja bisa mengerti.

Purna tidak terlalu lama berkutat di dapur. Tidak perlu mengasap ikan sendiri karena mengambil makanan setengah jadi dari persediaan restoran. Kanser meminta maaf karena tidak bisa membantunya, lelaki itu masih mengurus struktur dalam minimarketnya. Lagi pula Kanser pasti hanya bisa mengganggunya saja.

"Mama kamu bilang, kamu suka makanan Manado," ujar Purna saat Kanser ke dapur dan membantunya memindahkan makanan.

"Iya." Kanser memasukkan jarinya dan mencicipi sambal roa. "Enak."

Purna membanggakan diri. "Iya, dong. Kamu nggak suka dabu-dabu?"

Kanser duduk di sebelah Purna. "Suka. Aku suka semua jenis sambal."

"Aku bikinnya dikit. Takutnya kamu nggak suka."

Kanser mulai menyantap satu persatu. "Semua yang kamu bikin, aku suka."

Purna mendengus. Dia diam dan memperhatikan Kanser makan. Lelaki itu selalu terlihat menyenangkan di matanya. Baik dulu saat masih suka membentaknya, maupun sekarang. Ataupun bahkan dulu saat masih kecil dan selalu menjailinya.

Kanser menatap sayur ca kangkung, cakalang fufu, sambal dabu-dabu dan roa, dengan perkedel ikan. Itu porsi besar baginya. Pasti tidak mudah memasak sendiri. Kecuali itu adalah hobi Purna. Selama ini tidak terlihat bahwa gadis di sebelahnya ini pintar memasak.

"Kamu udah lama suka masak?" tanya Kanser akhirnya.

"Sejak kecil Mama ngajarin aku masak."

"Kenapa nggak makan?" Kanser mengernyit saat Purna hanya memandanginya makan. "Nunggu aku suapin?"

"Hih, pede!" Sebal Purna. Dia menolak saat Kanser hampir menyuapinya. "Aku suka masak, tapi nggak suka makan."

"Kenapa bisa gitu?"

"Seneng aja lihat orang makan masakanku."

Kanser menaikkan satu alisnya, tapi lalu kembali makan. Entah karena ini pagi hari dan dia lapar atau hal lain, tapi Kanser sangat suka masakan Purna. Semuanya serba pas. "Nggak habis," keluhnya setelah menyelesaikan makan.

EGOMART!: Selamat Pagi, Selamat Datang di Egomart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang