9.2 PEDE KATE

26.6K 4.2K 302
                                    

Selamat membaca💃
***

Kanser sedang bersantai di ruang tengah sembari menonton televisi saat terdengar seseorang memanggil namanya. Dia mengernyit lalu menoleh ke sumber suara. Kedua matanya segera membulat karena kaget. Senyum teduh wanita itu membuatnya bergumam, "Mama."

Inggrid menghampiri anaknya, begitu juga Kanser yang segera berdiri dan memeluk mamanya erat. "Mama kapan ke sini? Kenapa nggak bilang?"

Pelukan itu terlepas. Inggrid mengecupi wajah Kanser dengan sayang. "Kamu apa kabar?"

Kanser balas mengecup pipi mamanya. "Baik. Mama?"

Mereka duduk di sofa. Inggrid mengernyit saat melihat Kanser berhati-hati duduk di sofa. "Kamu kenapa?"

Kanser menggeleng. Dia kembali berdiri dan berjalan ke dapur. "Aku ambilkan minum dulu."

Sekembalinya Kanser, Inggrid tetap menanyakan keadaan kanser. Pasalnya, alasan dia ke sana memang karena merasa anak keduanya itu tidak baik-baik saja.

"Ada yang kalian sembunyikan dari Mama?" Inggrid kembali menyelidik.

Kanser masih menggeleng kuat. Ekspresi lelaki itu terkesan tak acuh.

"Kanser ...." Inggrid mendekat pada anaknya yang tidak mau menatapnya. Dia semakin yakin Kanser menyembunyikan sesuatu darinya. "Menjadi orang tertutup terkadang membuatmu sakit sendiri."

Kanser tetap diam.

"Kamu tahu ... Papamu adalah orang yang selalu menyembunyikan apa pun dari semua orang, termasuk Mama walaupun kami sudah menikah."

Kanser mengernyit. Baru kali ini dia mendengar Inggrid menceritakan topik itu. Sejak dulu tidak ada yang mengungkit. Dia tidak pernah tahu alasan mengapa orang tuanya bercerai.

"Dan Mama adalah orang yang berbatas dalam hal mengerti orang lain, termasuk dengan keterdiaman Papamu. Mama selalu menceritakan apa pun, tapi tidak demikian sama Papamu. Mungkin tidak semua orang seperti Mama atau Papa. Tapi mulai sekarang, belajarlah membuka diri, jujur dengan perasaanmu sendiri, karena tidak semua orang bisa mengerti."

Selama ini Kanser tidak pernah berpikir sejauh itu. Dia pikir menjalani hidup seperti selama ini sudah baik-baik saja. Menyembunyikan sesuatu kecil dari seseorang adalah hal biasa, kan? Dia hanya tidak mau orang lain khawatir. Entah mamanya melihat hal itu seperti apa.

"Mungkin Papa merasa kurang percaya untuk bisa mengajak Mama bercerita, atau karena hal lain Mama tidak tahu. Yang pasti, Mama juga menyerah untuk selalu mengerti. Itu adalah kesalahan kami berdua. Sudah berkali-kali dirundingkan, hasil akhirnya tetap sama. Kami tetap tidak bisa melanjutkan pernikahan karena perjodohan itu."

"Bukan karena ada orang lain, Ma?" Kanser memberanikan diri bertanya.

Inggrid menggeleng dan tersenyum. Tangannya mengusap kepala Kanser dengan lembut. "Papa dan Mama tidak seperti itu. Alasannya murni karena hal yang sudah Mama sebutkan tadi. Simpel, kan? Tapi efeknya besar dalam hal apa pun. Sebuah kepercayaan dan pengertian."

"Tapi Mama dan Papa bertahan hampir 10 tahun, kan? Kenapa ...." Kanser tidak bisa melanjutkan pertanyaannya.

"Dalam perjalanan pernikahan, kami memang saling menerima. Tapi semua menjadi rumit, Kan. Mama tidak bisa menjelaskan."

Kanser menunduk, merenungi kata-kata Inggrid. Benarkah tidak semua orang bisa menerima? Sedari dulu dia dikelilingi oleh orang-orang yang membuatnya tidak sendiri. Inggrid adalah orang yang paling dia sayangi di dunia. Leo sudah menjadi kakak terbaik untuknya, bahkan dia lebih mengidolakan kakaknya daripada papanya sendiri. Bukan berarti tidak menyayangi, hanya waktu mereka tidak terlalu banyak dihabiskan untuk bersama walau bertahun-tahun hidup dengan papanya. Kakek dan neneknya pun selalu mendukungnya dalam hal apa pun.

EGOMART!: Selamat Pagi, Selamat Datang di Egomart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang