6 - Seanan William

2.8K 173 1
                                    

Karena semalem aku engga update, jadi hari ini aku update dua chapter sekaligus.
Selamat membaca :)

.

.

.

Nancy menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Lalu ia mengangkat kepalanya dan menatap Sean yang sejak tadi sudah menatap dirinya. Nancy meneguk ludahnya lalu menggigit bibirnya.

" Ah, tuan. Saya tidak tau harus menjelaskan dari mana. Lebih baik tuan bertanya pada saya. Dan saya akan menjawabnya. " tutur Nancy, Sean mengangguk dan menegakkan duduknya

" Siapa Olivia ? " tanya Sean, memulai sesi introgasinya pada Nancy

" Olivia adalah putriku. Putri kandungku. " jawab Nancy, mantap dan penuh penekanan

" Apa kau menikah lagi ? " tanpa sadar Sean mencengkram bolpoin di tangannya dengan sangat erat hingga buku tangannya terlihat

" Tidak. " jawab Nancy setengah berbisik

" Lalu, siapa ayah Olivia ? " Sean merasakan jantungnya bergemuruh, keringat dingin mulai membasahi dahinya. Nancy menatap Sean tepat dimatanya.

" Seanan William. "

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Nancy. Ia menghela nafas dan menengadahkan wajahnya untuk menjegah jatuhnya air mata yang lain. Yuta tertunduk dalam. Menantikan apa yang akan terjadi setelah ini. Sedangkan Sean, matanya masih menatap Nancy. Bedanya, mata terlihat berkaca-kaca. Bahkan Sean menahan nafasnya.

" Bernafas tuan. " lirih Yuta dan detik selanjutnya Sean menghembuskan nafasnya dengan terengah

" Ba-bagaimana bisa ? " tanya Sean masih dilanda keterkejutannya

" K-kau ?! " lirih Nancy, berpikir seolah Sean tak percaya jika dialah ayah dari Olivia

" Bagaimana bisa kau menyembunyikannya dariku selama ini, Nancy ?! Kenapa kau tega ?! " seru Sean, berhasil mematahkan pemikiran Nancy. Membuat perempuan cantik itu menatap Sean heran

" Dan kau, Yuta! Bagaimana bisa kau ikut menyembunyikan ini dariku ? Kau tau betapa hancurnya aku selama ini!! " bentak Sean

" Dan aku juga tau bagaimana hancurnya Nancy setelah pernikahan itu. " sahut Yuta, membuat Nancy menoleh padanya, begitu juga dengan Sean

" Wahh!! Kalian berdua hebat sekali!! Kenapa kalian tidak menikah saja dan mengaku jika Olivia adalah anak Yuta, hah ?! "

Nancy semakin mengigit bibirnya. Ia memandang Sean yang mulai menangis di depannya. Sean turut memandangnya sambil menggelengkan kepalanya.

" Uncle Will. " Sean, Nancy, dan Yuta sama-sama menoleh kearah Olivia yang sudah terbangun. Wajahnya masih menunjukkan jika gadis kecil itu belum terbangun seutuhnya.

" Kenapa uncle Will menangis ? " tanya Olivia sambil berjalan kearah Sean. Setibanya di dekat Sean, Olivia langsung naik ke pangkuan Sean dan menghapus jejak air mata Sean.

" Tidak apa-apa sayangku. " jawab Sean sambil tersenyum, menatap Olivia penuh haru.

" Jangan menangis. Olivia jadi sedih juga jika uncle Will menangis. " seru Olivia yang sudah mencerukkan wajahnya ke leher Sean.

Sean memeluk Olivia dengan erat. Menciumi puncak kepala putri kandungnya yang selama ini tidak ia ketahui keberadaannya. Lalu ia memandang kearah Nancy yang menangis tergugu di tempatnya.

" Olivia. " panggil Sean

" Ya, uncle ? " sahut Olivia

" Apa kau mau ikut uncle ke rumah uncle ? " tanya Sean

" Sean! " seru Nancy, perasaan khawatir mulai merambat pada dirinya

" Bolehkah ? " tanya Olivia yang mulai terlihat antusias

" Tentu saja. Uncle akan belikan semua yang Olivia mau. " jawab Sean sambil membelai wajah Olivia

" Tidak, Sean! Aku mohon jangan. " pinta Nancy

" Aku mau, uncle! " seru Olivia senang

Sean tersenyum lalu beralih kearah Nancy yang semakin histeris tangisannya. Nancy menggeleng pada Sean. Memohon agar Sean tak membawa Olivia pergi darinya. Ia tidak bisa hidup tanya Olivia.

" Ayo, kita berangkat sekarang! " Sean mulai bangkit dengan Olivia di gendongannya

" Sean jangan!!! Dia putriku!!! " cegah Nancy

" Yuta. Kali ini sebagai sahabatmu, aku mohon bantu aku untuk bersama dengan Olivia. " pinta Sean tanpa memandang Yuta.

Detik selanjutnya, Yuta sudah menahan Nancy yang hendak mencegah kepergian Sean. Sean melanjutkan langkahnya sambil mengalihkan perhatian Olivia dari Nancy yang menangis meraung. Perempuan itu menangis meronta-ronta dalam cekalan tangan Yuta.

" Yuta, aku mohon lepaskan aku!! Sean ingin membawa putriku pergi, Yuta!! " seru Nancy yang masih meronta di cekalan Yuta

" Tidak, Nancy. Sean tidak akan membawa Olivia pergi darimu. " Yuta berusaha menangkan Nancy

" Dia menculik putriku, Yuta!! Kau melihatnya sendiri!! " air mata terus mengalir dari mata Nancy yang mulai membengkak

" Tidak, Nancy! Sean bukan penculik! Dia hanya ayah yang ingin menghabiskan waktu bersama putrinya. "

Sontak saja rontaan Nancy melemah. Apa yang Yuta katakan mungkin saja benar. Selama ini, Nancy sudah menjauhkan Olivia dari Sean. Dan mungkin saja ini waktunya Sean mendekatkan diri pada putrinya. Namun masih terbesit perasaan tak ikhlas dihati Nancy. Melihat Sean pergi begitu saja bersama Olivia tanpa pamit padanya. Nancy merasa dirinya tak dianggap.

*-*-*-*-*

Selamat di perjalanan menuju sebuah pusat perbelanjaan, Olivia dan Sean bercanda satu sama lain. Sean bahkan tertawa hingga menitihkan air mata ketika mendengar cerita Olivia mengenai teman sekolahnya yang mengompol dicelana karena menahan diri untuk ke kamar mandi.

" Uncle. " panggil Olivia

" Kenapa sayang ? " tanya Sean masih dengan senyum diwajahnya

" Kenapa mumma tidak ikut ? " tanya Olivia sambil mengedipkan matanya

" Mumma harus bekerja sayangku. " jawab Sean lalu mengelus kepala Olivia

" Padahalkan, aku juga ingin berbelanja bersama mumma. " lirih Olivia membuat Sean berpikir, hingga sebuah ide terlintas dipikirannya

" Bagaimana jika nanti malam kita makan malam bersama mumma di rumah uncle ? " usul Sean

" Bolehkah begitu ? " tanya Olivia yang senyumnya sudah kembali merekah.

" Tentu saja. " jawab Sean mantap

" Oke oke!! Aku suka uncle!! " seru Olivia sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Sean tersenyum di tempatnya. Mengucap syukur pada Tuhan karena ia masih diberikan kesempatan untuk membuat putrinya bahagia. Dan ia berharap, selamanya akan seperti ini. Bahkan jika bisa, jauh lebih baik dari hari ini.

*-*-*-*-*

Nancy termenung di mejanya. Ia mengabaikan berkas yang harus ia urus hanya untuk membayangkan apa yang sedang Sean lakukan bersama putrinya. Nancy berharap Sean membawa Olivia kembali padanya. Karena tidak ada yang bisa membuatnya tenang selain Olivia berada disisinya. Mengingat Sean dan Olivia, membuat Nancy memanggil memorinya mengenai ia dan Sean sewaktu dulu.

Lima tahun yang lalu . . . . .

.

.

.

.

.

Selamat hari Rabu!!
Jangan lupa vote dan komennya ya man teman.
Thank you so much :)

Nothing Like Us [Sequel STAY.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang