11 - Lagi

2.9K 186 3
                                    

Hari Kamis
Update terakhir minggu ini
Happy reading :)

.

.

.

" Maaf, aku tidak bisa. "

Sean terdiam ditempatnya. Ini merupakan penolakan yang kesekian dari Nancy untuknya. Namun entah mengapa, ini yang paling sakit yang ia rasakan. Sean tak membuka suaranya. Ia hanya duduk diam dan menunduk. Menantikan penjelasan Nancy atas penolakannya.

" Aku memang memaafkanmu. Tapi - - bukan berarti aku mau kembali padamu. Semuanya masih terlalu sulit dan membekas dalam hatiku. Bahkan setiap aku melihat wajahmu, bayangan menyedihkan itu selalu muncul dan kembali menghancurkan ku. " tutur Nancy.

Sean memejamkan matanya. Ia tahu, apa yang ia lakukan terlalu menyakitkan bagi Nancy. Tapi ia tidak menyangka akan seperti ini imbasnya. Dan kini Sean menyadari sendiri apa yang orang lain sering bicarakan. Penyesalan selalu datang terlambat.

" Aku tidak akan melarangmu untuk menemui Olivia. Tapi aku mohon, jangan akui dirimu sebagai ayah Olivia di depannya. " pinta Nancy, Sean langsung mengangkat kepalanya

" Bagaimana bisa kau meminta hal itu padaku ?! Satu hal yang sangat ingin aku lakukan dalam hidupku adalah mendengar Olivia memanggilku daddy! Bagaimana bisa ?! " seru Sean, ia bangkit berdiri lalu mengacak rambutnya emosi

" Aku tidak akan mengabulkan hal itu! " tolak Sean

" Apa kini kau meminta sebuah pengakuan setelah apa yang kau lakukan padaku ?! " tanya Nancy yang emosinya ikut tersulut. Keduanya saling berpandangan seolah enggan mengalah

" Aku ayahnya, Nancy!! Tanpa aku tidak akan ada Olivia!! " seru Sean sambil menunjuk dirinya sendiri

" Kau pikir jika saat itu aku tidak mempertahankan Olivia, dia akan tetap ada ? " tanya Nancy sinis

Sean terdiam. Apa yang dikatakan oleh Nancy merasuk kepikirannya.

" Berhenti bertindak seolah kau lah yang paling tersakiti disini, Sean! Kau - - adalah sumber kesengsaraan hidupku. Berawal darimu, kesialan datang menimpaku! " Sean tak bisa menjawab Nancy, karena tuduhan yang Nancy berikan padanya 100% benar.

" Aku bersyukur karena masih diberikan akal sehat untuk mempertahankan Olivia di perutku saat itu. Aku berjuang mati-matian menghidupinya agar tak kekurangan. Aku bahkan merendahkan diri ku datang ke perusahaanmu dan melamar pekerjaan hanya untuk mencukupi kebutuhan Olivia. Lalu kau tiba-tiba datang - - meminta Olivia memanggilmu daddy ? Aku pikir kau telah kehilangan kehormatanmu, Sean. " Nancy menggeleng dan menatap sinis kearah Sean. Sedangkan Sean masih tak berkutik di tempatnya.

" Bagi Olivia, tidak akan pernah ada kata daddy. Hanya aku! Hanya aku yang berhak memiliki Olivia. "

*-*-*-*-*

Sean terduduk lesu di sofa singlenya. Tangan kirinya memegang gelas kaca kecil, sedangkan tangan kanannya memegang sebotol whiskey yang mungkin tinggal sekali teguk sisanya. Ia benar-benar berharap tak sadarkan diri. Ia butuh pingsan untuk setidaknya melupakan pertengkarannya dan Nancy beberapa jam yang lalu.

Nancy telah pulang bersama dengan Olivia dalam gendongannya. Pertengkaran antara Sean dan Nancy diyakini Sean akan menciptakan jarak yang cukup jauh antara dirinya dan Nancy setelah ini. Belum lagi kemungkinan Nancy akan menjauhkannya dari putri kecilnya. Semua itu terus berputar dalam pikiran Sean. Terus berputar dan berputar seolah tak lelah mengingatkan Sean akan kesalahannya.

Dengan lesu, Sean mengambil handphone dari kantong celananya. Ia menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Menunggu beberapa detik sebelum akhirnya seseorang di seberang sana mengangkat telponnya.

Nothing Like Us [Sequel STAY.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang