16 - Perlahan-lahan

2.6K 185 3
                                    

Hallo semuanya!!

Maaf ya baru nongol :(
Tangan aku baru mau diajak kompromi untuk ngetik cerita ini.

Dan maaf banget kalo terlalu pendek :(

Selamat menikmati :)

.

.

.

Keesokan harinya, Sean membawa Nancy dan Olivia pergi untuk berjalan-jalan. Sean memilih Burcharts Garden sebagai tempat dirinya menghabiskan waktu bersama dengan Nancy dan Olivia. Sesampainya di Burcharts Garden, Olivia memekik kegirangan melihat hamparan taman yang luar biasa cantiknya.

" Daddy!! Astaga ini indah sekali!! " seru Olivia sambil melompat-lompat menunjuk taman yang ada di hadapannya

" Kau lebih indah untuk daddy sayang. Ayo!! " ujar Sean lalu menggendong Olivia

" Biarkan Olivia berjalan sendiri, Sean. Dia sudah terlalu besar untuk digendong. " saran Nancy

" Tidak apa. Sampai dia kuliah nanti, jika aku masih kuat menggendong aku akan menggendongnya. " tutur Sean yang membuat Nancy tersenyum miris. Ia merasa bersalah pada Sean karena tidak memberitahukan kehadiran Olivia lebih awal hingga Sean baru bisa bertemu dengan putrinya setelah Olivia berusia 5 tahun. Nancy juga merasa bersalah pada Olivia, karenanya, Olivia tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ayah sejak kecil.

" Mumma ayo!!! " seruan Olivia menyadarkan Nancy dari lamunannya. Ia menatap Olivia dan Sean yang sedang menatap dirinya. Nancy pun mengangguk lalu menyusul langkah Sean dan Olivia.

Setibanya disisi Sean yang masih menggendong Olivia, Nancy memberanikan diri untuk memeluk Sean dari samping. Sean yang terkejut langsung menghentikan langkahnya. Ia menatap Nancy penuh tanda tanya. Sedangkan Nancy menatap Sean dengan senyum manisnya.

" Ayo jalan daddy! " rengek Olivia

" Iya, daddy. Ayo jalan! " Nancy ikut-ikutan merengek

Hati Sean bergetar mendengar Nancy memanggilnya daddy. Ia ingin menangis saat ini juga. Seandainya ini mimpi, Sean tidak akan pernah ingin bangun dari tidurnya. Mimpi ini terlalu indah baginya. Olivia yang semakin merengek menyadarkan Sean dari keterkejutannya. Sean pun mengangguk. Namun sebelum kembali berjalan, Sean memberanikan diri untuk mengecup kening Nancy.

" Ayo kita jalan-jalan!!! " seru Sean yang kemudian disambut sorakan oleh Nancy dan Olivia.

*-*-*-*-*

Setiap pasang mata yang menyaksikan kedekatan antara Sean, Nancy, dan Olivia pasti berdecak kagum. Sepasang suami istri dengan putri yang cantik, pikir mereka. Mereka hanya tidak tau, jika Sean dan Nancy adalah mantan suami istri yang sedang berusaha untuk memperbaiki diri mereka. Sean menggunakan sebelah tangannya untuk menggedong Olivia, dan yang sebelah lagi ia gunakan untuk memeluk pinggang Nancy. Nancy pun tampak tidak keberatan dengan perlakuan Sean padanya. Ia tetap memeluk Sean dari samping. Seolah tidak membiarkan siapapun merebut Sean dari sisinya.

Sean dan Nancy memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku yang berada di bawah pohon yang rindang. Sean membiarkan Olivia berjalan seorang diri untuk melihat hamparan taman bunga dihadapannya. Sean mengalihkan perhatiannya pada Nancy yang sibuk menghapus keringat dari dahinya. Dengan inisiatif yang tinggi, Sean pun menggantikan tangan Nancy dengan tangannya. Nancy yang terkejut hanya bisa menatap Sean lalu tersenyum.

" Kita seperti keluarga yang bahagia. " ujar Sean setelah selesai membersihkan keringat di dahi Nancy

" Kita memang keluarga kan. " sahut Nancy

" Kau lupa ? Kita mantan suami istri, Nancy. " ucap Sean, terdengar sebuah penyesalan dari suaranya

" Kita sedang memperbaiki diri, Sean. " ujar Nancy yang langsung mendapat perhatian dari Sean

" Apa maksudmu ? Kau mau kembali padaku ? Menjadi istriku ? " tanya Sean tidak sabaran. Dalam hati terus merapalkan doa agar jawaban yang Nancy berikan sesuai dengan harapannya

" Pelan-pelan, Sean. Biarkan aku pelan-pelan membuka pintu hatiku lagi untukmu. " jawab Nancy, masih dengan senyum yang bertahan diwajahnya

" K-kau ? Ke-kenapa tiba-tiba ? " tanya Sean setelah mendengar jawaban Nancy

" Melihat kau dan Olivia bahagia, rasanya - - aku ingin memiliki kalian untuk diriku sendiri. Aku - - tidak sanggup jika harus memisahkan kau dan Olivia lagi. Aku - - aku menyesal selama ini memisahkan kalian. Dan aku ingin kembali bersamamu. Tapi - - perlahan-lahan. Aku akan mencoba melupakan kejadian yang lalu dan membuka hatiku lagi untukmu. Perlahan-lahan. "

Sean tidak tahan lagi untuk menarik Nancy kedalam pelukkannya. Ia menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Nancy. Menggumamkan kata terima kasih atas kesempatan yang akhirnya Nancy berikan untuknya. Sean akan berusaha semaksimal mungkin sampai Nancy benar-benar membuka hati untuknya.

" Tuh, pelukan engga ajak Olivia lagi!! Olivia engga BAUUUUUU!!! "

Sean melepaskan pelukkannya dari Nancy setelah mendengar protesan dari putrinya. Ia pun langsung menarik Olivia dan memangkunya. Sebelah tangannya masih merangkum tubuh Nancy.

" Olivia tidak bau kok sayang. Kan tadi Olivia lagi jalan-jalan, jadi daddy cuma bisa peluk mumma. " ujar Sean sambil menggoda putrinya yang masih cemberut

" Kan bisa panggil Olivia. Olivia punya telinga kok. Kalau daddy panggil, Olivia pasti datang. " serunya, Nancy terkekeh kecil mendengar seruan putrinya.

" Iya deh, maafin daddy ya. Lain kali daddy pasti panggil Olivia kalau mau pelukan sama mumma juga. " tutur Sean sedikit merasa bersalah melihat putrinya cemberut

" Engga papa kalau daddy sama mumma mau pelukan berdua saja. Tapi bikinin adik untuk Olivia. "

Sean dan Nancy bertukar pandangan. Setelahnya mantan suami istri itu menggeleng lemah. Olivia terus menerus meminta dibuatkan adik. Ini semua karena Matthew.

.

.

.

.

.

Pendek banget ya ? Maaf ya :(

Tangan kanan aku sering linu-linu gitu, jadi agak susah buat ngetik.
Maaf banget cuma bisa update segini. Janji deh kedepannya lebih baik.

Jangan lupa vote sama komennya ya.

Terima kasih :)

Nothing Like Us [Sequel STAY.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang