Hello!!! Aku kembali membawa part terakhir dari Nothing Like Us. Maaf banget telat dua hari. Hari Rabu aku pergi seharian dan Kamis kemarin aku sakit karna kecapean. Jadi mumpung sekarang udah mendingan, jadi aku update deh.
Sepertinya loh ya, sepertinya, aku engga akan kasih extra part kayak cerita yang sebelumnya. Tapi kalau lagi ada inspirasi ke Nothing Like Us pasti langsung aku tulis. Jadi jangan berharap banyak ya. Hehehe maapkeun :D
Karena ini part terakhir, jadinya agak panjang.
So, selamat menikmati :)
.
.
.
Kehamilan Nancy telah memasuki trisemster kedua. Perutnya sudah terlihat membesar bahkan seperti hamil usia enam bulan. Hal itu terasa wajar mengingat ada dua bayi dalam perut Nancy. Olivia telah mengetahui kehamilan ibunya. Ia pun merasa amat gembira dan antusias. Sama halnya dengan Sean yang selalu menanyakan keadaan Nancy dan juga bayi kembar mereka di dalam perut Nancy.
Kehamilan di trisemester pertama kemarin tidak terlalu mengganggu Nancy. Ia belum mengalami fase mengidam atau morning sickness. Namun setelah memasuki trisemester kedua, barulah Nancy merasa menjadi ibu hamil yang sesungguhnya.
" Apa yang kau inginkan sayangku ? Kenapa kau mendiamkanku terus ?! " gerutu Sean. Sejak ia pulang kerja tadi, Nancy mendadak mendiamkannya. Nancy enggan di peluk dan di cium oleh Sean seperti biasanya. Sean sudah berkali-kali menanyakan apa yang Nancy inginkan. Namun Nancy tak juga menjawab pertanyaan Sean.
" Katakan apa yang kau inginkan, sayang. Aku akan kabulkan. " ujar Sean. Dan bagaikan sebuah mantra, Nancy langsung menghadapkan wajahnya pada Sean dan tersenyum senang.
" Sungguh ?! Kau akan mengabulkannya ?! " tanya Nancy penuh dengan antusias.
" Iya, sungguh! " jawab Sean. Dalam hati berharap Nancy tidak memberikan permintaan yang aneh-aneh.
" Kalau begitu, panggil Yuta kemari. Aku ingin melihat Yuta bermain di playground Olivia. " ujar Nancy yang membuat Sean menganga di tempatnya.
" Sayang, ini sudah malam. Yuta juga baru saja pulang kerja. Ia pasti kelelahan. Bagaimana jika besok pagi saja ? " tawar Sean dan raut wajah Nancy langsung berubah garang.
" Kau bilang akan mengabulkan keinginanku ?! Aku mau Yuta main di playground Olivia sekarang! Sekarang Seanan William!! " seru Nancy. Matanya melotot kearah Sean.
" Sayang, please. Besok saja ya. " Sean masih berusaha merayu. Hingga akhirnya rayuan itu berubah menjadi rasa bersalah ketika melihat air mata membasahi pipi Nancy. Karena tak tega melihat istrinya menangis hingga sesunggukkan, Sean pun mau tidak mau menelpon Yuta dan meminta Yuta untuk datang ke rumahnya malam ini juga.
*-*-*-*-*
" Ada apa tuan, apakah ada pekerjaan yang mendadak hingga aku di panggil ke rumah ? " tanya Yuta setelah tiba di rumah Sean 20 menit setelah Sean menelponnya.
" Ini lebih mendadak dari pada pekerjaan. " jawab Sean. Ia mengarahkan dagunya pada sosok Nancy yang berdiri di belakangnya. Yuta pun mengikuti arahan Sean dan mendapati Nancy tersenyum begitu manis di belakang bossnya itu.
" A-ada a-aapa ? " tanya Yuta yang mendadak cemas setelah melihat senyum istri bossnya.
" Yuta. " panggil Nancy dengan suara yang begitu lembut.
" I-iya, nyonya William. " sahut Yuta, semakin merasa cemas.
" Dua bayiku menginginkan uncle Yuta bermain di playground kakak Olivia. " ujar Nancy. Yuta langsung memandang Nancy horror. Sementara Sean langsung menggaruk pelipisnya yang tak gatal sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Like Us [Sequel STAY.2]
General Fiction[Sequel STAY.2] Kisah cinta Sean yang tak semudah dan seindah kisah cinta kakaknya, Sophia William. Sean tahu sekali jika waktu tidak dapat berjalan mundur untuk memperbaiki kesalahannya. Yang Sean tahu perpaduan antara rindu dan penyesalan yang bek...