Episode 5

1.3K 54 0
                                    

"Kamu tidur yang nyenyak yah! Kalo ada apa-apa kabarin. " ucap Pebrian mengusap rambut Siska.

"Oke, calon.. Suami. " ucap Siska malu-malu.

"Gak kasian apa sama yang jomblo? "Ucap Leo jengah.

"Pergi sana nanti kamu sirik. " ucap Siska meledek Leo.

"Kunci pintunya ya, nanti takut ada buaya masuk. " ucap Pebrian melirik Leo dan di balas Siska dengan tertawa.

Pebrian melangkah pergi meninggalkan Siska dan Leo yang masih berdiri melihat ke arahnya.

"Cih buaya.. " ucap Leo masuk ke kamarnya.

"Dasar jomblo. "Ucap Siska menutup pintunya.

*****

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Tetapi makin kesini Pebrian semakin sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Siska sibuk mengganggu sahabatnya. Senang sekali bukan saat kita memiliki seorang sahabat yang selalu ada ketika kita membutuhkannya?

Siska yang selalu di tinggal pulang pergi ke luar kota oleh Pebrian merasa kesepian. Apalagi akhir-akhir ini pria itu jarang menelponnya.

"Kamu dari tadi liat Handphone aja kenapa? Ah pasti dia lupa hubungin kamu lagi ya? " tanya Leo mengacak rambut Siska.

"Kita itu mau nikah tinggal menghitung bulan tapi dia sibuk terus sampe belum ada persiapan apa? " ucap Siska dengan wajah sedih.

"Nikah sama oranglain aja kalo gitu. "

"Siapa? Gak ada yang setampan Pebrian di muka bumi ini. " ucap Siska memeluk badannya sendiri.

"Lebay. " ucap Leo.

"Haha jomblo. Makanya cari pacar biar tau rasanya jatuh Cinta. " ucap Siska meledek.

"Bagiku jatuh Cinta itu cukup satu kali. " ucap Leo so puitis.

"Dih siapa? Kamu gak bilang-bilang. Ah gak seru. Jangan-jangan aku ya?? " ucap Siska mesih meledek.

"Maaf cewek yang suka nangis itu buka tipeku. " ucap Leo.

"Emang siapa yang suka nangis? "

"Kamu. "

"Kapan? "

"Sering. Sampe aku bosan membujukmu. "

"Jadi begitu? Udah ah aku marah. " ucap Siska pergi dari hadapannya.

"Satu.. Dua... Tii.. " ucap Leo.

"Leo..! " teriak Siska kembali menghampiri Leo dan menjabaknya sampai leo minta ampun.

"Terimakasih Leo, sudah mau terus ada untukku. "

"Itu keahlianku princess. " ucap Leo kemudian mengecup kening gadis di depannya.

"Kalo orang lihat, pasti di sangka kita suami istri. " ucap Siska mendorong Leo menjauh darinya.

"Siska will you marry me? " ucap Leo mengecup tangan Siska.

"Ih geli. "Ucap Siska tertawa.

Sikap manis Leo tidak membuat Siska peka atas perasaan sahabatnya. Entah gadis itu bodoh apa bagaima? Yang pasti kali ini Siska sedang pokus memikirkan pernikahannya dengan si tampan itu.

Meski hanya bercanda tetapi ucapan Leo sebenarnya betul-betul ungkapan dari hatinya. Ingin sekali ia bersikap egois merebut wanita itu dan menjadikan dia miliknya seorang. Tetapi apa daya, sedari dulu dia hanyalah laki-laki yang tidak bernyali sedikitpun tentang perasaannya. Banyak perasaan takut dan ragu yang membuatnya semakin sulit berucap meski hanya untu berkata "Aku Cinta kamu. "

*****

Dua bulan kemudian Siska mendapat telpon dari Ibu Pebrian bahwa Pebrian sudah kembali dan mengajaknya sarapan bersama. Tanpa pikir panjang Siska langsung pergi menemui pebrian dan ibunya.

Di tengah-tengah perbincangan Siska melihat Pebrian tak seperti biasanya. Senyumannya hilang entah kemana, wajahnya seperti memendam banyak masalah. Ah mungkin ini menyangkut pekerjaannya. Siska tak ingin ambil pusing karenanya.

"Ada apa? " tanya Siska memandang wajah calon suaminya itu.

"Gapapa. " ucapnya.

"Aku merasa kamu aneh akhir-akhir ini. "ucap Siska.

"Aku cuma kurang tidur. "

"Sayang, kamu harus jaga kondisi kamu dong kan sebentar lagi kita mau menikah. "

"Siska,, aku tidak ingin membicarakannya dulu boleh kan? "

Mendengar ucapan pebrian untuk sejenak Siska terdiam.

"Gapapa kok, lagian masih beberapa bulan lagi. " ucap Siska tersenyum.

Sebenarnya mendengar ucapan Pebrian yang tidak ingin membicarakan pernikahan dulu membuatnya sedih dan sakit. Mungkinkah hanya dia yang sibuk memikirkannya selama ini.

"Aku pulang dulu ya.! "

"Aku panggilin taxi ya? "

"Gak usah lagian aku mau ke kantor Leo dulu. " ucap Siska berdiri merapikan bajunya.

"Jika aku memintamu untuk tidak terlalu dekat dengannya bagaimana? " tanya Pebrian.

"Kamu tidak suka aku dan... "

"Tidak, aku hanya tidak ingin oranglain salah paham apalagi setelah kita menikah nanti. " ucap Pebrian.

"Baiklah. Kalo begitu aku akan kemasi barangku dan pulang ke rumah. Lagian Mamah disana pasti kesepian. " ucap Siska.

Sebenarnya itu adalah permintaan yang paling berat untuknya. Karena selama ini hanya Leo yang ada bersamanya, memperhatikannya bahkan melebihi siapapun. Tapi ini permintaan calon suaminya, dia harus patuh padanya. Dengan berat hati Siska meninggalkan apartemen milik leo yang sudah di berikan padanya tanpa pamit sekalipun.

"Mungkin memang sejak awal Pebrian tidak menyukai aku dekat dengan pria lain selain dirinya. Apa perubahannya selama ini karna alasan itu? " ucap Siska dalam hati.

*****

"Princess..?! " ucap Leo mengetuk pintu kamar Siska.

Setelah beberapa kali di ketuk tetapi tidak ada yang membuka, Leo menggunakan kunci cadangan masuk ke dalamnya.
Dilihatnya ruangan itu kosong tak ada tanda-tanda jika Siska ada di dalam.

"Mungkin masih di rumah pria itu. " pikirnya.

Leo menunggunya sampai larut malam tetapi Siska belum juga datang. Dia menelponnya berkali-kali tetap Siska tidak mengangkatnya.

"Mungkin dia menginap disana dan handphonenya di silent jadi tak mendengar panggilanku. " ucap Leo pada dirinya sendiri.

Dia akhirnya tidur di sofa kamar Siska.

Setelah pagi pun siska belum juga menelponnya balik, Leo tidak berangkat ke kantor karena menunggunya. Tetapi perasaannya dari semalam resah. Karena penasaran dia membuka lemari pakaian Siska yang ternyata kosong.

"Kemana siska? Apakah dia pindah ke rumah mertuanya, atau pulang? Mengapa dia tidak mengabariku? Mengapa dia juga tidak mengangkat atau bahkan membalas pesanku? Marahkah dia? Tapi kesalahan apa yang aku buat? "

Berbagai pertanyaan menyelimuti hatinya. Siska tidak pernah bersikap begini karena selama ini tidak pernah terjadi apapun di antara mereka meski hanya pertengkaran kecil. Selama ini Siska bahkan tidak pernah sampai tidak mengangkat telponku bahkan dia yang terus menerus menelponku sampai rasanya telinga ini memanas mendengar celotehannya. Pebrian terus menelponnya sampai puluhan kali tetapi hasilnya sama saja.


*****

PEMUJA RAHASIA  ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang