Episode 10

1K 57 0
                                    

Leo pov:

Entahlah tapi aku merasa akhir-akhir ini siska terlalu sibuk dan ikut campur mengenai masalah pribadiku yang aku sendiri tidak pernah memusingkannya. Dan kini baru terpikir olehku semenjak Siska marah dan tidak mau bicara denganku karena aku membentaknya agar tidak ikut campur lagi apalagi malah menjodohkanku dengan si bule itu yang jelas-jelas aku tidak menyukainya.

Tapi Siska benar. Saat dia sudah menikah nanti kami pasti tidak akan bisa sedekat ini dan aku akan kehilangan orang yang sangat ku cintai untuk selamanya. Lalu dengan siapa aku?  Bisakah aku jatuh Cinta lagi?  Mengapa Siska malah mencintai pria yang baru saja ia kenal?  Akankah aku bisa seperti itu?

Entahlah karena selama ini aku hanya menatapnya, memikirkannya, memimpikannya. Apalagi dengan sikap Pebrian yang sok sibuk, membuatku curiga jika pria itu tidak mencintai Siska seperti Siska mencintainya. Karena jika iya dia pasti akan menyempatkan waktu sedikit saja sepertiku. Masa sampai tidak bisa mengirim pesan singkat saking sibuknya. Memangnya dia kerja terus selama 24 jam?

Kemungkinan besar dia akan menikahi Siska karena amanat Almarhum Ayahnya bukan karna mencintainya. Aku khawatir Siska tidak akan bahagia bersamanya. Jika saja aku lebih berani sejak dulu. Tapi aku tidak tahu bagaimana perasaan Siska terhadapku. Tidak ini belum terlambat selagi mereka belum menikah aku masih punya banyak kesempatan. Aku akan membuat siska melihatku sebagai seorang pria bukan sebagai teman atau sahabat. Oleh karena itu aku menciumnya.

Dia memang tidak membalasku atau bahkan menolak. Lalu apa artinya ini?  Aku hanya melihatnya kaget dan bingung. Dia membuatku malu dengan perasaanku sendiri. Aku harus menjawab apa jika dia bertanya?  Aku sibuk memikirkannya semalaman. Terlebih aku melihat pebrian sudah ada di depan pintu saat aku keluar dari kamar Siska. Mustahil jika dia tidak melihatnya.

Kecurigaanku semakin kuat, pebrian sama sekali tidak marah pada kami. Dia malah menitipkan Siska padaku karena dia akan sangat sibuk bulan-bulan ini.  Dia juga baik kepadaku tidak seperti biasanya. Aku tidak kegeeran. Mungkin saja itu karena dia menghargai Siska calon istrinya.

Keesokan harinya Siska malah menjodohkanku dengan Micela gadis keturunan inggris yang juga teman kami sewaktu duduk di bangku kuliah. Aku tahu gadis itu selalu melihat kearahku dan beberapa kali menyatakan perasaannya kepadaku. Tapi bagiku dia tetap saja cewek bule yang terbiasa hidup dengan pergaulan bebas. Dia di pacari banyak pria di kampus termasuk juga teman-temanku bahkan lebih dari sekedar pacaran biasa. Siska yang polos tentu saja tidak tahu dia hanya menilai dari satu sisi saja, yaitu siai yang dia lihat.

"Lihat deh Micela cantik banget ya?  Dia populer di kampus kita dan banyak pria yang menyukainya." ucap Siska saat kami duduk di depan kampus.

"Biasa aja. " ucapku datar.

"Kalo yang begitu kamu bilang biasa aja, seperti apa yang Bagus menurutmu? Aneh deh semua cewek cantik kamu bilang biasa aja. Jangan-jangan....? "

"Jangan-jangan apa? "

"Jangan-jangan kamu... "

"Kamu apa yang jelas? "

"Gak suka cewek! " ucap siska sambil menertawaiku.

"Kurang ajar. Aku normal lagi, kamu mau lihat? " tantangku.

"Ih kamu ngeres deh. " ucap Siska bergidik.

"Memangnya aku ngeres apa? "

"Takut ah gak nyangka. " ucap Siska menggeser posisi duduknya menjauh.

" terserah. " ucapku jengkel.

Malam itu aku di suruh makan malam dengan Micela. Ku kira dia ikut. Ternyata dia sengaja agar aku berduaan saja dengan Si bule itu. Sebenarnya aku malas tapi aku tidak bisa mendengar Siska ngomel gara-gara masalah ini lagoan Micela sudah ada di depanku. Aku mengajaknya makan di Resto apartemen ini agar tidak terlalu jauh.

"Aku kira kamu akan mengajaku ke tempat sepi dan romantis. " ucap micela memakan makanannya.

"Aku gak ada waktu untuk itu. " ucapku.

"Aku masih suka kamu loh. "Ucap Micela menggeser tempat duduknya mendekat padaku.

"Oh. " ucapku tak peduli.

"Aku serius. "

"Aku juga serius. "

"Kamu gak berubah, aku makin penasaran dan menyukaimu. Bagaimana kalau kita kencan lalu menikah?! " ucap Micela menatapku.

"Aku sudah menyukai orang lain. " ucapku.

"Tapi siska bilang kamu jomblo tuh. "

"Ada yang tidak bisa ku ceritakan padanya. "

"Sahabat macam apa itu? "

"Aku sudah selesai jadi harus segera pergi. Kalo kamu masih lapar pesan saja, tadi aku sudah bilang pada pegawaiku. Tenang saja gratis. " ucapku pergi.

"Eh tunggu aku kan masih... Dasar cowok sialan. " gerutu Micela.

Aku langsung kembali ke apartemen dan mengunci pintu. Untuk malam ini saja aku ingin tidur dengan pulas. Tapi keesokan harinya aku malah membentak Siska agar tidak mencampuri masalah pribadiku sampai dia marah hingga sekarang.

*****

PEMUJA RAHASIA  ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang