Berbulan-bulan sudah berlalu, aku mencoba memberikan diri menemui Pebrian. Aku sudah sangat lelah dengan semua ketidak jelasan ini. Aku hanya ingin memastikannya untuk yang terakhir kali.
Kini Pebrian sudah di depan mata, disampingku. Tanpa sepatah katapun dia hanya diam membisu.
"Sayang? " ucapku menyadarkannya yang sedari tadi duduk melamun.
"Kamu kok gak bilang sudah pulang? " ucapku memeluknya.
"Emmhh... Maaf aku belum sempat. "
"It's oke, sebagai permintaan maaf kamu harus nemenin aku liat gaun pengantin ya! "
"Gaun pengantin? " tanya Pebrian kaget.
"Iya kita juga harus cetak undangan secepatnya nanti gak keburu kamu kan sibuk terus. "
"Ii.. Iya.. Emmhh nanti kita cetak secepatnya. "
Dengan mendengar jawabannya saja aku sudah tau jika dia tak berniat menikahiku.
*****
"Tante. " ucapku saat berdua dengan calon mertuaku.
"Ya Siska sayang ada apa? Kenapa kok kamu kelihatan sedih? "
"Tante, aku ngerasa ada yang aneh dengan pebrian. "
"Loh kenapa kalian berantem lagi? "
"Nggak kok tante, rasanya sekarang Pebrian sering murung. Dia juga hampir tidak pernah menghubungiku. Bahkan sepertinya dia juga lupa sama pernikahan kita. "
"Apa pernikahannya di batalin aja ya tante? " ucapku menunduk.
"Sayang kamu jangan ngomong begitu, mungkin pebrian sedang banyak masalah pekerjaan. "
"Ada apa ini kok serius? " ucap pebrian menghampiri kami.
"Sebaiknya kalian bicara ya, ibu ke belakang dulu. " ucap tante pergi.
"Ada apa Siska? " tanya pebrian padaku.
"Peb.. Emmhh... "
"Kenapa? Bilang aja. "
"Apa ada gadis lain? Maksudku apa tidak masalah jika kita menikah? "
"Ma.. Maksud kamu?! " pebrian terkejut.
"Aku gapapa kok, lagian aku tahu kamu gak pernah punya perasaan apapun sama aku. Aku mengerti. " ucapku tiba-tiba menangis.
"Maaf Siska maafkan aku. " pebrian memeluku.
"Siapa gadis beruntung itu? Berani sekali dia... Aku kenal kamu lebih dulu, aku mencintaimu lebih dulu dari dia. Aku... Aku.... " ucapku semakin erat memeluk nya.
"Maaf siska, harusnya aku juga mencintaimu. Harusnya aku tidak jahat padamu. "
Semuanya sudah jelas untukku, setelah mendengar dan mengakhiri semuanya aku pulang dan bertemu papah.
"Pah, boleh kita bicara? " tanyaku tak berani menatapnya.
" kita sudah bicara, jadi katakanlah. " ucap Papah dingin seperti biasanya.
" Aku dan Pebrian tidak bisa menikah, kami sudah mengambil keputusan. " ucapku menunduk.
Aku melihat Papah mendekat menghampiriku.
"Jangan menunduk." ucapnya.
Plakkk...!! Tiba-tiba papah menamparku.
"Kenapa papah marah padaku? Dia bilang mencintai gadis lain dan tidak ingin menikahiku, kenapa papah menamparku?! " ucapku menangis sejadi-jadinya.
Aku melihat wajah Papah memerah seperti akan menangis. Tiba-tiba dia memeluku erat. Aku masih menangis.
"Perasaanku lebih sakit darimu. Orangtua mana yang tidak sakit melihat anaknya di campakan, sampai pernah ingin mengakhiri hidupnya. Kamu tahu, kenapa aku tidak pernah menyuruhmu bekerja? Karna aku tidak mau melihatmu menderita sepertiku. " ucap Papah masih memeluku.
Aku semakin menangis. Ku kira selama ini Papah tak menyayangiku dengan melarangku ini dan itu. Aku memeluk Papah erat.
"Pergilah kemanapun kamu mau, menikahlah dengan siapapun yang kamu cintai. " ucap Papah melepaskan pelukannya.
Aku mengangguk mengusap pipiku yang sudah basah karena menangis. Aku lalu pergi masuk ke kamarku.
Aku menangis sendirian di kamar. Aku ingin tangisan ini adalah tangisan terakhirku. Ku lihat HPku bergetar.
" Hallo... Leo... " ucapku menangis.
"Hey ada apa Princess.? "
Leo segera masuk ke kamarku.
"Apa aku tidak pantas di cintai? " ucapku memeluknya.
"Siapa yang bilang begitu? "
"Jawab saja. " ucapku.
"Semua orang mencintaimu. "Ucap Leo mencium keningku. "Aku mengenalmu lebih dari siapapun, aku menyayangimu lebih dari siapapun. Tenang masih ada aku. " lanjutnya.
"Pebrian mencintai gadis lain. "
"Hey, aku tahu itu menyakitkan. Aku tahu persis perasaan itu. Gadisku juga mencintai Pria lain bukan aku, aku pernah bilang padamu kan? "
Aku melihat wajah Leo menyimpan emosi. Dia pasti sangat marah pada Pebrian, aku tahu betul bagaimana jika dia marah. Aku tidak berpikir sebelumnya, harusnya aku tak bicara soal Pebrian.
"Kamu kok bisa masuk sini, papah tahu marah loh? " ucapku mencairkan suasana.
"Sudah dapat ijin ko meski harus kena pukul dulu nih.! " tunjuk Leo pada pipinya yang memar.
"Maaf.. " ucapku mengelus pipinya.
"Kenapa? Dari dulu kan papahmu begitu? " ucap Leo tersenyum.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
PEMUJA RAHASIA ( TAMAT )
RomancePernahkah kalian jatuh Cinta selama 20 tahun pada orang yang sama tetapi tidak pernah punya kesempatan untuk mengungkapkannya? Bagaimana perasaanmu jika orang itu ternyata di jodohkan dengan orang lain?