Tak perlu mengarungi 7 samudera. Tak perlu mengelilingi dunia. Tak perlu mendaki gunung. Karena dia ada di dekatku, tepat di hatiku
~Al~Berikan komentar Anda!
"Aban! Makan! " teriak seseorang di luar kamar Nuruz. Ya, mungkin di masyarakat sekitar memanggilnya dengan nama 'Nuruz'. Tapi, kalau di rumah, ia disapa 'Aban' atau 'Sya'ban'. Laki-laki yang memiliki nama panjang Nuruz Sya'ban itu emang lahir tepat pada bulan Sya'ban.
Oke, kalau saat ini kita sebut Nuruz saja.
Nuruz yang sibuk membaca buku pelajaran, kini menutup bukunya. Lalu, ia pun keluar kamar dan duduk di kursi di ruang makan. Keluarga Nuruz harmonis. Kakaknya yang tampan menjadi saingan bebuyutannya mengenai kejahilan. Ya, keluarga Nuruz terkenal akan jahil atau suka bercanda. Tapi, tak pernah kelewat batas yang sampai ada pertengkaran. Semua dijalani dengan rasa saling mengerti.
Di ruang makan sudah ada abi, ummi, kakak, dan kakak ipar Nuruz. Ya, untuk hari ini kakaknya Nuruz beserta isterinya tinggal di rumah Nuruz, eh enggak masih rumah ortunya Nuruz.
Keluarga itu makan dengan tenang.
"Oh ya, Ban. Kakak ada bawain brem, kakak taruh di kulkas," ucap kakak Nuruz.
"Oh ya? Kenapa sih kakak gak bikin usaha brem aja. Apalagi mbak Yuni kan hobinya masak," ucap Nuruz berpikir seperti orang dewasa. Ha..mau jadi calon imam mungkin.
"Ya elah. Yang ada malah rugi, kamu makan setiap hari,"ucap kakak Nuruz terkekeh pelan. Dia tahu, kalau adiknya yang lucu itu menyukai makanan brem. Hampir setiap ia pulang dari Bandung, ia membawakan brem buat adiknya. Dan langsung tuntas. Walah..tuntas nilainya?
Nuruz? Wah dia hanya bersikap tenang. Tapi, karena sikapnya itu membuat kakaknya bingung.
Tumben nih anak diam aja, biasanya ngelawan juga. Ha..jangan-jangan ada something nih...batin kakak Nuruz.
Seusai makan nasi, kini Nuruz mengambil brem yang berada di dalam kulkas. Ia kembali duduk di kursi. Lalu memakannya. Kakaknya pun berlaku seperti itu juga. Ha.. tapi kayaknya Nuruz makan bukan seperti orang kebanyakan.
"Oh cinta....Mengapa kau datang tiba-tiba? Membuatku diam dengan perasaan bahagia. Kau tahu aku tak pernah seperti ini. Oh panahmu menusuk hati. Dalam sekali. Sampai aku bisa mengahayati bagaimana manisnya brem ini," ucap kakak Nuruz yang membuat Nuruz terpana. Sedangkan anggota keluarga yang lain bertepuk tangan. Wihhh... . Yuni, istri dari kakak Nuruz tersenyum dengan pipi merona. Tak biasanya suaminya itu ngegombal di depan keluarga.
"Coba lihat pipi Yuni, merah muda.." ucap Ummi Nuruz yang mengambil kesempatan untuk memotret menantunya dengan handphone. Yuni merasa malu. Sedangkan, kakaknya Nuruz malah kebingungan. Merasa ada yang aneh, kakak Nuruz tertawa membuat semua orang terkejut.
"Puisi itu bukan untuk Yuni," ucap kakak Nuruz. Semua orang membulatkan mata termasuk Nuruz. Yuni menatap kesal pada suaminya itu. Menyelidik. "Kalau pun buat istriku tersayang, kenapa puisi tadi ada kata cinta datang tiba-tiba? Kan cintaku sama Yuni udah dari dulu tapi seperti baru. Ya, insyaallah gak akan expaid," ucap kakak Nuruz dengan gaya gombalnya. Lagi-lagi semua tertawa. Yuni yang merah mudanya hampir pudar, kini malah tambah merah.
"Terus puisi sebelumnya buat siapa?" tanya abi Nuruz.
"Tuh," tanpa menunjuk, kakak Nuruz hanya mengarahkan bola mata pada adiknya. Nuruz menyatukan kedua alisnya.
"Wah...wah...," ucap ummi dan abi Nuruz berimbaian. Karena tak ingin jadi bahan sorotan, Nuruz memilih untuk pergi ke kamar.
Ia merebahkan badannya ke kasur. Menatap langit-langit yang penuh bintang. Bukan berati kamarnya tak punya atap. Cuman, bintang-bintangnya lah yang palsu. Hanya stiker berwarna kuning. Laki-laki itu memang menyukai suasana alam. Tak hayal, banyak stiker pepohonan di kamarnya. Membuat orang yang tidur di kamarnya serasa tidur di luar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukku... [TAMAT]
Spiritual* Pertemuan biasa atau pertemuan luar biasa? * Pertemuan indah atau pertemuan sadis? * Perasaan yang biasa atau yang luar biasa? * Dia kah orangnya atau bukan? * Dia itu sungguh misterius * Say 'yes' to read, vote, coment, and ikhlas.