Memilih Dan Berharap Dipilih

417 29 6
                                    

Memilihmu adalah hal yang mudah bagiku.  Tapi, dipilih oleh kamu adalah hal yang sepertinya mustahil bisa terjadi
~Al~

Berikan komentar Anda!

Pagi yang cerah menyapaku hari ini. Dan hari ini pula,  saat-saat dimana semua anggota keluargaku tegang. Ya, hari ini Fera akan menjawab khitbahan kakak. Terima aja, Fer! Nanti, kita akan jadi 1 keluarga nanti! Wkwk. Semua orang sudah bersiap-siap untuk pergi. Pakai baju sangat rapi,  terutama kakakku yang lagi tegang hati. Tapi,  aku masih kesal padanya. Aku cuekin dia sampai dia peka. Tapi, sayang dianya gak peka-peka!

Di dalam mobil ayah, aku hanya main hp. Oh,  ya di sebelahku juga ada adikku yang mengenakan seragam merah putih.  Ah,  ingat masa-masa sekolah. Rencananya,  setelah mengantarkan adikku ke sekolah,  kami akan pergi ke rumah Fera.

Aku melihat status-status teman-temanku. Ada foto yang jomblo sedang bekerja.  Ada juga kata-kata yang udah pertanda mau jatuh cinta. Ca ilah,  aku mah apa ada nya. Suka sama kak Nuruz dan kak Azmi aja belum pasti rasanya.

Aku melihat status Shandra.  Di foto itu ada ia dan suaminya yang memakai pakaian pengantin.  Ya,  mereka baru-baru aja menikah. Uh, yang di sini pengen juga. Aku juga melihat status Ratna.

Aku sudah merelakannya. Biarkan aku terbang,  dan mencari yang lain. Atau mungkin kamu bukan jodohku karena aku masih bersikap jauh dari-Nya.

Apa maksudnya? Kak Rafly? Ah, tau ah.

***

"Gimana,  Fer? " tanya ayah. Aduh,  kok aku deg-deg'an ya? Apalagi jika aku di posisi Fera. Fera tampak anggun hari ini,  meskipun pakaian syar'inya terlihat biasa saja.

5 detik kemudian...

Fera menganguk. Semua tersenyum.  Rasanya ingin kuteriakkan pada semua orang di bumi. Wkwk.  Kayak ayam betina yang baru bertelur.

"Alhamdulillah, "

"Kapan kamu nyusul, Al? " tanya ayah Fera.

Aku tersenyum malu.

"Lihat aja nanti, om, " ucapku.

Fera mengajakku ke kamarnya dengan kode mata. Aku pun bersama Fera pergi ke kamarnya. Di dalam kamar, ia mengunci pintu.

"Ada apa, Fer?" tanyaku bingung.

"Aku gak mau lama-lama di sana, jantungku bergerak terus," ucapnya polos membuatku tertawa lepas.

"Mm..Fer. Ada yang aku mau omongin," ucapku serius. Aku duduk di atas kasurnya. Memegang bantal. Detak jantungku serasa melemah.

"Apa?" tanya Fera yang duduk di sebelahku. Rasanya, aku senang jika berada di dekat Fera. Entah kenapa.

"Fer. Sebenarnya dulu aku pernah menyukai Aziz, " ucapku penuh gugup.

"Apa kamu pernah menyukai Aziz? Aziz? " tanyanya tak yakin dengan suara menggelegar.

"Usttt! " ucapku dengan telunjuk yang berdiri di mulutku. "Tapi, udah gak lagi. Karena dulu,  saat kita masih kelas 10, aku melihat dia goncengan sama perempuan yang sebaya dengan kita atau sebaya dengan dia, " ucapku. Rasanya sakit mengingat kejadian itu.  Mereka tampak mesra saat itu.

Fera diam sejenak.

"Al. Kenapa kamu gak cerita ke aku kalau kamu menyukai Aziz? Asal kamu tahu, perempuan yang digonceng oleh Aziz itu adalah adik sepupunya, " ucap Fera.

Untukku... [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang