Mauju' Qolbi

724 33 4
                                    

Laki-laki itu punya hati seperti batu. Susah untuk dipecahkan. Tapi, jika ada air yang menetes terus menerus, lama-kelamaan batu itu akan hancur juga. Karena laki-laki memerlukan kelembutan.
~Al~

Berikan komentar Anda!

Azmi selesai berbincang dengan sahabatnya itu. Ia begitu terpukul. Hatinya tersayat.

Terlambat! Aku sudah terlambat!.. Batinnya.

Azmi sungguh frustasi. Beginikah kisah cintanya? Antara sahabat dan cinta. Antara senang dan sedih Azmi mendapatkan kabar itu. Bukannya tidak boleh jika ada teman bahagia kita malah bersedih? Setidaknya untuk kesekian kalinya Azmi memakai topengnya kembali. Ia tak tahu sampai kapan ia lelah dalam hal itu.

Jam sudah menunjukkan 10 malam. Azmi bersiap membereskan apa yang ada di atas meja. Rasanya ia ingin cepat-cepat berbaring, agar tak ada lagi rasa sedih di setiap detiknya.

***

Azmi sudah beberapa kali mengganti posisi tidurnya. Tapi, ia tak kunjung tenang juga. Akhirnya air mata mendarat di pipinya. Rasa sakit terus saja terasa. Belum lagi, saat pernikahan itu dilaksanakan. Mungkin dia bisa hancur.

Ia jadi teringat, saat ia sedang memikirkan Alya, abinya menyetelkan shalawat untuknya. Walau tak sepenuhnya berhasil membuat hati Azmi tenang, setidaknya sedikit.

Azmi bangkit dari kasurnya. Ia melihat ada radio yang berada di atas meja putihnya. Timbullah bayangan masa lalu, yang membuatnya tambah sakit.

"Azmi! Ini aku punya radio. Ummiku beli 2. 1 buat aku dan 1 nya buat kamu ya.. " ucap Nuruz dengan ucapan yang menggemaskan. Saat itu usia Azmi dan Nuruz baru 6 tahun.

"Ih jangan. Buat kamu aja. Kalau yang satunya rusak, bisa pakai yang satunya lagi!" ucap Azmi menolak pemberian Nuruz. Ia memang tak terlalu suka dengan radio.

Saat itu kedua sahabat itu berada di atas bukit yang langitnya memancarkan sunset yang indah. Nuruz yang keberatan membawa 2 radio, akhirnya menaruh kedua radio itu di atas hijaunya bukit.

"Jangan ditolak! Aku gak suka kamu gitu! Ayo ambil aja! Kalau gak, kita gak sahabatan lagi! " ucap Nuruz dengan gerakan lucu. Wajahnya yang menjelaskan kekesalan malah terlihat lebih lucu.

"Ih! Kata ummiku... Gak boleh memutuskan persaudaraan!" ucap Azmi yang kaget dengan ucapan sahabatnya itu. Apa yang terjadi selanjutnya? Nuruz masih diam. Sepertinya ia benar-benar ngambek. "Iya deh, aku mau radionya, " ucap Azmi sedikit terpaksa.

"Nah gitu dong! Ini! " ucap Nuruz memberikan 1 radionya pada Azmi. Azmi mengambil radio itu dengan senyuman.

"Lain kali jangan ngambek. Kita kan sahabat sejati! " ucap Azmi dengan mengancungkan jari kelingkingnya dengan semangat tinggi.

"Kita sahabat sejati! " ucap Nuruz dengan melilitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Azmi. "Jangan tinggalin aku ya, Azmi.. " ucap Nuruz.

"Dan jangan lupakan aku, Nuruz.. " ucap Azmi.

Sore itu menjadi sore yang penuh kenangan bagi Azmi dan Nuruz. Persahabatan kecil yang membawa efek luar biasa.

Azmi menyalakan radio miliknya. Jujur,  ia tak pernah memakai radio itu dari awal Nuruz memberikan kepadanya. Suara musik pun mengawali sebuah lagu.

موجوع قلبي

(Hatiku tersakiti)

 والتعب بيه

Untukku... [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang