Salting

29 1 0
                                    

Cinta adalah karunia Allah, karena cinta yang sesungguhnya takan membawamu pada sebuah kemaksiatan

🌱JTPH 🍁

Defita memang gadis yang sederhana, meskipun Raka hanya memberinya 2 potong paha ayam goreng, tapi Defita tetap membaginya padahal sebenarnya Raka bisa dengan mudah membeli kembali. Tapi itulah Defita meksipun sederhana perbuatannya itu sudah membuat hati Raka tersentuh, sekarang dia tau kalau Defita memang berbeda dengan gadis remaja lainnya.
Defita tengah stanby di meja makan, tak terasa azan pun berkumandang menyapa semua makhluk di bumi.

Allohu Akbar Allahu Akbar.......

"Alhamdulillah udah buka" Defita mengambil secentong nasi yang ia tuangkan dalam piring diambilnya sebuah paper bag yang berisi paha ayam goreng yang tadi di belikan oleh Bang Raka.

"Allahuma lakasumtu wabika aamantu waa'la rizkika afthortu birohmatika yaa arhamarrohimiin" Mulut Defita komat kamit melafalkan doa' buka puasa sebelum akhirnya ia dengan lahap menyantap hidangan di hadapannya itu.

Disaat bersamaan Raka juga melakukan hal yang sama, ia tengah menyantap ayam goreng yang Defita bagi bersamanya ditambah dengan nasi hangat. Sungguh bagi Raka makanan ini sangat nikmat, bukan karena dia belum pernah menemukan dan mencobanya tapi karena Defita. Gadis itu sungguh sangat sederhana meskipun Raka hanya memberinya 2 potong paha ayam tetap saja kebaikan hatinya tak bisa di tebak.
.
.
.

Di saat jam istirahat tengah berlangsung, seperti biasa Defita dan sava menyantap bekal makan siang yang mereka bawa masing-masing kali ini Alisha tak bergabung ia lebih memilih untuk jajan di kantin.

"Hei kalian lagi pada ngapain?" Suara asing itu mengganggu keduanya yang tengah menikmati makan siang.

"Lagi nyapu" Balas Defita polos.

"Sampah kamu masukin ke mulut ya?" Ujar laki -laki itu dengan cekikikan.

Sava menghentikan kegiatan makanya, karena laki-laki itu.
"Kamu ngapain sih kesini kita tuh lagi makan" Dia memang sedikit pemalu apalagi kalo dia lagi makan terus diliatin sama Ikhwan alhasil begitulah yang terjadi.

"Kalo aku mau gabung sama kalian boleh dong?" Kini dia duduk di samping Defita ia menatapnya dengan lekat  meletakan salah tanganya di meja dan menahan dagunya, menampakan wajah tampannya.

Defita terbelalak melihat paras wajah tampan didepannya jaraknya hanya 2 jengkal. Wajah  tampan dengan kulit putih bersih,hidung mancung , lengkap dengan alis tebal terlihat jelas di hadapannya. Sorot mata dengan bulu mata lentik seperti magnet yang menarik Defita lekat-lekat , tenggelam dalam pandangannya.
Sesaat kemudian Naufal menyatukan ibu jari dan jari tengahnya membembentuk sebuah jentikan.

Tak.... tak...

2 kali suara itu akhirnya membuyarkan pandangan Defita buru-buru ia menundukkan pandanganya lalu ia gelagapan mencari sendok untuk melanjutkan makan siangnya.

"Kamu cari apa? Sendok? Terus yang di tangan itu apa?" Ucapan Naufal dengan nada terhenti-henti.

Defita mengangkat tangan kanannya yang ternyata sendok itu masih ia pegang erat-erat. Defita di buat tengsin setengah mati, olehnya. Sungguh hanya karena melihat wajahnya saja ia sudah tidak fokus, hatinya seperti loler Koster dag dig dug tak karuan.

Laki-laki itu hanya tersenyum memperlihatkan barisan gigi-gigi putihnya. Awalnya Defita memang cuek dengan lelaki itu, ditambah lagi tingkah gilanya yang secara terang-terangan menembaknya di balkon sekolah kemarin.

"Def, aku udah selesai makanya.kamu udah belum?" Sava yang bikin sedari tadi hanya menyaksikan interaksi keduanya terlihat membereskan tempat makannya.

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang