Ekstra part

5 0 0
                                    

Ba'da asar keluarga bang Raka memutuskan untuk pamit. Selepas shalat isya aku dan anggota keluarga lain kembali membicarakan lamaran tadi siang. Perbincangan kali ini bukan lagi tentang penolakan, ataupun calon lain yang sering mamah sarankan padaku. Ketika semua anggota keluarga mengetahui jika bang Raka telah melamar ku maka mereka semua meresponnya dengan baik, dan mereka justru langsung menyarankan untuk mempercepat hari pernikahan.

Jangankan untuk menentukan tanggal pernikahan, membayangkannya saja aku belum sanggup. Ya Allah apa aku berada di Dunia mimpi atau ini adalah imajinasi ku saja.

"De, kalo kamu nanti jadi istri nya Raka kamu pasti bakal jadi perempuan yang paling bahagia"
Itulah ucapan yang sering mamah katakan padaku. Ya Allah  aku tak mungkin mengecewakan keluarga ku dengan mengatakan tidak pada mereka.
"Mah--" Ucap ku ragu, pada mamah yang tengah bersandar di sofa sembari menonton televisi.

"Ya ada apa" Balasnya, dengan tetap melihat ke arah televisi.

"Kalo semisal ada orang lain yang melamar aku bagaimana" Aku tak mau menyembunyikan apapun yang membuat ragu untuk menentukan pasangan hidup ku. Mereka tetap harus mengetahui yang sebenarnya.

"Maksud kamu" Tanya mamah bingung.

"Sebenarnya ada orang lain yang lebih dulu melamar ku mah, dan  hari ini dia berjanji untuk datang menemui Abah dan mamah. Tapi mamah dan Abah udah salah paham dengan kehadiran bang Raka dan keluarganya" Jelas ku Kelu. Sangat sulit bagi ku untuk menjelaskan semua ini.

"Siapa orang itu, apa mamah dan Abah mengenalinya?"

"Dia teman sekolah ku dulu mah, namanya Naufal. Sejak dulu dia menyukai ku mah tapi aku terus menolak nya karena aku gak mau pacaran, mamah dan Abah juga kan sering ngelarang aku soal itu" Aku tak sanggup jika harus menatap wajah mamah kali ini, aku tak mau melihat kesedihan di matanya.

"Liat mamah, apa kamu mencintainya?" Mamah menatap ku lekat. Aku hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Pandangan ku hanya tertuju pada lantai yang ku pijak.

"Apa kamu bisa jamin jika laki-laki itu lebih baik dari Raka?" Aku menggeleng mendengar pertanyaan itu. Jujur aku bingung dengan pertanyaan itu, aku mungkin mengenal Naufal sejak lama. Namun aku selalu membatasi diri dengannya.

"De, mamah yakin dengan pilihan anak bungsu mamah ini. Kamu sudah dewasa dan berhak menentukan jalan mu sendiri. meskipun laki-laki itu lebih dulu melamar mu tapi bagi Abah dan mamah Raka lebih dulu menemui kami. Jadi kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan"

Ya mamah benar Naufal mungkin lebih dulu melamar ku, tapi bang Raka yang sudah resmi melamar ku. Itu artinya tidak boleh ada lamaran di atas lamaran lainnya. Naufal melamar ku dihadapan semua orang tapi tidak dihadapan kedua orang tua ku.

"De mamah dan Abah yang akan menjaminnya jika Raka adalah laki-laki Soleh yang pantas untuk menjadi imam mu kelak. Mamah yakin kalau kamu pasti bisa menilainya sendiri"

Ya Allah inikah jalan takdirku....
Atau justru aku memilih berkompromi.....
Tidak. Hati ku masih belum sepenuhnya yakin....
Ya Alloh berikan petunjukmu ya Rab...
.
.
Hari ini aku akan mengunjungi suatu tempat, aku berharap dengan aku pergi ke sana dapat memberi ku petunjuk akan hati yang tengah tak karuan ini.

Langkah kaki ini berjalan ke tempat dimana dulu aku mencari ketenangan, saat itu semua pertanyaan di benak ku terjawab.  Segalanya berubah setelah aku datang ke sini dan ku harap hari ini pun aku bisa memantapkan jawaban untuk setiap pertanyaan yang selama ini mengerubungi pikiran ku.

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang