Ragu & Menjauh

5 0 0
                                    

"Defita tolong beri aku kesempatan buat bicara" Naufal menghadang seseorang saat orang itu mencoba menghindarinya.

"Maaf Fal, aku mau ke perpus" Balas Defita. Ya beberapa hari ini sangat sulit bagi Naufal untuk menemui Defita. Ia beberapa kali ingin mengajak Defita bicara namun perempuan itu tak pernah punya waktu untuknya.

"Aku mohon Defita, beri aku waktu lima menit saja" Ia kembali memasang wajah memelasnya.
Defita tak berkata apapun, hanya kerisauan yang terpancar di wajahnya.

Setelah sekian lama tak kunjung mendapat respon akhirnya Defita mengangguk, namun ia masih tak bersuara sama sekali.

"Kenapa saat kemarin kamu masuk sekolah kamu kaya menghindar dari aku?" Naufal menarik nafasnya gusar. Ia sudah sangat bingung dengan sikap Defita yang selalu menghindarinya.

"Sejak kecelakaan hari itu, aku gak bisa hubungi kamu dan kamu juga gak pernah balas chat dari aku. Apa karena laki laki yang ada di klinik itu kamu hindarin aku" Katanya dengan penuh intimidasi.

Defita masih diam, dia tidak mengatakan apapun pada Naufal. Tanpa menatap Naufal, ada kerisauan yang kini tengah melanda hatinya. Menghindari Naufal adalah salah satu kepatuhan atas perintah Kakaknya. Setelah kejadian itu Kak Tian melarang Defita untuk tidak terlalu dekat dengan Naufal, untuk itulah Defita menjauh dari Naufal.

"Ta, kenapa kamu diem aja atau jangan jangan dia itu pacar kamu? Untuk sesaat aku pikir kamu itu beda sama perempuan lainnya. Tapi yang aku lihat di klinik itu membuat aku ragu sama kamu Ta. Jawab aku Ta! apa dia itu kekasih kamu" Naufal sedikit membentak Defita, ia meradang karena Defita terus saja diam.

"Cukuppp..." Kata Defita tegas dengan mengangkat satu tangannya menghadap Naufal, seakan memberi tanda pada Naufal untuk berhenti berbicara.

"Waktu kamu buat bicara sudah habis--"

Naufal membelalakkan matanya atas jawaban yang diberikan oleh Defita. Bukan ini jawaban yang ingin Naufal, ia hanya menginginkan sebuah kebenaran yang akan membuat hubungannya dengan Defita kembali membaik.

"Satu hal yang ingin aku katakan, kalau pria itu bukan KEKASIHKU" Tegas Defita dengan menekan kata kekasihku. Ia menerobos paksa jalan yang terhalang oleh Naufal, meninggalkan Naufal yang masih bergeming mendengar perkataan Defita.

Defita berlari memasuki Perpustakaan ia mulai menulis secara kasar untuk meluapkan emosi yang tak bisa ia ungkapkan pada siapapun.

"Maaf Naufal jika aku harus menjauhimu bukan maksudku untuk membencimu, tapi apa dayaku semua orang tak suka jika kita saling dekat. Bang Raka tidak menyukaimu karena dia mengira aku akan menjadikan mu sebagai pacarku tetapi bukan dia yang menghalanginya.
Kak Tian lah yang secara gamblang menyuruhku untuk menjauh dari mu, ini pertama kalinya Kak Tian memperdulikan kehidupan ku mesikupun itu berupa larangan untuk menjauhimu. Tetapi ada seseorang yang lebih mendorong ku untuk menjauh darimu bukan kak Tian atau Bang Raka tetapi Alisha dialah orang pertama kali tidak menyukai kedekatan kita, aku tidak bisa menghancurkan sebuah hubungan lama demi menyelamatkan hubungan baru yang belum tentu bisa ku jalani"

Defita kemudian merobek kertas itu dan menggulungnya menjadi sebuah bola lalu ia membuangnya ke tong sampah.

"Maafkan aku Naufal mungkin dengan menjauh darimu itu akan lebih baik" Gumam Defita, kemudian ia berlalu untuk mengambil beberapa buku referensi untuk keperluan prakerin nya nanti.

Seperti itulah cara Defita meluapkan semua emosinya, ia tak ingin seseorang tahu bagaimana kondisi perasaannya jika ia berkata pada sahabatnya itu hanya akan menambah beban bagi sahabatnya. Mungkin cara ini tidak akan memberinya solusi namun jika Defita mengalami masalah dalam kehidupannya hanya Alloh SWT yang mampu memberikan jalan keluar dari setiap masalahnya. Hanya doa'yang bisa ia panjatkan pada sang Ilahi Rabbi.

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang