Tasbih Pengantar Janji

5 0 0
                                    

Sebentar lagi pesawat yang ku tumpangi akan take off. Selamat tinggal negeri ku disini semua kenangan hidupku terukir, aku akan menjalani kehidupan baru di negeri orang. Demi melupakan cinta itu aku harus pergi.

Saat berada dalam pesawat aku membuka paper bag yang Adrian berikan padaku sebelum pergi, dia bilang ini hadiah dari Defita. Sebuah tasbih kecil berwarna biru, ada sebuah kertas kecil didalamnya.

"Assalamu'alaikum bang Raka, benda ini adalah bentuk terimakasih dan permintaan maaf ku.
Terimakasih bang untuk semua yang pernah bang Raka kasih, bang Raka adalah orang pertama yang dapat menerima ku apa adanya. Semua kebahagiaan yang bang Raka berikan telah sangat berarti bagiku. Bahkan aku tak sanggup membalas semua itu. Jangan kan untuk semuanya cicilan laptop ku saja belum lunas, tolong beri aku waktu lagi.

Maaf bang, maaf jika selama ini hanya sikap cuek dan jutek yang bang Raka terima dari ku. Aku tak pernah merespon baik semua yang telah bang Raka berikan. Aku tau bang jika kemarahan bang Raka kemarin adalah bentuk nasehat yang bang Raka berikan untukku. Bang Raka tau kan jika laporan itu tertukar. Mengapa bang Raka tetap memarahiku?

Bang benda ini mungkin tak berarti apapun harganya juga murah aku membelinya di depan masjid Al Fallah, kala menunggu bang Raka sholat waktu itu. Ibu penjual tasbih ini mengatakan jika seorang hamba selalu ingat pada Allah, maka kelak surga adalah imbalannya. Semua kemegahan dunia bisa bang Raka dapatkan dengan mudah aku hanya bisa memberikan harapan surga lewat tasbih ini Bang.
~ Biru adalah air, semoga lantunan dzikir bang Raka bisa terus mengalir sederas aliran hujan yang membasahi bumi.
~Biru adalah lautan, seluas samudera, Allah kabulkan doa' bang Raka
~Biru adalah langit, setinggi apapun langit, bang Raka bisa menggantungkan doa' bang Raka agar Allah mengijabah semua yang bang Raka inginkan.

Titipkan namaku dalam doa' mu bang, jika kelak bang Raka pergi. Doa' mu akan tetap menjaga ku.

Jangan tertawa dengan tulisan ku ini. Aku akan sangat bahagia jika bang Raka dapat membaca tulisan ku yang seperti sandi rumput ini.

Terimakasih telah membaca, wassalamua'laikum,

Salam manis dari adik jutek mu
Adefita Nadhifah

Aku hanya bisa tersenyum dan menitikkan air mata saat membaca surat ini. Kita memang tak akan bersama lagi De, ku harap dengan kenangan yang kau berikan ini dapat membantuku menunaikan janji yang sempat terlontar untuk mu. Aku menggenggam erat tasbih kecil itu. Meski kita tak bersama, doa'ku akan selalu untukmu.

Aku mulai berzikir melantunkan kalimat tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil.

#######
Hari ini Defita akan kembali ke sekolah, rutinitasnya akan kembali seperti semula, tak akan ada warna lain yang menemani harinya. Warna itu telah pergi menyisakan penyesalan mendalam bagi dirinya.

Tidddtt...

Ah khayalan klakson itu terlalu berlebihan jika ia mengira suara itu berasal dari mobil Raka.
"Ade, ayo ikut" Defita terpekik sesaat kala ia melihat siapa yang memanggilnya. Bukan klakson mobil yang ia dengar tapi motor. Dan tebak siapa yang mengendarainya.

"Kak Tian--"

"Ayo naik sekalian aku ada urusan sama temen" Defita hanya bisa mematung menyaksikan hal ini, benarkah ini kakaknya, kak Tian yang selama ini tak pernah peduli pada adiknya.

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang