Tenangkan Hatimu

10 2 0
                                    

Defita pulang dengan keadaan yang kacau, hati yang terluka oleh seseorang yang ia anggap teman istimewa. Hampir saja Defita menganggap Alisha sebagai sahabatnya namun ekspetasi itu lenyap dengan sebuah tamparan yang melahirkan kekecewaan di hatinya. Langkahnya lunglai, mata yang sembab karena menahan air mata. Hatinya yang tengah bergemuruh karena menahan amarahnya yang tengah coba ia tenangkan dengan beristighfar.
Pipi merah bekas tamparan itu coba ia tutupi dengan masker agar orang lain tak mengetahui lukanya. Masker itu bukan hanya menutupi lukanya tapi juga menutupi lesung pipinya. Tidak, lesung pipi itu telah tenggelam dan tergantikan oleh pipinya yang merah karena sebuah tamparan.

Defita berdiri di bahu jalan, menanti kedatangan angkot yang akan membawanya pulang. Beberapa angkot melaluinya tapi Defita tak menyadarinya tatapan matanya kosong menatap beberapa mobil yang berlalu-lalang. Raganya di tempat ini, namun hatinya tengah melayang meratapi rasa kecewa yang dia dapat hari ini. Dia seperti orang yang kuat, satu jam yang lalu ia di tampar seseorang seperti tak terjadi apa-apa ia kembali melanjutkan aktivitasnya. Tapi hatinya justru rapuh.

Tittttdddd

Dan seperti biasa suara klakson mobil yang memekakkan telinga itu telah datang namun Defita sama sekali tak menyadari kehadirannya, ia masih senang dengan dunia angan-angannya.

Raka yang berada di dalam mobil mengernyitkan dahinya, ada apa dengan gadis ini. Beberapa kali ia menyuruh mang Udin untuk membunyikan klaksonnya, tapi gadis itu tetap saja diam di tempat.
Raka memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

"Assalamu'alaikum De" Sapanya.
Defita masih diam tak ada respon apapun darinya.

"Kenapa gadis ini?" Batinnya.

"De--" Raka menepuk gadis itu, Defita tersentak, ia kemudian mencoba menetralkan suasana hatinya.

"Eh bang Raka--"

"Assalamu'alaikum" Potong Raka, lebih tepatnya ia kembali mengulangi salamnya.

"Wa'alaikumsalam" Balas Defita. Ada yang aneh dengan suara Defita itulah yang sekarang ada di benak Raka.

"Ayo, saya anterin kamu pulang" Ajak Raka padanya, ia harus tau apa yang terjadi pada Defita.
Defita hanya mengangguk dan mengekori Raka masuk ke mobil.

"Kamu kenapa pake masker" Tanya Raka saat keduanya, berada dalam mobil.
Defita hanya menggeleng, Raka yang dibuat penasaran itu akhirnya membuka paksa masker yang Defita kenakan.
Betapa kagetnya Raka melihat kondisi gadis itu saat ini. Mata sembab kini menghiasi wajah gadis ini, nanar wajah yang jutek, pemarah, dan polos itu hilang. Tergantikan oleh pipi merah bekas sebuah tamparan.

"Kamu abis nangis!!!"
Bukanya menjawab gadis malah semakin tak kuat menahan air matanya dan jadilah....

"Huaaaa...hiks ..hiks" Defita menangis, mengeluarkan semua beban berat yang ada dalam hatinya.

"Eh...eh kok kamu beneran nangis" Raka panik bukan kepalang, Defita kini benar-benar menangis tersedu-sedu. Bagaimana ini, selama ini Raka tak pernah dihadapkan pada situasi seperti ini. Melihat seorang gadis menangis, apa yang harus Raka lakukan. 'Permen' Tidak gadis ini bukan anak kecil masa iya Raka harus memberinya permen.
'Balon' ayolah Raka fokus, sekarang dia tengah menghadapi seorang gadis yang tengah menangis.
Raka terus bergulat dengan pikirannya, mencari solusi untuk menenangkan Defita.

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang