Interaksi Robot

3 0 0
                                    

"Assalamualaikum ka" Ujar Sava yang diekori Fera dibelakangnya. Ketiganya meninggalkan ruangan dengan perasaannya masing-masing.

"Wa'alaikumsalam"

"Yan apa kamu udah ketemu sama dokter" Pria yang menyelamatkan Defita tadi kembali bersuara setelah ketiga teman Defita keluar.

"Udah Raka" Balasnya datar. Ternyata pria yang menyelamatkan Defita adalah Raka. Dia memang ada di sana. Perusahaan Raka adalah sponsor utama acara culture fest. Sebenarnya saat itu Raka ada di mobilnya dan berniat pulang, namun ia melihat Defita, awalnya Raka hanya ingin menyapanya tetapi kejadian itu kembali terulang.

"Apa yang dokter katakan?"

"Ade gak ngalamin luka serius, dia cuma lecet lecet doang tapi--" Pria itu menggantungkan ucapannya.

"Tapi apa?" Balas Raka cemas.

"Ade mengalami trauma, kejadian hari ini telah kembali mengingatkan Ade akan kecelakaan yang pernah dia alami. Dokter bilang jika kondisi mental Ade baik trauma itu akan sembuh dengan sendirinya, tapi jika kondisi nya nggak bagus itu akan berdampak buruk pada mental Ade nantinya" Jelas pria itu.

Raka mengusap gusar wajahnya, entah apa yang akan terjadi pada Defita setelah kejadian ini.

"Jangan..." Suara lirih Defita kembali terdengar, namun suaranya lebih terdengar seperti tengah menangis.

Tian menghampiri Defita, namun ekspresi nya masih tetap sama. Dingin..

"Bangun"
Dia kembali bersuara, setelah Defita terbangun dengan sedikit ketakutan Tian menyodorkan segelas air putih padanya. Defita meminum air itu kemudian ia kembali terduduk.

"Aku dimana?" Entah pada siapa Defita bertanya, saat ia mengedarkan pandangannya di ruangan itu.

"Di klinik" Balas Tian masih dengan ekspresi tetap sama.
Jika di luar ruangan ini Tian terlihat sangat mencemaskan kondisi adiknya itu, lain halnya ketika pria ini bertemu langsung dengan Defita.

Raka yang melihat suasana ini, Hanya bisa terpaku, rasanya Raka seperti menyaksikan robot yang tengah saling berinteraksi. Padahal keduanya itu bersaudara, namun mengapa sikap mereka seperti orang asing yang baru bertemu ketika mereka berinteraksi.

"Bang Raka kok ada disini" Defita yang baru menyadari keberadaan Raka yang terbaring di sampingnya.

"Sa--ya" Balas Raka ragu.

"Dia yang menolong kamu" Ucap Tian.

Kemudian Defita mencoba mengingat kejadian mengerikan yang menimpanya tadi, sesaat kemudian dia memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Sudah jangan memikirkan apapun istirahatlah, sebentar lagi kamu akan pulang" Titah Tian pada Defita, entah itu sebuah perintah atau sebuah kekhawatiran yang Tian  katakan pada Defita namun tetap saja ia memasang wajah yang datar.

"Mamah kemana?" Defita kembali bertanya.

"Mamah gak di kasih tau nanti dia khawatir" Balasnya dengan menampakkan wajah triplek. Datar dan Dingin.

"Sudah De, kamu istirahat saja jangan banyak pikiran" Kata Raka dengan sedikit lembut, ia mencoba memberi sedikit ketenangan pada Defita.

"Astaghfirullah... Kenapa mereka berdua, bersikap seolah-olah mereka adalah orang asing" Batin Raka.

Tian pria itu adalah kakak Defita,  mereka memiliki sikap yang sama menyimpan perasaan dengan diam. Hanya saja Tian lebih acuh dan dingin pada Defita. Kenangan masa lalu yang membuat keduanya hidup bagai orang asing meski tinggal dalam satu atap.
Defita yang cuek tak sama sekali mengeluh dengan sikap kakaknya, lain halnya dengan Tian ia justru seperti menganggap Defita tak pernah ada.

Hubungan adik-kakak ini telah hancur, entah sejak kapan keduanya saling bersikap dingin satu sama lain. Mereka lahir di rahim yang sama, dan di besarkan oleh orang tua yang sama bahkan sikap dingin mereka pun sama. Bayi kembar saja memiliki perbedaan sikap namun keduanya bersikap sama. Dingin dan kaku.

Hi guys....
Bagus ga sih part ini...
Semoga menghibur 🙂
Terimakasih 📔 📕

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang