Prakerin 3(pengingat)

2 2 0
                                    

'Dua insan beda gender yang saling bersama tanpa sebuah ikatan halal. Apa nama hubungan bagi keduanya? Apapun itu tundukkan pandangan mu. Karena itu bisa mendekatkan mu pada Zina'

🌱JTPH 🍁

"Ka jelasin ke ane, kenapa ente bisa kenal sama Adefita" Adrian mengintimidasi ku, sedari tadi aku tak menanggapi ocehannya itu.

"Sebenarnya, Ade udah ana anggap adik sendiri--"
"Whaaattt ente gak lagi halu kan?" Potongnya.

"Kurang lebih satu tahun yang lalu, ana ketemu sama dia kejadiannya mendadak, tanpa prediksi ataupun rencana kita ketemu dalam sebuah kecelakaan" Tanpa mengidahkan ocehannya yang sejak tadi terus saja mengoceh. Aku mulai menjelaskan hubungan apa sebenarnya yang terjalin antara ku dengan Ade.

"Kecelakaan" potongnya lagi, Adrian memang tak mengetahui perihal kecelakaan yang ku alami bersama Adefita. Sedikit pun Adrian tak mengetahui tentang Adefita. Aku memang tak pernah menceritakannya pada Adrian.
----------------------

Adefita Nadhifah, gadis berlesung pipi itu telah memberi warna baru dalam hidupku yang sepi ini. Gadis jutek yang pandai menyembunyikan perasaannya. Saat pertama kali bertemu dengannya, gadis itu terluka. Untuk menebus rasa bersalah ku putuskan untuk bertanggung jawab. Membiayai pengobatannya, mengantarkannya ke rumah sakit, mungkin itu sudah cukup. Tapi tidak kenyamanan dan kehangatan keluarganya membuat ku terlena. Aku yang haus akan kasih sayang, menyandarkan kesedihan ku pada mereka. Hingga ku putuskan untuk menganggapnya sebagai adik sendiri. Kebahagiaan itu terlihat indah.

Aku menceritakan semua kisah ku pada Adrian ia hanya anteng meresponnya.

"Ente suka sama perempuan itu" Aku menatap Adrian lekat lekat, selama ini aku menganggap Ade sebagai adiku sendiri 'rasa suka' itu memang ada tapi hanya sebatas rasa persaudaraan tak lebih.
"Gak mungkin lah Dri" Balasku.

"Ka ane tau siapa ente, selama ini ente selalu bilang kalo rasa cinta itu gak pernah pandang bulu. Ente gak pernah sayangin seorang cewek sampe segitunya--" Aku bergeming memang selama ini aku tak pernah memperlakukan seseorang seperti sikapku pada Ade. Di kantor ini orang-orang menilai ku sebagai killer bos.
"Jangan bilang, ente nolak Sandra karena gadis itu" Tebaknya.

Aku kembali bergeming, memang alasan utama di balik penolakan ku pada Sandra karena aku tak mau memaksakan diri untuk mencintainya. Tetapi ada alasan lain, setelah aku beristikharah aku mengalami kejadian yang aneh hari itu insiden di acara culture fest menjadi jawaban dari segala kebingungan ku.

"Ka--" Adrian kembali menyadarkan ku dari lamunan.

"Sekarang ane tau ente mencintai Adefita, diamnya ente telah membuktikan kalau ente punya rasa sama dia" Jelasnya.
"Ana gak mungkin jatuh cinta sama dia--"

"Kalo bukan cinta, apa namanya ka, disaat ente peduli sama dia, korbanin apapun untuknya. Ente bukan sahabatnya, bukan temannya dan bukan saudaranya" Adrian menekankan kalimat terakhirnya 'bukan saudaranya'

Aku melupakan siapa status ku di mata mereka dan sebesar apa batasan ku dengannya. Haruskah ku menjauh darimu De.
.
.
.

"Bang mang Udin kemana?" Tanya Ade ketika kami telah sampai di parkiran. Seperti biasa jika dulu aku sering menjemputnya pulang kali ini aku akan mengantarkan Ade pulang.
"Dia lagi sakit" Balasku sembari memasuki mobil.

"Kamu ngapain ke belakang di depan aja, saya kan bukan supir kamu" Cegah ku padanya saat ia akan membuka pintu belakang.

"Biasanya kan aku dibelakang bang, lagian kalo di depan kan kita cuma berdua bukan muhrim lagi" Balasnya. Entah mengapa mendengar ucapannya aku kembali teringat ucapan Adrian jika kami bukanlah sepasang insan yang bersaudara. Selama perjalanan Ade tak sama sekali membuka suaranya ku tengok di balik spion, ternyata ia tengah sibuk berkutat dengan laptopnya.

"De, kita mampir ke masjid dulu ya buat shalat ashar berjamaah" Ucapku membuka suara.

"Iya bang"

"Kamu gak turun" Tanyaku padanya, yang masih setia di kursi belakang.
"Aku lagi berhalangan" Dengan ragu dan menunduk dia menjawab pertanyaan ku.

Aku pun memutuskan untuk memasuki masjid ini sendiri. Masjid yang sama, tempat dimana waktu aku dan Ade menenangkan diri meminta perlindungan pada sang Khalik.

"Jang Raka!!" Sapa seseorang saat aku tengah memasang sepatu di teras masjid.

"Abah!!!!" Pekik ku. Aku pun langsung mencium tangannya.

"Kamana wae Jang, awis tepang" (kemana saja Jang, jarang ketemu)

"Biasa Bah, Raka sibuk kerja" Balasku.

Abah Ma'il dia adalah guru sekaligus pemimpin pesantren tempat ku mondok dulu pada saat masih di Bogor. Dia ulama besar, aku banyak belajar darinya. Mulai dari pengetahuan sampai pengalaman. Aku juga menemukan sosok ayah dalam dirinya.
"Abah gimana kabarnya?"

Aku memang jarang bertemu dengan beliau, terakhir kali kami bertemu dua tahun yang lalu saat aku mengadakan syukuran atas keberhasilan perusahaan di pesantrennya.

Kami banyak bercerita, hingga aku melupakan sesuatu jika ada seseorang yang menunggu ku di mobil. "Astaghfirullah, maaf Bah, saya harus nganterin seseoran--"

"Kalo boleh Abah bisa mampir ke rumah Raka untuk sekedar minum teh" Tambah ku.

"Memangnya kamu mau nganterin siapa?"

"Sebenarnya dia nunggguin Raka di mobil Bah, namanya Adefita" Jelasku.

"Perempuan!!!" Pekik Abah kala menengok ke arah mobil ku. Di sana sepertinya Ade masih anteng dengan laptopnya.

"Iya bah" aku mengangguk.

"Abah tau kamu udah dewasa Jang, sejak kecil kamu udah tinggal sama Abah, kamu pastinya sudah tau batasan terhadap lawan jenis Jang. Setiap manusia, setinggi apapun ilmunya, seshalih apapun orangnya syaitan selalu berperan untuk menggodanya Jang. Tak manusia yang sempurna yang terhindar dari dosa. Tiada yang sempurna di dunia ini Jang Raka, tapi setiap orang punya kesempatan untuk memperbaikinya Tinggalkan atau halalkan perempuan itu Jang" Ceramahnya.
Aku bergeming atas perkataan Abah barusan. Aku tahu beliau tengah menasehati ku.

Hari dua orang telah memberi ku petunjuk. Mereka telah menarik ku saat kaki ini hampir terjerembab ke jurang kemaksiatan. Sebesar apapun rasa sayang yang ku miliki untuk Ade dia adalah orang asing bagiku tak ada ikatan apapun yang mengharuskan ku untuk selalu menjaganya. Lalu bagaimana dengan janjiku? Haruskah aku tinggalkan Ade?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh reader's....
Jumpa lagi.
Info penting JTPH kemungkinan hanya akan sampai part 44 ditambah 3 ekstra part.
Jangan sedih reader's... Karena di part seterusnya kalian akan tau apa sih konflik sebenarnya dari cerita ini, author juga mau ngasih sedikit kejutan buat kalian ditunggu yah...

Terimakasih 📔📕

{JTPH 1} Janji Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang