8

1K 9 0
                                    

Aira mulai lelah memikirkan cara agar Ivan mengizinkannya bekerja. Aira bukan tipe perempuan yang bisa diam. Andai Nindy masih tinggal di Jakarta, mereka berdua bisa hang out bareng. Sementara Nara sedang sibuk bekerja mengumpulkan uang agar bisa menikahi Fiona. Aira sudah rela Nara bahagia dengan orang lain. Dan mereka berdua sepakat untuk kembali menjadi sahabat.

Pada sosial media Aira, sudah banyak pelanggan yang menanyakan online shopnya. Sudah satu bulan ia vakum sejak persiapan pernikahannya dengan Ivan. Tangannya sudah gatal ingin membalas pesan-pesan mereka, mengemas pesanan, mengantarkannya ke kantor pos, dan mengambil uang di ATM.

Siang itu adalah hari Minggu dan seperti biasa Ivan libur. Tepat saat menstruasi Aira selesai, lebih cepat dari biasanya. Baru saja wanita itu selesai mandi besar. Ia melongok mencari suaminya. Ternyata Ivan sibuk main gawai di meja makan. Sepertinya ia baru saja selesai makan siang dan mengecek email pekerjaannya. Aira memutuskan untuk negoisasi sekali lagi soal izin kerjanya. "Ivan."

"Hmm."sahut Ivan dengan suara beratnya.

"Soal kerja..."

"Tidak, Aira. Kita sudah membahasnya berkali-kali. Menurutlah pada suamimu. Pembicaraan ini selalu berujung pertengkaran." Ivan bicara tanpa lepas dari layar gawainya. Dasar batu!

"Lo egois, Ivan!"bentak Aira kesal. Tiba-tiba sebuah ide melintas saat Aira melihat apronnya teronggok di salah satu kursi. Aira beranjak memungut apronnya. Ia jadi ingat anime ecchi yang pernah ditontonnya bersama Nara. Emang sableng itu orang. Film bokepnya bejibun. Sudah jadi rahasia umum. Ia melepas kaos kumal, celana kolor, bra, dan celana dalamnya lalu menggantinya dengan apron itu. Aira meringis kegelian karena renda-renda apron yang membelai kulit telanjangnya. Bulu-bulunya pun meremang karena angin yang langsung mengenai kulitnya.

"Papa!"seru Aira bersemangat. Ivan hanya menoleh sejenak.

"Papa!"seru Aira yang kedua kalinya dan berhasil membuat Ivan melotot. Aira berputar-putar memamerkan bokong sintalnya. Lalu di remasnya bagian atas apron hingga terkumpul di tengah dada hingga menampakkan dua payudaranya yang ranum. Ekspresinya dibuat sesensual mungkin. "Yakin Papa nggak mau?"

Persetan dengan kerjaan, dibantingnya gawai Ivan begitu saja ke lantai. Untung gorilla glass. Pria itu langsung menerjang istrinya. Tapi pria itu langsung dipukul telak dengan tendangan memutar."Mama merusak suasana."gerutu Ivan sambil menggosok belakang lehernya. Bahaya tuh kalau kena saraf.

"Boleh kerja atau ucapkan selamat tinggal pada squishy Papa."ujar Aira tegas. Dari mana Aira tahu panggilan kesayangan Ivan pada payudaranya?

"Paling nanti kamu juga minta duluan."cibir Ivan.

"Oh ya? Nyatanya seminggu ini kita sama-sama puasa. Kuat-kuat aja tuh. Yakin nggak mau main sama squishy?" Ivan memijat tengkuknya frustasi. Ia teringat hari-hari membosankannya tanpa belaian istri.

"Fine! Tapi saya perlu tahu kamu kerja apa." Aira tersenyum karena suaminya menurut dengan ancaman begitu. Dasar otak selangkangan!

"Gue punya online shop sebelum kita nikah. Gue mau lanjutin itu." Aira memungut gawai Ivan dan duduk di pangkuan Ivan. Pria itu menelan ludahnya karena penampilan Aira. Menggiurkan tapi tak tersentuh. Bisa disleding lagi kalau menjamah sebelum dapat izin. Ia membuka instagram milik Ivan lalu mencari akun online shopnya dari situ. "Nih, toko gue udah lumutan. Lihat komen-komennya. Bahkan sampai ada yang DM instagram pribadi gue. Mereka kangen sama produk-produk yang gue jual."jelas Aira sambil menunjukkan layar gawai ke muka Ivan. Awalnya Ivan kira istrinya berjualan baju-baju lucu dan semacamnya. Ternyata ia berjualan alat inovasi aneh-aneh seperti yang suka ditayangkan acara dengan dua host kocak.

Cahaya MatakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang