Jeevan mengubah posisi tidurnya miring ke kiri karena ia mulai pegal. Namun wajahnya malah mendarat pada gundukan lembut. Dalam mimpinya Jeevan sedang snorkeling di Pulau Ora dan berguling di terumbu karang yang lembut. Lalu ia melihat buah pear dalam laut. Dilahapnya buah dan rasanya... tak ada rasanya tapi enak diemut, kenyal dan menimbulkan suara desahan. "Ahn..."
Seketika Jeevan terlonjak bangun. Kini Eleanor berada di sampingnya dengan tubuh telanjang bulat dan wajah sayu. Apa yang dimakannya tadi? Mata Jeevan melirik dada Eleanor dan melihat payudara kanan Eleanor penuh dengan liurnya.
"Sedang apa lo di sini?! Mana baju lo?!"hardik Jeevan sambil menarik selimut menutupi tubuh Eleanor. Lalu ia beranjak keluar kamar. Tapi Eleanor memeluknya dari belakang. "Tadi enak banget. Bisa kamu lakukan hal yang sama dengan yang satunya?"bisik Eleanor dengan nada melantur. Kemudian ia cegukan.
"Lo mabuk Eleanor. Cepat pakai baju lo." Jeevan berbalik dan langsung disambut ciuman oleh Eleanor. Jeevan berusaha mendorongnya tapi dengan cekatan kaki dan tangan Eleanor membelitnya seperti gurita. Eleanor mencecap bibir Jeevan dengan ganas. Memancing gairah Jeevan. Dan dibalasnya juga ciuman Eleanor.
Jeevan menggendong tubuh Eleanor dan membaringkannya di ranjang. Lalu ia mulai mengecup dan menjilat leher wanita itu. Terus turun ke dada, perut, dan kemaluannya. Membuat tubuh Eleanor penuh dengan tanda merah. Lidah Jeevan bermain di kewanitaan Eleanor sampai wanita itu orgasme. Ini saatnya Jeevan menurunkan celana kolor bergambar pohon kelapanya dan memasukkan kejantanannya ke tempat yang tepat.
Jeevan kesulitan. Ia tak menyangka Eleanor masih perawan. Lalu ia menarik keluar kejantanannya tapi ditahan oleh kaki Eleanor. "Teruskan, jangan PHP."pinta Eleanor. Maka Jeevan menerobos selaput dara Eleanor hingga wanita itu menjerit kesakitan.
"Maaf..."Jeevan membisikkannya berulang kali sambil menggenjot kewanitaan Eleanor hingga wanita itu mendesah keenakan. Setelah mereka mencapai klimaks, Eleanor jatuh tertidur. Jeevan mencabut kejantanannya dan berbaring di samping Eleanor.
"Fuck! Gue udah gila sampai berbuat sejauh ini! Gimana caranya gue menghadapi Pak Suryadi?"umpat Jeevan.
Ada pergerakan dari sisi Jeevan yang membuatnya menoleh. Eleanor memunggunginya dan terdengar isakan, "Ivan... kamu jahat..." Hati Jeevan seperti dipukul godam mendengarnya. Lalu ia memutuskan keluar kamar dan tak kembali. Menganggap peristiwa panas barusan tak pernah terjadi.
Setelah masa liburan habis, mereka berempat kembali ke Jakarta dan sibuk dengan rutinitas masing-masing. Pagi itu Aira dan Ivan pulang berolahraga seperti biasa. Pagi itu hari minggu. Usai berolahraga mereka mandi dan salat subuh.
Saat Aira beranjak untuk menyiapkan sarapan. Ivan malah menariknya ke pangkuan. "Mau nenen, Ma."rengek Ivan. Aira tertawa. Tapi diturunkannya juga tali dasternya hingga terkumpul di bawah perut. Payudaranya langsung terpampang di muka Ivan. Ia sengaja tak mengenakan bra karena sejak semalam ia merasa kesempitan. Entah hanya perasaannya atau memang nyata. Payudaranya kian hari kian besar.
"Ahn..." Aira merintih saat mulut Ivan mengenyot payudara kanan Aira dengan lahap. Ia merasa nyeri. Dan Ivan menyadari istrinya kesakitan.
"Maaf, Sayang. Aku terlalu keras menyedotnya, ya?"ujar Ivan. Aira mengangguk. Ivan berpindah ke payudara sebelah kiri. Namun baru ujung lidahnya yang menyentuh puting, Aira sudah merintih lagi. Ivan membatalkan niatnya untuk menyusu pagi ini.
Ivan heran. Mengapa istrinya jadi sangat sensitif. Ini berbahaya bagi kehidupan seksualnya. Diamatinya kedua squishy kesayangannya. Satunya sudah penuh liur, satunya belum terjamah. Tapi kedua pentilnya kini berwarna lebih gelap dari biasanya. Selain itu, "Kok ukurannya lebih besar? Mama nggak apa-apa?" Ivan takut payudara istrinya digigit serangga hingga bengkak. Serangganya ya kamu, Van!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Mataku
ChickLitIvan merupakan sosok yang keras dan dingin. Semua yang berhubungan dengannya serba teratur. Karakternya itu terbentuk bukan tanpa alasan. Hingga akhirnya ia menemukan cahaya matanya dan perlahan memaafkan.