Suasana hati Ivan terus baik sejak Aira hamil. Sebentar lagi ia jadi ayah. Ia juga tak perlu khawatir karena ada Aida yang menjaga istrinya di rumah. Meski masih sekolah, adiknya itu cekatan. Semua yang membuat Aira mual disingkirkan. Untung mual hanya terjadi pagi dan malam hari. Aida juga rajin mengingatkan Aira minum susu hamil. Karena wanita hamil rentan kekurangan kalsium. Bahkan ia lebih berani memaksa Aira minum susu daripada Ivan ketika wanita itu merasa mual. Makanan yang diidamkan Aira, semua bisa dimasak Aida. Tapi kalau tiba-tiba Aira mengidam makanan langka, Ivan bisa memesannya pada Winarti. Lengkap sudah hidupnya.
Siang itu mood baik Ivan terganggu oleh teriakan Suryadi di ruangannya. "Cepat bilang ke Papa siapa yang menghamilimu!" Ivan berniat menyerahkan laporan ke ruangan bosnya tapi ia urungkan. Bahkan ia mendengar suara tangisan Eleanor. Perasaannya terusik. Tumben wanita itu menangis dimarahi Suryadi. Dan apa tadi Suryadi bilang? Eleanor hamil? Dasar perempuan murahan.
Ivan buru-buru masuk ke ruangan Suryadi saat melihat sekelebat bayangan pria itu mengguyur putrinya dengan air teh. "Apa yang Bapak lakukan? Dia putri Bapak sendiri." Ivan mencoba membela Eleanor.
"Tapi dia sudah mempermalukan saya, Ivan. Dia hamil di luar nikah dan tidak mau mengatakan siapa ayah bayinya."ujar Suryadi. Ivan menyodorkan sapu tangannya pada Eleanor. Wanita itu menerimanya dan mengusap wajahnya.
"Eleanor, katakan siapa yang menghamilimu. Kasihan papamu bingung."bujuk Ivan.
"Aku nggak tahu. Aku bahkan nggak pernah tidur sama lelaki mana pun. Cuma kamu yang aku mau, Ivan."
"Bohong! Kamu nggak sadar pergaulanmu seperti apa? Sering party dengan sosialita nggak jelas. Dandan berlebihan sampai Papa nggak menemukan sosok putri Papa yang manis lagi. Apa yang mesti Papa katakan pada keluarganya Jeevan? Hancur hubungan bisnis Papa."bantah Suryadi.
"Tuh kan. Papa nggak percayaan, Van. Bisnis melulu yang dipikirin."sungut Eleanor sambil sesenggukan.
"Berapa usia kandunganmu?"tanya Ivan.
"Tiga minggu. Aku sering mual, Cindy yang lihat nyaranin aku beli testpack dan kasih tahu cara pakainya. Lima testpack dengan merk berbeda aku pakai dan menunjukkan dua garis merah semua. Aku searching di internet ternyata artinya aku hamil. Kamu mau jadikan aku istri keduamu, Van?"
"Ngacau kalau ngomong."tegur Suryadi.
"Usia kehamilanmu hampir sama dengan istri saya. Sebentar, saya perlu menghubungkan ingatan saya."
Pagi itu hari kedua liburan Ivan ke Pulau Ora. Ia keluar dari kamar dan meregangkan tubuhnya. Sekarang masih pukul tiga dini hari waktu setempat. Karena sulitnya sinyal di sana, ia memutuskan untuk menikmati angin laut. Ternyata ia tak sendiri, ada Jeevan yang duduk memeluk lututnya di pantai.
"Tidak tidur?"sapa Ivan.
"Dari mana aja lo?"tanya Jeevan dengan dingin.
"Maaf, saya kelepasan dengan Aira. Kami biasa tidur bersama jadi lupa kalau beda kamar. Ngomong-ngomong kamu tidak melihat Eleanor? Kamarnya saya pakai."
"Ada di kamar lagi tidur."
"Syukurlah dia tidak keluyuran sendiri. Maaf, kamu jadi tak bisa tidur." Lalu mereka berdua terdiam menikmati deburan ombak dan semilir angin hingga pagi.
Ivan dan Aira berpapasan dengan Eleanor saat kembali dari sarapan. Wanita itu mengenakan bikini oranye dan berjalan dengan pongahnya. Tumben ia tak mengejar-ngejar Ivan. Mereka berdua heran. Apalagi ketika melihat banyak bercak merah di sekujur tubuh Eleanor. "Habis tidur di kebun semalam?"goda Aira.
![](https://img.wattpad.com/cover/145766511-288-k227782.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Mataku
ChickLitIvan merupakan sosok yang keras dan dingin. Semua yang berhubungan dengannya serba teratur. Karakternya itu terbentuk bukan tanpa alasan. Hingga akhirnya ia menemukan cahaya matanya dan perlahan memaafkan.