10

1K 9 1
                                    

Siang itu Ivan baru kembali ke kantor setelah bertemu client. Suryadi, bos Ivan, memintanya mewakili pria tua itu karena ada urusan di kantor hari ini. Saat Ivan hendak melaporkan hasil pertemuannya tadi, seorang pria berkemeja biru keluar dari ruangan Suryadi. Ivan terus mengawasi pria itu hingga si pria risih. "Ada yang salah sama gue?"sapa pria itu ramah.

"Sepertinya kita pernah bertemu."jawab Ivan.

"Gue juga merasa begitu. Tunggu, tunggu, lo suaminya Aira? Gue datang ke nikahan lo dulu." Ivan berusaha mengingat-ingat. Masalahnya tamu yang diundang banyak. Ia tak bisa menghafal semua teman istrinya. "Gue Jeevan, sepupu Nara dan Deva." Oh, ingatan Ivan mulai terang. Pria ini masih bersaudara dengan sepupu iparnya. Dan merupakan teman masa kecil istrinya.

"Iya, iya saya baru ingat. Ternyata dunia sempit sekali. Ada perlu apa ke sini?"

"Formal amat. Gue habis ketemu Pak Suryadi."

"Ivaaannn! Kamu udah balik?!"suara cempreng Eleanor menginterupsi. Harusnya Ivan tahu Suryadi menyuruhnya keluar kantor hari ini karena putrinya, Eleanor, akan datang.

"Saya permisi dulu."pamit Ivan pada Jeevan. Ia memutuskan untuk menunda laporan.

"Kok kamu masih di sini, Jeevan? Dengar ya, aku nggak mau dijodohin sama kamu!"seru Eleanor yang berhasil menghentikan langkah Ivan.

"Lo kira gue mau? Gue cuma menghargai kerja sama orang tua kita."balas Jeevan. Lalu ia menyusul Ivan. "Bro, gimana kabarnya Aira?" Dan mereka memutuskan untuk mengobrol di ruangan Ivan.

"Silakan diminum."pinta Ivan ketika seorang office boy menghidangkan dua cangkir kopi.

"Makasih, jadi sekarang Aira fokus bisnis online?"ujar Jeevan. Ivan mengangguk. "Gue doain lancar. Dan rumah tangga kalian tetap samawa."

"Amin. Tadi saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan Eleanor. Maaf, apa benar kalian dijodohkan?"

"Jangan bilang lo naksir Eleanor."

"Tidak, saya masih waras. Dia yang sudah lama mengejar-ngejar saya sampai saya ilfeel. Awalnya Pak Suryadi memohon pada saya agar saya menikahinya. Tapi saya menolak karena hati saya sudah berlabuh pada Aira. Untung Pak Suryadi bukan pemaksa."

"Pak Suryadi emang baik. Tapi caranya mendidik anaknya yang salah. Eleanor terlalu dimanjakan. Gue tadi ke sini buat jemput Eleanor. Awalnya gue mau-mau aja dijodohin Kakek. Setelah tahu ceweknya sedrama queen itu gue jadi ilfeel kaya lo." Jeevan bercerita sambil bergidik.

"Lalu langsung kamu tolak?"

"Gue nggak berani, bro. Bisa disleding Kakek. Pak Suryadi juga berharap banget sama gue."

"Terus kamu mau bagaimana?"

"Jalanin aja dulu. Biar Eleanor yang heboh menolak dan dikabulkan papanya. Gue nggak mau menguras tenaga. Masih ada urusan lain yang lebih penting. Gue harus mulai adaptasi karena gue baru pindah dari kantor lama gue ke perusahaan milik Kakek. Dulu gue karyawan biasa, tiba-tiba harus jadi bos."

"Lho Jeevan masih di sini?"tiba-tiba Suryadi masuk. Pria itu berniat menagih hasil laporan Ivan. Jeevan memejamkan matanya. Semoga Suryadi tak mendengar rencananya. Jeevan memutuskan untuk pamit ketika Suryadi mulai membahas hasil pertemuan client dengan Ivan.

Sore harinya Ivan pulang ke rumah seperti biasa. Tadi ia juga sudah meminta persetujuan Suryadi untuk tidak mengambil lembur hari Sabtu lagi. Suryadi setuju bahkan mendukung. Ia bilang, Ivan sudah punya istri sekarang dan harus mengedepankan keluarga. Ia sangat senang dan akan langsung memberitahu Aira sesampainya di rumah. Namun moodnya langsung berubah ketika melihat foto seorang wanita menggantung manis di ruang tamu. Ivan langsung naik ke punggung sofa, menurunkan piguranya dan memecahkannya.

Cahaya MatakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang