Sudah setahun usia pernikahan Ivan dan Aira. Hubungan mereka masih harmonis. Hingga Aira mulai cemas karena dirinya tak kunjung hamil. Waluyo sudah sering menanyainya soal cucu. Sementara Delon yang sudah memiliki tambatan hati belum mau naik ke pelaminan. Ia ingin fokus dengan karirnya dulu. Pekerjaan sih sudah ada, PNS malah. Delon merupakan staf kementerian. Tapi pangkatnya masih rendah dan gajinya belum seberapa. Maka ia belum berani melangkah ke jenjang lebih serius. Meski Ivan sudah membujuknya bahwa pernikahan Delon akan ditanggung biayanya oleh Ivan.
Serangkaian pemeriksaan sudah Aira dan Ivan lakukan. Semua organ dinyatakan baik oleh dokter. Tapi mengapa mereka tak segera dikaruniai keturunan? "Mungkin Tuhan mau kita pacaran dulu."hibur Ivan.
"Kita udah melakukan lebih dari pacaran."
"Tapi pacaran sungguhan belum kan? Senyumin saja kalau Papa menanyakan kandunganmu, oke? Hari ini ada film bagus. Nanti malam kita nonton yuk." Sosok Ivan sudah tak sekaku dulu ketika menghadapi istrinya. Waktu mengubah segalanya. Bahkan Ivan pernah mengajaknya candle light dinner saat Aira ulang tahun.
"Oke."jawab Aira.
"Aku berangkat kerja dulu." Aira pun mencium punggung tangan Ivan. "O iya, ada yang lupa. Ini." Ivan mengecup kening Aira dan dibalas kecupan di pipi oleh istrinya. Lalu pria itu mengendarai mobilnya menuju kantor. Kemudian Aira sadar suaminya menyelipkan selembar kode booking resort dan tiket pesawat. Aira tersenyum. Siapa yang tak meleleh memiliki suami semanis ini?
Untuk mengatasi kegalauannya Aira memutuskan untuk menelepon Nindy. "Assalamu'alaikum, mamanya Tival."
"Wa'alaikumsalam, tantenya Iyaz. Jangan panggil Tival napa."
"Yeee anaknya juga nggak protes. Tival mana? Gue kangen."
"Lagi bobo, Te. Nih dikelonin mamanya. Tumben nelepon? Ada apa?"
"Mamanya Tival peka deh."
"Kenapa, sis?"
"Kok gue nggak hamil-hamil ya, Ndy?"
"Mungkin Tuhan belum percaya sama lo."
"Gue udah berusaha memantaskan diri. Lo harus ke Jakarta secepatnya. Gue sering pakai rok sekarang. Gue tambah jago masak. Gue juga selalu memuaskan Ivan di ranjang."
"Mungkin naluri keibuan lo belum muncul."
"Gimana cara munculinnya? Kan belum punya anak."
"Coba lo adopsi anak pancingan."
"Siapa, Ndy? Ivan nggak gampang akrab sama orang asing. Orang terdekat kami yang punya anak lo. Tapi lo jauh."
"Iya, mau gimana lagi? Kita punya kehidupan masing-masing. Gimana kabarnya yang di sana?"
"Nara heboh mau nikahan noh. Lo pasti tahu kalau itu. Si Delon naksir cewek. Dia cerita ke mertua gue waktu gue main."
"Iya." Nindy tertawa ketika teringat cerita Deva tentang Nara. Sepertinya cowok itu terkena sindrom pranikah. "Seriusan Kak Delon naksir cewek? Akhirnya... tuh orang. Dia agak jaga jarak sama perempuan selama ini. Ya bukannya anti, kalau temenan masih mau. Mungkin trauma Tante Laila dulu. Lo pasti udah tahu ceritanya."
"Kata Delon cewek ini highclass. Susah didekati. Mungkin dia tertantang ya. Mungkin juga emang karena dia udah memaafkan masa lalu. Sekarang kami berempat gue, Ivan, Papa, sama Delon rutin ke makam Mama. Awalnya gue sama Ivan doang. Terus gue bujuk lama-lama yang lain mau."
"Syukurlah, semua membaik sekarang. Titip keluarga gue ya."
"Halah, kaya sama siapa. Udah sewajarnya gue jaga mereka, keluarga lo keluarga gue juga. Nyokap lo tuh selalu ngepoin gue. Kadang dia ngerecokin dagangan gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/145766511-288-k227782.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Mataku
ChickLitIvan merupakan sosok yang keras dan dingin. Semua yang berhubungan dengannya serba teratur. Karakternya itu terbentuk bukan tanpa alasan. Hingga akhirnya ia menemukan cahaya matanya dan perlahan memaafkan.