DUA

72 22 0
                                    

Pelajaran pertama berakhir, sye dan feli berjalan ke arah kantin. Seperti biasa sye dan feli selalu belanja di warung mbaknum langganan mereka.
Setelah memesan dan membawa makanan ke meja makan.

"Lu beneran kepilih jadi anggota osis sye?" Tanya feli sambil mengaduk makanannya

Sye mengangguk santai dan menyuap makanannya
"Mau gimana lagi gue kepilih karena gue juga jadi sekretaris di kelas kan"

"Iya sih, tapi itu kan sibuk banget lu ga ada waktu lagi ntar main sama gue" feli memelas dengan pemikirannya jika sye menjadi anggota osis.
Sye tertawa mendengar perkataan feli

"Ya ga lah, palingan juga sibuk sesekali doang. Tenang aja fel lu ga bakal gua kacangin" kata sye dan melanjutkan makanannya.

***

Sepulang sekolah feli dan sye pisah karena sye harus mengikuti rapat pertama nya sebagai anggota osis.

"Sye gue duluan ya inget lu jangan pulang kesorean" feli menepuk pundak sye dan berlalu ke arah parkiran motornya. Sye hanya mengangguk melihat feli pergi lalu kembali ke ruang rapat osis .
Tiba-tiba saja ada laki-laki yang terlihat tergesa-gesa melewati sye lalu membalikan badan dan melihat sye. Sye kaget dengan spontan karena tiba-tiba saja laki-laki ini terdiam.

"Kamu osis baru kan?" Tanya laki-laki ini.

"Iya kak" jawab ku datar.

"Kebetulan, ikut kakak sebentar"
Aku menurut dan sedikit bingung lalu mengikuti dia masuk ke ruangan tata usaha dan memberikan sye sebuah dokumen yang cukup banyak. Sye kebingungan dengan cara laki-laki ini sangat cepat dan ligat menyusun kertas putih yang sepertinya penting ini.

"Kamu bawa ya ini ke ruangan osis. Bantu kakak" dia bersuara tanpa melihat kearah sye. Sye hanya mengiyakan dan melihat dia melakukan kesibukannya.

Akhirnya sye dan laki-laki ini berjalan ke ruang osis disana sudah rame dengan para anggota osis yang baru dan yang lama. Sye meletakan dokumen tersebut di meja ketua osis dan kembali duduk di meja anggota. Disana sye bisa melihat para murid seumurannya dan senior yang dari raut muka pintar, biasa saja, bahkan ciri-ciri siswa yang bandel.  Memang, menjadi anggota osis bukan berarti harus pintar dulu. Semua siswa berhak menjadi anggota osis asalkan ada keinginan untuk berorganisasi.

Saat ketua osis yang lama menyampaikan pidato dan arahannya sye menyimak dengan fokus, sedikit mengantuk. Berulang kali sye melihat jam tangannya melirik sudah berapa waktu habis selama rapat.

2 jam sudah berlalu, sye dan semua kandidat tengah sibuk membuat rancangan event dan jurnal kegiatan yang akan di buat untuk sekolah. Sye menjadi anggota dalam bidang dekorasi. Jadi sye akan selalu update seluruh mading di sekolahnya.

Sye sebenarnya juga suka dengan dunia sastra, selain dia suka membaca, dia juga suka dengan dunia tulisan. Penulis yang dia sukai adalah boy candra dan tere liye. Sye merasa panutannya dalam skill menulis adalah mereka berdua.

Buku novel dan bacaan yang berbobot lainnya sudah hampir memenuhi lemari bukunya. Baginya, membaca dan menulis itu membuat mood dia menjadi lebih bahagia. Saat wawancara menjadi anggota osis pun, ditanyakan hobinya apa dia menjawab menulis dan menyanyi. Walaupun sedikit membuat sye menyesal dengan kejujurannya suka menyanyi, dia jadi disuruh bernyanyi selama 3 kali oleh senior nya. Tapi itu membuat dia disenangi oleh seniornya dan terpilih menjadi anggota dekorasi sesuai yang dia inginkan.

"Jadi gimana sye udah kelar?" Lamunan sye buyar dengan pertanyaan yang dikasi kak uli koordinator dekorasinya.

"Ah sudah kak, tinggal di salin kertas bersih aja" sye memberikan ide nya melalui kertas coret-coretan kepada kak uli.  Kak uli menerimanya dan memasukannya kedalan dokumen.

***

Rapat osis telah bubar, sye buru-buru mengemasi barangnya dan hendak ingin bergegas keluar dari kelas karena dia sudah sangat bosan dikelas. Saat ingin melakukannya sye dipanggil oleh seorang laki-laki yang tadi dia bantu membawa dokumen.

"Eh kamu yang rambut pirang" panggilnya, sye sedikit cemberut karena dipanggil rambut pirang bukan namanya.

"Iya kak kenapa?" Jawabnya malas.

"Nama kamu siapa? Gua Arga" laki-laki ini mengangkat tangannya hendak ingin bersalaman.

"Syey" balesnya datar

"Sye tolong bantu gua ya beresin lagi trus balikin di ruangan tadi"

Sye mengkerut kan keningnya karena disuruh melakukannya lagi dan gagal pulang lebih awal. Sye akhirnya membantu membereskan berkas yang berantakan tersebut lalu berjalan berdampingan bersama arga.

"Sorry ya repotin lu pasti kesel kan" arga bersuara.

"Engga kak biasa aja kok" sye membalas dengan singkat karena sudah mulai bete yang sangat parah.

"Btw lu kelas sepuluh apa? Jurusan apa?"

"Sepuluh ips 2 kak"

"Panggil gue arga aja ga usah kakak kakakan" arga tersenyum kepada sye. Tatapan mereka bertemu. Sye merasa salah tingkah dan mengalihkan kembali matanya.

"Iya ga" sye membalas dengan senyuman kecil.

Setelah meletakan dokumen sye dan arga berjalan kearah parkir motor

"Motor lu dimana sye?" Tanya arga

"Tuh dekat pagar. Lu dimana?" Tanya sye kembali

"Nih" arga menunjuk ke arah jam 2. Sye mengangguk dan berjalan menjemput motornya.

"Hati-hati pulangnya ya sye"arga memberikan sebuah senyum manis kepada sye. Sye nembalasnya dengan senyuman juga.

Diperjalanan sye tidak berhenti memikirkan senior nya tadi, si Arga. Tampang dan bentuk fisik arga tidak begitu buruk. Tinggi , putih, dan memiliki mata yang sipit.

Sye mencoba membandingkan dirinya yang tinggi hanya 158cm, rambut yang ikal dan pirang. Berulang kali sye berusaha membuang pikirannya tentang mencocokan dirinya dengan arga.

Yah, gue rasa masa SMA gue akan lebih indah.

Semoga..

IM SORRY I DID IT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang