DUA PULUH TIGA

13 14 0
                                    

Hari sudah menunjukan pukul 15.00 sore wib, sye dan galang berencana akan pergi keluar hari ini, mereka memilih hanya nongkrong di salah satu coffee shop yang lumayan jauh dari rumah sye. Mereka berdua kembali akur dari pertengkaran yang dulu kian membuat mereka sempat saling acuh. Tetapi memang saja, jika api dibalas dengan api yang ada akan menimbulkan api yang semakin besar, berbeda jika api dibalas dengan air.

Setengah jam waktu berlalu mereka berbincang dan sesekali tertawa bersama, menikmati indahnya cuaca sore yang menerangkan hati mereka, senyum lebar kembali terlukis di sudut bibir mereka berdua .

"Sye?" Galang memanggil nama perempuan yang di sampingnya itu.

"Iya galang kenapa?" Saut sye.

Galang mengeluarkan headset dari tas nya dan menghidupkan salah satu lagu di hp nya.
"Kamu coba denger lagu ini deh." Galang memasangkan headset ke telinga kiri sye dan headset sebelah di pasangkan di telinga sebelah kanan galang.
Sye tampak fokus mendengarkan setiap alunan musik dan lirik yang di pancarkan oleh penyanyi yang di dengarnya tersebut, sye semakin menikmati lagu itu dan sesekali tersenyum kepada galang yang juga mendengar lagu sambil melirik sye dari sudut samping.

Lagu tersebut selesai dengan lirik terakhir yang membuat sye belum tersadar dengan maksud dari arti lagunya.

"Lagunya bagus lang, ini penyanyi nya siapa? Judul nya apa?"

"Tulus, judulnya Sepatu"

"Arti lagu nya apa? Itu lagu kesukaan kamu ya?"

"Salah satunya. Kamu nyimak kan setiap lirik nya?"

Sye mengangguk.

"Artinya pasangan yang selalu bersama, tetapi tidak saling ada terkait hubungan. Saat mereka mencoba untuk menjalin, mereka tak bisa bersatu karena berbagai macam rintangan."

"Cinta memang banyak bentuknya, mungkin tak semua bisa bersatu"

"Hm?" Galang menoleh kepada sye.

"Iya, itu lirik lagu terakhirnya. Cukup sedih juga ya, sudah bersama tetapi untuk bersatu pun sulit"

Galang terdiam.

"Lalu, kenapa galang suruh aku denger lagu ini?" Giliran sye yang bertanya kepada galang.

"Aku suka lagu nya, dan liriknya cukup mendalam. Aku cuma mau kamu tau aja dengan lagu kesukaanku saat ini." Galang tersenyum. Lalu dia membereskan semua barangnya kedalam tas dan menghabiskan sisa minumnya lalu bersiap-siap untuk pergi.

"Udah? Yuk cabut, kita jalan-jalan sore. Cuacanya indah nih, rugi kalau kita hanya duduk dibawah atap rumah tanpa merasakan angin Tuhan" ajak galang memegang tangan sye.

"Hah benar juga."

Sye pun bangkit dan membereskan semuanya lalu mereka berjalan keluar sambil menggandeng tangan untuk yang pertama kalinya.

***

"Jadi, selama 2 minggu, sye kesepian dong nggak ada galang" kata sye diatas motor sambil menikmati suasana kota padang yang rame pada saat itu.

"Hahaha, cuma sebentar sye. Ga akan lama, kamu baik-baik di padang, jangan keluyuran tanpa alasan yang jelas"

"Trus nanti kalau aku kangen gimana lang?" Sye sedikit menggerutu dengan jawaban galang.

"Nanti tinggal aku telfonin atau video call juga bisa kok" jawab galang.

Sye terdiam. Mereka saling diam dalam waktu yang cukup lama, sye sedikit sedih memikirkan galang tidak ada disaat tahun baru mendatang, padahal dia sangat ingin menyaksikan kembang api yang indah untuk pertama kali di hidupnya bersama yang namanya kekasih, sye juga berharap galang akan memikirkan soal liburannya ke Jakarta yang lumayan lama itu, atau mungkin galang berubah pikiran dan memilih untuk tahun baru bersamanya. Sayang, tiket untuk pulang pergi galang sudah di pesan dan tidak mungkin galang batalkan begitu saja.

"Sye?" Panggil galang membuyarkan lamunan sye.

"Apa?" Jawab sye singkat.

"Kamu kenapa? Kok jadi bete?"

"Gapapa kok"

"Kenapa sye? Kamu kesal ya aku nggak bareng kamu tahun baru nya?"

"Itu kamu tahu! Lagian kenapa sih harus tahun baru disana, kenapa ga pulangnya tetap di padang bareng aku"

"Ya mau gimana sye, aku keburu pesan tiket, aku pikir kamu udah ada rencana sendiri untuk tahun barunya"

"Yaudah deh biarin aja. Pulang yuk, aku udah nggak ada mood untuk liat sunset." Sye terlanjur kesal dan rasanya ingin pulang saja ke rumah dan tiba-tiba rasanya malas untuk bertemu dengan galang lagi, padahal besok galang akan ke Jakarta, tetapi rasa egois dan emosi yang labil dari sye tak membuatnya ingin berlama-lama dengan galang.

"Tapi ini udah mau sunset sye, kenapa nggak sebentar lagi aja pulangnya? Aku mau lihat."

"Nggak mau! Pokoknya pulang!"

"Tapi sye, besok aku kan udah berangkat, aku masih mau habisin waktu sama kamu dulu"

"Bodo amat mau pergi besok, pokoknya aku mau pulang!"

Galang terdiam.

Tanpa ingin mendengar sye mengeluarkan suara lagi galang membelokkan motornya ke arah pulang dan sepanjang perjalanan mereka saling diam.

Galang kecewa dan sedih dengan sifat sye yang tiba-tiba emosi dan tidak ingin berlama lagi dengannya, padahal galang hari ini sangat ingin mengobrol lebih lama dengan sye, kekasih yang teramat ia sayangi. Sepanjang perjalanan, galang tak henti menahan rasa sedih dan kesal, tetapi untuk apa dia kesal, yang ada dia hanya membuat sye semakin emosi saja, galang hanya bisa menahan semuanya dan bersabar.

Sampai di depan rumah sye, galang pun akhirnya membuka pembicaraan.

"Sye, kamu masih marah?"

"Enggak kok. Yaudah aku masuk dulu ya, aku capek. Oh iya, kamu besok hati-hati ya ke Jakarta nya. Jangan lupa kabarin."
Sye memasang muka kesal dan seperti tidak suka melihat sosok galang di depannya. Sesekali ia melihat sorot wajah galang yang sangat kecewa dan tampak sedikit lesu, membuat sye merasa bersalah, tetapi cukup gengsi untuk meminta maaf secara langsung pada saat ini.

"Yaudah, kamu masuk gih ke dalam. Jangan lupa mandi dan makan juga" galang tersenyum dan memegang tangan sye.

"Untuk hari ini yang sukses membuat kamu jadi kesal dan emosi, maafin aku ya. Aku tau aku salah, aku janji saat tahun baru aku telfon kamu. Jangan ngambek lagi dong" galang menyubit kedua pipi sye dan di tepis olehnya.

"Ih apaan sih sakit lang. Yaudah aku masuk dulu, hati-hati dijalan." Sye membalikkan badannya berjalan masuk kedalam rumahnya, menutup kembali pintu pagar, tanpa melihat kearah galang sye berlalu masuk kedalam rumah.

Galang menghembuskan nafas beratnya dan kembali memasang helm, menghidupkan motor dan melaju pergi dari rumah sye. 

Tak lama setelah galang pergi, sye kembali keluar dari rumahnya dan melihat galang yang sudah berlalu, rasa bersalah dan sesal kembali datang menghantui perasaannya. Dan ruang rindu pun terbuka kembali untuk sye, rasanya saat ini sye ingin menarik galang kembali dan memeluknya lalu pergi keluar lagi bersamanya. Apalah daya gara-gara perbuatan kekanak-kanakan sye, dia harus menahan semua itu selama 2 minggu lamanya saat galang di jakarta.

"Harusnya kan gue yang minta maaf sama lo lang. Kenapa jadi lo yang minta maaf? Gue jadi ngerasa bersalah banget" gumam sye. Terdiam di depan pagar beberapa saat, sye kembali masuk kedalam rumah .

***

IM SORRY I DID IT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang