PART 6

3.9K 259 15
                                    

Test!

Setetes air mata jatuh membasahi wajah Hyerin. Sudah tiga jam lebih gadis itu terus menangis usai acara pernikahannya dengan Park Jimin.

Mata hazel itu menatap setiap sudut kamarnya yang sepi. Tak ada Jimin disampingnya. Pria itu membuat keputusan sepihak untuk tidur dikamar terpisah.

Hyerin memegang kepalanya yang mulai terasa berat. Kejadian beberapa jam yang lalu saat dimana dia dan Jimin mengucapkan janji pernikahan di hadapan Pendeta dan disaksikan oleh para tamu undangan. Berjanji kepada Tuhan untuk selalu bersama dan tidak akan menyakiti satu sama lain namun nyatanya bagai dihempas oleh semua harapan, pernikahan yang di idamkannya hanya sebatas sebuah angan. Park Jimin, yang sekarang ini sudah menjadi suaminya bahkan enggan untuk tidur sekamar bersamanya.

Flashback

Bunyi lonceng gereja terdengar  sebanyak tiga kali membuat para tamu undangan mengahlikan pandangan mereka menuju pintu tua gereja yang perlahan-lahan mulai terbuka menampakan dua pasang pengantin yang tengah tersenyum dan saling bergandeng tangan memasuki gereja.

Berjalan di atas karpet merah dan di soroti oleh ratusan kamera membuat dua pasang pengantin itu seperti raja dan ratu semalam.

Dan kini tibalah dua pasang pengantin itu di atas altar dan berhadapan langsung dengan pendeta yang tengah tersenyum kepada mereka.

"Park Jimin, bersediakah engkau di hadapan Tuhan berjanji untuk mencintai dan melindungi, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang. Wanita di sebelah kiri anda yang sedang anda pegang sekarang? Apakah anda berjanji akan menempatkan dia sebagai yang paling utama, menjadi Suami yang baik, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda? Bersediakah anda?"

"Ya, Sa-saya bersedia" ucap Jimin

"Kim Hyerin, bersediakah engkau di hadapan Tuhan berjanji untuk mencintai dan melindungi, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang. Pria di sebelah Kanan anda yang sedang anda pegang sekarang? Apakah anda berjanji akan menempatkan dia sebagai yang paling utama, menjadi Istri yang baik, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda? Bersediakah anda?"

"Ya saya bersediah" ucap Hyerin

"Baiklah kalau begitu kalian sudah sah menjadi Suami Istri"

"Silahkan anda mencium Istri anda"

Jimin membuka tudung putih yang menutup wajah Hyerin.

Cup!

Jimin mencium kening Hyerin yang sontak membuat Hyerin menutup matanya. Suara tepuk tangan dari para tamu undangan langsung menggema memenuhi gereja katedral

"Kau jangan senang dulu. Kau tahu, pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan antara kedua orang tua kita karena Ayahmu telah meminjam uang yang cukup banyak pada perusahaan Ayahku. Maka dari itu cepatlah lunasi hutang Ayahmu agar aku bisa menceraikanmu. Dan karena pernikahan sialan ini aku harus berpisah dengan kekasihku. Dasar gadis pembawa sial" Ucap Jimin sambil bebisik tepat di telinga Hyerin.
Flashback off

¤¤'MINE'¤¤

Hari masih terlalu pagi. Namun Hyerin dengan mata yang sudah terbuka sepenuhnya segera masuk kedalam kamar mandi sekedar untuk membasuh wajah.

Setelah selesai Hyerin segera keluar kamar. Tampak suasana rumah yang masih sepi. Sepertinya semua orang masih terlelap batinya.

Segera saja dirinya menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Mengingat Jimin yang notabennya sudah menjadi suaminya adalah orang yang cukup sibuk di kantor.

Sandwich daging dan susu putih menjadi pilihan simple untuk Hyerin.  Dengan sangat telaten Hyerin mulai menyusun roti tawar dan memanggang daging sapi dan tak lupa juga dirinya segera menyiapkan segelas susu putih. Setelah selesai segera Hyerin menyusun semuanya pada meja makan.

Senyum Hyerin mengembang saat melihat Jimin yang sudah lengkap dengan setelah baju kantornya menuruni setiap anak tangga.

"Jimin-ssi kemarilah, aku sudah membuatkan mu sarapan"

Namun bagaikan angin lalu, Jimin terus berjalan dan menghiraukan panggilan Hyerin yang menyuruhnya makan.

Segera saja Hyerin menyusul Jimin. Bermaksud agar Jimin mau memakan sarapannya. Karena dirinya paham sekali jika Jimin adalah seorang presdir di kantornya yang tentunya dirinya sangat sibuk dan pasti Jimin akan melupakan untuk mengisi perutnya.

"Jimin-ssi! Makanlah sarapan mu barang sedikitpun"

Hyerin menahan lengan Jimin yang membuat langkah pria itu juga terhenti. Terdengar Helaan nafas kasar yang di hembuskan oleh Jimin.

"Moodku hari ini sedang tidak baik. Dan ingat, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memakan masakanmu! Menatap wajahmu saja sudah membuatku ingin muntah apalagi harus mencicipi makanan buatanmu"

Sakit!. Sangat sakit. Ucapan Jimin barusan bagaikan sebuah belati yang sang tajam menancap dengan mulus pada hati Hyerin.

Hyerin menghembuskan nafas pelan dan mencoba tersenyum kearah Jimin. "Ku mohon! Kau tahu ibu mu memberitahu ku kalau kau tidak bisa terlambat untuk makan. Maka dari itu aku sengaja bangun pagi untuk membuatkan sar..."

Plak

Waktu seolah berhenti. Rasa panas dan sakit memenuhi pipi mulus Hyerin. Mata Hazel itu ingin mengeluarkan air mata namun wanita itu berusaha dengan keras untuk menahannya. Bukan memperlihatkan kalau dirinya seperti superwoman yang sangat kuat tapi Hyerin sadar, sekarang dan seterusnya dirinya bukanlah seorang gadis yang di bentak sedikitpun langsung menangis, tidak dirinya sekarang sudah berganti status menjadi seorang istri maka dari itu dia harus membuang jauh-jauh sifat kekanakannya dulu walaupun dirinya masih di cap sebagai anak sekolah menengah atas.

Sementara Jimin sudah pergi begitu saja saat menampar Hyerin. Seolah pria itu tidak melakukan kesalahan apapun dan tanpa mengucapkan kata maaf atas apa yang baru saja dia perbuat.

"Bertahanlah Hyerin. Mungkin Jimin belum terbiasa denganmu. Kau pasti bisa membuat Jimin menerimamu. Kau pasti bisa!" Gumam Hyerin pada dirinya berusaha meyemangati dirinya sendiri.

¤¤'MINE'¤¤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"T  B  C"

"MINE" [ JIMIN BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang