Pranggg
Hyerin menutup mulutnya. Matanya membola sempurna saat melihat sebuah guci antik berada di lantai dan sudah tak berbentuk lagi.
Dadanya naik turun. Keringat dingin membasahi dahi dan tangannya. Dalam hati merapalkan berbagai macam doa agar ini hanya sebuah mimpi buruk.
"astagah!"
Pekikan seseorang dari belakang membuat Hyerin segera mengahlikan pandangannya. Tampak sorot mata yang penuh amarah dan kebencian terpancar jelas dari kedua mata kecil Jimin.
"sialan. Kau apakan guci pemberian ibuku? Dimana otak mu saat bekerja? Perempuan gila"
Hyerin membatu. Perkataan Jimin barusan membuat dirinya sulit untuk berbicara. Mengapa kesialan sering datang menghapirinya?
Plak
Satu tamparan dari Jimin lolos begitu saja mengenai pipi putih Hyerin. Mata wanita itu seketika memanas. Ingin menangis, tapi dirinya tidak ingin di anggap sebagai wanita cengeng tidak pula di cap sebagai wanita sok tegar.
"Yak! Apakah uang Ayah mu bisa membeli guci itu? Hah ku rasa tidak, Ayahmu saja hanya mengemis hanya untuk bisa membayar hutang perusahaannya"
Setelah mengucapkan sebuah kata yang begitu menusuk relung hati Hyerin, Jimin segera memasuki kamarnya. Tak lupa pria itu membanting pintu kamarnya dengan sangat kasar menandakan kalau dirinya sedang dalam lingkup amarah yang besar.
"bertahanlah Hyerin! Kau pasti bisa. Demi Appa, Eomma dan Taehyung Oppa. Kau punya dua tangan untuk menutup telingamu dari ucapan pedas Jimin"
Hyerin menghembuskan napas perlahan. Menghilangkan secara perlahan rasa sesak. Kemudian dirinya beralih membersihkan serpihan guci yang sudah tidak berbentuk lagi.
'kurasa besok aku harus mencari kerja untuk menabung dan mengganti guci Jimin'
¤¤'MINE'¤¤
Selamat pagi!
Jimin-ah, aku sudah membuatkanmu sarapan. Yah, walaupun itu hanya sederhana, tapi semoga saja kau memakannya. Maaf aku harus pergi pagi-pagi sekali karena ada suatu urusan yang harus aku kerjakan.Jimin menatap malas kearah sticknote kuning. Ini masih sangat pagi, tapi entah mengapa mood pria berpipi chubby serta bermata kecil itu berubah hanya karena sebuah tulisan tangan Hyerin dalam sticknote.
Menatap tanpa minat kearah makanan yang sangat menggiurkan namun begitu menjijikan bagi Jimin. Dan tanpa membuang waktu lagi, Jimin segera keluar rumahnya.
.
Drrttt Drrttt
Bunyi ponsel membuat Jimin yang ingin menyalakan mobilnya harus mengurungkan niatnya.
Dahinya mengkerut. Sebuah nomor yang tak dikenal. Ingin mengangkatnya tapi dirinya sangat malas jika ternyata itu sebuah panggilan salah sambung, tapi jika tidak mengangkatnya siapa tau itu panggilan yang sangat penting tentang pekerjaan.
Drrttt Drrtt
Ponsel itu kembali berdering, meminta sang pemilik untuk segera mengangkatnya. Namun kali ini bukan panggilang masuk, melainkan sebuah pesan masuk.
FROM : +82********
Jimin-ah, ini aku Hyerin. Maaf sudah menyimpan nomormu tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Apa kau sudah memakan sarapan yang ku buat? Jika iya, terima kasih sudah mau memakan masakanku. Dan jika tidak, itu tidak masalah. Aku hanya ingin memberitahumu, kalau mungkin aku akan pulang terlambat hari, tapi jangan khawatir aku sudah menyimpan makanan untuk mu di dalam kulkas dan jika kau lapar, kau tinggal memanaskannya kembali.Jimin menatap malas kearah ponsel mahal miliknya. Ingin sekali dirinya membuang ponsel tersebut jika tidak mengingat kalau dirinya harus bersusah payah membujuk sang Ayah untuk membelikannya ponsel itu.
Segera saja jimin menyalakan mobilnya yang sempat tertunda tadi, dan melajukannya membela jalanan kota Seoul.
¤¤'MYMINE'¤¤
Hari masih pagi, namun pria bergigi kelinci itu sudah memasang tampang kesal sesaat seorang Park Jimin tiba di kantor dan mengganggu pekerjaanya yang menggunung.
Beberapa kali dirinya menghentakkan kakinya kesal dan tak memperdulikan tatapan heran oleh para karyawan lain.
"ARRGGHHHH... Aku membencimu Jimin Hyung!!!"
Jungkook berteriak kesal sembari mengacak-ngacak rambutnya saat Jimin telah keluar dari ruangannya.
Sekotak makanan yang dibuatnya sendiri yang harus bangun pagi sekali dan segelas kopi panas yang baru saja dipesannya untuk menghilangkan kantuk serta menemaninya untuk menyelesaikan semua berkas pekerjaannya kini hilang dan masuk kedalam perut Jimin.
Jungkook menatap nanar kearah tempat makan bergambar Ironman itu. Jika tidak mengingat kalau Jimim adalah saudara sepupunya, mungkin sudah dipastikan Jimin telah masuk kedalam perut Jungkook menggantikan makanan Jungkook yang dihabiskan oleh Jimin.
Tok..tok..tok..
Pintu ruangan terbuka sesaat setelah Jungkook menyuruh seseorang yang tadi mengetok pintu itu masuk.
Kening Jungkook mengkerut. salah seorang karyawan yang bername tag Kang Jiwoon itu masuk dengan beberapa tumpukan berkas di kedua tangannya.
Tiba-tiba perasaan tidak enak menghampiri Jungkook. Pria itu menatap waspada kearah tumpukan berkas yang masih berada di tangan Jiwoon.
"permisi pak, Jimin seosengnim memintaku untuk mengantarkan ini padamu" ucap Jiwoon
Jungkook membulatkan matanya. Napasnya memburu. Jika dirinya berada dalam dunia kartun mungkin telinga dan hidungnya sudah mengeluarkan asap.
Jiwoon yang melihat raut wajah Jungkook yang berubah mulai berkeringat dingin. Dalam hati dirinya berdoa jika dia masih bisa pulang kerumah dan bertemu dengan keluarganya hari ini. Raut wajah Jungkook lebih menyeramkan dibandingkan dengan raut wajah Jimin.
"JIMIN HYUNG, AKAN KUBUNUH KAU!!!"
Setelah teriakan Jungkook barusan segera saja Jiwoon meletakkan berkas yang di berikan Jimin di atas meja kerja Jungkook. Kemudian pria itu segera berlari dengan secepatnya keluar dari ruangan Jungkook. Pria itu sangat takut jikalau dirinya akan menjadi santap siang untuk Jungkook.
•
•
•
•
•T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
"MINE" [ JIMIN BTS FF]
Fanfiction"Hyerin-ah tolong maafkan aku. Aku tau aku adalah suami dan ayah yang sangat jahat dan kesalahanku tidak dapat dimaafkan. Jujur aku menyesal. Bohong jika aku mengatakan kalau aku tidak mencintaimu, sungguh aku sangat sangat mencintaimu. Saranghae Pa...