Part 9

4.1K 257 30
                                    

Hari ini adalah hari minggu, hari dimana terbebasnya hari kata 'sibuk'. Namun tidak dengan Jimin, bahkan di minggu dini hari ia sudah bangun dan langsung berkutat dengan laptop serta tumpukan kertas.

Jimin berulang kali memperbaiki letak kacamatanya. Sering berlama-lama dengan layar laptop membuat mata Jimin lelah dan sering mengeluarkan cairan bening maka dari itu dokter menyarankan agar Jimin segera memakai kacamata agar tidak terjadi penyakit yang berkelanjutan.

Deringan ponsel membuat perhatian Jimin sedikit terahlikan. Wajahnya yang begitu lelah mendadak tersenyum saat melihat nama si penelpon.

"baiklah aku akan kesana. Aku merindukanmu dan juga mencintaimu" ucap Jimin diakhir perbincangannya dengan si penelpon.

Jimin meninggalkan begitu saja pekerjaannya. Tidak peduli dengan berkas-berkas yang berantakan diatas meja serta laptop yang masih menampilkan halaman pekerjaannya yang belum terselesaikan.

"hm, kau ingin kemana" tanya Hyerin saat melihat Jimin yang terlihat tergesa-gesa.

"menemui kekasihku"

Hyerin terdiam. Dadanya bergemuruh hebat yang mengakibatkan rasa sakit yang teramat serta rasa sesak sehingga Hyerin merasa sekelilingnya seperti sudah tidak memiliki pasokan oksigen. Setetes air mata jatuh membasahi pipi mulus Hyerin, wanita itu menangis namun tak bersuara. Hanya air mata itu yang menjadi saksi bahwa wanita itu sedang terluka.

•••

"Chagi-ya"

Jimin tersenyum kemudian mempercepat langkahnya menuju meja nomor 9 yang dimana kekasih yang selama ini ia rindukan berada. Ya, Jung Hana. Wanita itu yang menelpon Jimin tadi dan meminta pria yang sudah berstatus sebagai suami Hyerin itu untuk menemuinya.

"aku merindukanmu" ucap Hana saat dirinya dan juga Jimin berpelukan dan tidak memperdulikan tatapan aneh dari pengunjung kafe itu.

"aku jauh merindukanmu"

Hana terkekeh dan mengajak Jimin untuk duduk dan langsung memesan makan. Jimin terus memperhatikan Hana, seolah jika ia berkedip Hana akan menghilang darinya dan tentu Jimin tidak ingin hal itu terjadi.

"bagaimana kabarmu?" tanya Hana membuka kembali topik pembicaraan. "ah, kau begitu tega padaku. Padahal kau sudah berjanji ingin menikah denganku"

Jimin mengangguk lesu. Yup, sebelum menikah dengan Hyerin, Jimin pernah berjanji akan menikah dengan Hana karena Jimin begitu mencintai Hana. Namun takdir berkata lain, sang Ayah dengan tidak berdosanya langsung menyuruh Jimin untuk menikah dengan Hyerin. Yang bahkan saat ini Jimin saja begitu jijik untuk menyebut namanya.

"maafkan aku, semua terjadi begitu saja. Dan itu permintaan ayahku" Jimin tertunduk seoalah menyesali takdirnya dan juga Hana yang mengharuskan mereka untuk berpisah. "tapi sungguh, aku mencintaimu bukan wanita itu"

Hana mengangguk sembari memegang tangan Jimin yang berada diatas meja dan tersenyum. "tidak apa. Asalkan kau terus bersamaku"

"tentu, dirumah bersama wanita itu membuat amarahku terus bertambah. Berbeda denganmu, rasanya begitu tenang jika aku bersama denganmu terus. Dan tolong jangan pergi lagi"

Hana mengangguk dan tersenyum. Ia tidak menyangka walaupun Jimin telah milik orang lain, tapi Jimin masih sangat mencintainya.

Tidak berapa lama pesanan mereka telah tiba. Aroma sedap dari makanan membuat keduanya seakan sudah tidak sabar untuk mencicipinya.

"Selamat makan"

•••

"aku tidak sengaja melihat kertas ini di depan pintu kafe mu, Nyonya. Apakah masih ada tempat untuk aku bekerja di sini?" Hyerin bertannya dengan suara sedikit tertahan karena sedari tadi wanita itu berjalan tanpa arah untuk mencari pekerjaan

"MINE" [ JIMIN BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang