AWAS BANYAK TYPO!!!
Hyerin terbangun, dilihatnya jam pada ponselnya bahwa waktu masih menunjukkan pukul 04:00. Ini sudah pagi, namun ini terlalu pagi untuk hari libur seperti ini. Biasanya dihari minggu, semua orang akan bangun terlambat dan masih terus tergelam bersama alam mimpi.
Rasa kantuk itu hilang, Hyerin segera menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya. Setelah selesai ia pun segera pergi keluar kamarnya. Ruang tengah masih gelap dan hanya diterangi pantulan cahaya yang berasa dari luar ruangan.
"kenapa aku harus terbangun saat seperti ini" ucap Hyerin dengan sedikit hembusan napasnya. Wanita itu terus saja menguap namun entah mengapa matanya sulit sekali untuk tertutup kembali.
Ceklek'
Bunyi pintu terbuka mengagetkan Hyerin. Itu bukan bunyi pintu kamarnya melainkan itu berasal dari kamar Jimin yang kemudian disusul oleh kehadiran si pemilik kamar.
Hyerin terpaku, melihat Jimin yang masih lengkap dengan piyama tidurnya membuat Jimin begitu menggemaskan dan juga tampan. Ah, Hyerin apa yang sedang kau pikirkan?. Dengan buru-buru wanita itu segera menggeleng kepalanya menghalau pikiran-pikiran aneh pada otaknya.
"kau butuh sesuatu?" Hyerin bertanya berusaha mengisi kesunyian yang melanda.
Tak ada respon yang diberikan Jimin, pria itu berjalan dengan pelan dan melewati Hyerin begitu saja dengan pertannyaan yang menggantung. Tentu hal itu tidak dibiarkan Hyerin begitu saja, ia ingin menjadi istri yang baik untuk Jimin, walaupun Jimin belum bisa menerimanya. Tapi Hyerin yakin, saat waktu yang tepat itu hadir Jimin akan menatapnya sebagai istrinya bukan orang lain atau orang yang paling dibencinya.
"Jimin-ssi, kau tidak apa-apa?" Hyerin bertanya lagi saat melihat tubuh Jimin yang hampir saja jatuh andaikan saja jika Hyerin tidak menahannya.
"YAK! JANGAN MENYENTUHKU!!!"
Hyerin kaget saat Jimin tiba-tiba berteriak dan mendorongnya. Ia tahu bahwa ia melakukan kesalahan yaitu dengan tidak sengaja memegang tangan Jimin. Tapi sungguh, itu hanya bertujuan untuk membantu Jimin dan tidak ada maksud lain.
"A-aku ha-hanya ingin membantumu" ucap Hyerin dengan terbata. Ia wanita lemah, dibentak sedikit saja seolah merapuhkan sebagian jiwanya apalagi dibentak secara terus menerus. Entahlah apa yang akan terjadi nantinya.
Jimin tidak peduli, pria itu melanjutkan langkahnya dan berhenti tepat didepan sofa ruang tamu. Dengan perlahan dan seolah menahan rasa sakit, Jimin membaringkan tubuhnya pada sofa itu. Rasa sakit pada kepalanya seolah tidak mereda dan itu membuatnya sedikit tersiksa.
"J-Jimin-ssi kau sunggu tidak apa-apa?" Hyerin bertanya seolah tidak ingin putus asa. Rasa khawatir menghantui Hyerin saat melihat kondisi Jimin saat ini seperti orang tidak berdaya. Dan Hyerin yakin, saat ini memang Jimin sedang dalam kondisi kurang sehat.
Dengan penuh inisiatip, Hyerin segera pergi menuju kamar Jimin. Ia sudah tidak memikirkan lagi jika Jimin akan memarahinya atau bahkan memakinya karena dengan sembarangannya masuk kedalam kamarnya tanpa izin. Hyerin keluar dari kamar Jimin dengan membawa selimut tebal, dan langsung menyelimuti tubuh Jimin yang kini tengah terbaring lemah diatas sofa.
Hyerin memandangi wajah Jimin yang tertidur namun pria itu tidak pernah berhenti meringisi seolah menahan sakit. Hyerin memegang dahi Jimin rasa panas langsung menjalar pada tangan Hyerin seolah kulitnya akan terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MINE" [ JIMIN BTS FF]
Fanfiction"Hyerin-ah tolong maafkan aku. Aku tau aku adalah suami dan ayah yang sangat jahat dan kesalahanku tidak dapat dimaafkan. Jujur aku menyesal. Bohong jika aku mengatakan kalau aku tidak mencintaimu, sungguh aku sangat sangat mencintaimu. Saranghae Pa...