Laura & Javier || Bab. 16

5.2K 236 3
                                    

23 April 2018...

Seperti Mimpi yang tidak bisa kumengerti. Sekarang kami menjadi sahabat. Bukankah itu sedikit aneh?

Laura...

Laura

Setelah selesai kami memutuskan untuk langsung pulang ke Villa. Saat kami berjalan ke mobil, tiba-tiba saja perutku berbunyi sangat nyaring.

Krruukk... krruukk...

Sontak bunyi itu membuatku langsung berhenti dan menunduk malu.

Oh sial. Perut sialan...!!! Kenapa dia berbunyi di waktu yang tidak tepat sih. Rutukku dalam hati.

Sepertinya, membeli tanaman membuatku lupa waktu hingga tidak terasa sekarang sudah waktunya jam makan siang dan aku kelaparan. Aku merasa pipiku menghangat dan aku benar-benar merasa malu. Dan lebih sia lagi, Javier malah menertawakanku. Benar-benar menyebalkan. Aku kelaparan dan dia malah ketawa.

"Kau lapar..?" tanyanya di sela tawanya.
"Astaga... Yang benar saja. Kau bertanya, setelah menertawakan perutku yang berbunyi..? Ck... Tentu saja aku kelaparan." ucapku kesal sambil menatap Nyalang ke arahnya.
"Clam Down oke! Sepertinya kita tidak bisa pulang sekarang. Kita akan cari makan dulu setelah itu baru kita kembali ke Villa."

Aku mengangguk setuju. Javier membuka pintu mobilnya untukku. Sikapnya benar-benar seseorang Gentlemen sejati. Meskipun begitu, aku tidak merasa tersanjung sedikitpun. Karena aku tahu dengan pasti, sudah banyak wanita yang mendapatkan perlakuan sama seperti itu. Mobil melaju membelah kota Jakarta yang cukup padat. Maklum sekarang adalah jam makan siang, dimana semua pekerja kantor keluar untuk mencari makan. Beberapa saat kemudian mobil Javier memasuki halaman sebuah restoran Japanese food.

"Hari ini  kita makan masakan Jepang." ucap Javier lalu mematikan mesin mobilnya. Lagi-lagi aku hanya mengangguk pasrah. Toh aku juga menyukai masakan Jepang. Lagi pulang yang membayar makanan kan Javier bukan Aku. Kami keluar dari mobil dan berjalan bersisihan memasuki restoran.
"Private room please." ucap Javier tanpa basabasi pada pelayan yang menyambut kami.

"Aku tidak suka private room Javier. Tidak ada pemandangan yang indah untuk bisa dilihat. Mbak... Rooftop aja ucapku pada pelayan itu. Yap.. restoran yang kami masuki ini memiliki Rooftop. Karena itu, aku memilih untuk duduk di sana. Dari atas kita bisa melihat pemandangan yang indah di bawah. Aku melirik kearah Javier dan bersyukur pria itu tidak membantah perkataanku. Kami pun diantar naik ke atas Rooftop. Untunglah masih ada tersisa satu meja lagi.

Aku sangat sangat bersyukur karena pemandangan dari tempat dudukku terlihat sangat indah. Aku menghirup dalam-dalam udara segar yang ada di sekitar ku. Aroma bunga yang begitu memikat dari bunga-bunga yang ada di Rooftop bercampur dengan pewangi ruangan. Benar-benar perpaduan yang memikat. Aku membuka mata kembali dan langsung menatap ke mata biru Javier. Dan entah kenapa, perasaan hangat tiba-tiba menyeruk ke dalam diriku. Jantungku berdegup kencang.

Ini tidak boleh terjadi. batinku kesal

Aku pun mengalihkan perhatianku dari degup jantung bodoh itu.
" bukankah  tempat ini sangat nyaman?" tanyaku pada Javier.
"Kau benar. Tapi tidak ada privasi sama sekali." balas Javier datar dan mimik wajah yang tidak suka.
"Astaga Javier... Nikmati saja. Ini terlihat sangat sempurna." ucapku mencoba menenangkan Javier.

Aku mengambil buku menu yang sudah tersedia di atas meja. Setelah itu Javier memanggil pelayan dan kami pun memesan makanan yang ingin kami makan. Pelayan itu menulis pesanan kami dan beberapa saat kemudian Ia pun pergi dari situ. Kami pun mulai bercerita lagi. Membahas apapun yang ingin kami bahas, hingga pelayan itu kembali datang dan membawa makanan pesanan kami. Kami menghentikan pembicaraan kami lalu mulai menyantap makan siang kami.

 Laura & Javier (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang