Laura & Javier || Bab. 34

4.1K 190 2
                                    

31 J  uli 2018...

Masalah datang untuk dihadapi bukan untuk dihindari

Laura...

Aku Update Lagi...
Happy Reading & Sorry For Typo...

Laura

         Sudah 2 minggu lebih hubunganku dengan Javier berakhir. Jassen masih setia menemaniku dan menghiburku. Sebenarnya aku merasa tidak enak saat meminta bantuan pada Jessen. Apalagi setelah putus dengan Javier, Jessen kembali memperlihatkan perhatian dan cintanya, membuatku benar-benar merasa tidak enak.
Saat ini aku berada di Resort milik Justin yang ada di Lombok. Meskipun hubunganku dengan Javier berakhir, tidak lantas membuat hubungan kerja dengan Justin berakhir.

        Setelah seminggu menenangkan diri pasca putus dengan Javier, aku kembali bekerja seperti semula dan sekarang pekerjaan ku sudah selesai. Aku memutuskan berada di tempat ini lebih lama untuk berlibur. Sebenarnya aku ingin berlibur sendiri. Tapi Jessen memaksa untuk ikut. Karena itu, di sinilah kami berdua berlibur di Pantai Lombok. Aku dan Jessen bermain air, berkejaran di tepi pantai dan bergandengan tangan menyusuri garis pantai.

         Aku merasa sedikit terhibur tapi, seharusnya aku tidak memiliki pantai untuk liburan. Karena ini mengingatkanku akan Javier. Semua kenangan kami lebih banyak berada di pantai. Aku mencoba untuk mengusir bayang-bayang kenangan aku dan Javier. Tapi kenangan itu selalu teringat olehku. Saat melakukan sesuatu, aku selalu mengingatnya kembali. Seperti saat melihat Sunset atau sunrise, aku kembali teringat saat kami beryoga bersama.

        Ketika naik perahu layar, aku teringat saat kami duduk berdua di atas Yacth miliknya. Ketika naik ayunan di laut, aku kembali teringat dengan kenangan kami di pohon Ayunan. Dan semua itu selalu berakhir dengan kekesalanku, pada diriku sendiri.
Aku sedang berjalan bersama Jessen menikmati sore yang indah sambil bergandengan tangan. Jam setengah 3 sudah termasuk sore kan?

        Sebenarnya aku merasa pusing sore ini. Aku juga sudah berniat untuk nolak ajakan Jessen. Tapi melihat dia berdiri di depan pintu kamar dengan wajah antusiasnya, membuatku tidak tega. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti keinginannya. Tapi hanya makan saja, setelah itu kami pulang. Perjalanan menuju Restoran tidak terlalu jauh karena itu, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja.

          Kami hampir sampai di Restoran yang dituju. Bahkan aku bisa melihat Restoran itu dari tempatku berdiri saat ini. Tapi aku merasa pusing menyerang di kepalaku semakin menjadi-jadi dan itu diperparah dengan wangi masakan kepiting yang terbawa oleh angin senja dan terhirup oleh  indra penciuman. Perutku bergejolak. Aku ingin berlari mencari toilet, agar aku bisa muntah. Tapi karena toiletnya cukup jauh dan kami masih berada di area pantai, aku pun memilih muntah tepat di garis pantai tersebut.

         Rasa mual itu terus membuatku memuntahkan isi perutku. Jessen membantuku dengan memijat tengkukku dan aku cukup bersyukur, karena itu sedikit meringankan rasa mual ku. Setelah merasa lebih baik, aku pun berdiri. Namun itu malah memperparah keadaanku. Aku kembali terserang pusing di kepalaku dan kali ini pusingnya sangat hebat. Aku melihat wajah Jessen dengan kepala yang masih pusing.
"Ya Tuhan... Laura kau pucat sekali." Itu adalah kata terakhir yang aku dengar, sebelum kegelapan menjemputku.

         Mataku terbuka dan sinar lampu terasa menyilaukan, membuat retina mataku refleks menutup sendiri. Aku membuka kembali mataku, menyesuaikan pencahayaan yang ada di kamar yang aku tempati sekarang ini. Setelah mataku terbuka lebar, aku menyisir tempat situ dengan mataku. Aku tidak tahu, dimana aku berada sekarang. Tapi, samar-samar aku mencium bau obat-obatan dan itu membuatku merasa mual. Refleksi, aku mengangkat tangan kananku dan aku terkejut, mendapati di tanganku, terdapat selang infus. Saat itulah aku mengerti, kalau sekarang aku berada di rumah sakit.

 Laura & Javier (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang