Laura & Javier || Bab 3

7.3K 388 1
                                    

3 januari 2018

Aku tidak peduli, apa yang kau pikirkan tentang aku. Yang penting, aku tau siapa siapa diriku dan seperti apa diriku

Laura.


Laura

"Ayo...." Ajak Justin padaku.
Aku mengikutinya yang berjalan ke arah selatan resort.
"Kita mau kemana...? " tanyaku gugup.

"Ikut saja. Kau akan tau nanti" kata justin sambil terus berjalan.
Langkah kami terhenti tepat di sebuah bangunan megah bergaya victoria. Bangunan itu sangat indah asitekturnya juga sangat mempesona.
Aku terkagum - kagum pada bagunan yang ada dihadapanku ini, tapi sayangnya bangunan ini tidak memiliki taman bunga sebagai pelengkap untuk memperindah bangunan ini.

"Pak Justin... Apakah pemilik bangunan indah ini, saorang pria tua yang kesepian'' tanyaku pelan. Saking pelannya pertanyaanku itu terdengar seperti sebuah bisikan.

Bukan jawaban yang aku dapatkan, melainkan tawa lepas yang aku dapatkan.
Aka sedikit kesal dan marah dan jangan lupa aku juga sangat tersinggung. Kalian juga akan tersinggungkan jika kalian bertanya tapi orang malah menertawakan pertanyaanmu. Tapi sudah lupakan saja. Jika terus memikirkannya, malah akan membuat aku semakin kesal.

"Pemiliknya adalah kembaranku." pak Justin menjawab pertanyaanku.
Aku berusaha memproses pekataan pak Justin kemudian tersadar,jika bangunan ini milik kembaran pak justin maka, bangunan cantik ini milik Javier. Oh tidak ! Aku harap apa yang aku pikirkan sekarang ini tidak terjadi.
Tapi terlambat pria tua menyebalkan yang aku temui tadi di boat sudah ada di depan kami. Dia adalah Javier Rider, saudara kembar pak Justin.
Ia sepertinya belum menyadari kalau aku ada disana.

"Ada apa...? Kau tau, kau mengganguku saja. Cepat katakan apa mau mu agar aku bisa cepat tidur kembali" ucap Javier dengan nada malas akibat mengantuk.
Ck lihatlah... Bicara dengan saudara kembarnya aja seperti itu... Sangat menyebalkan.

"Aku ingin meminjam salah satu kamar villamu untuk di tempati oleh salah satu karyawanku."
Degh !! Tuh kan... Yang aku pikirkan tadi memang benar. Sial ! Double sial !
Tidak, tidak. Ini bukan double sial tapi ini triple sial. Aku mati - matian tidak ingin bertemu dengannya, tapi sekarang aku malah harus tinggal di villa miliknya. Tidak ! Aku tidak boleh tinggal disini.

"Baiklah karyawanmu boleh tinggal di salah satu kamar villaku. Masih ada yang lain...? "
Shit...! Umpatku dalam hati. Aku tidak ingin pria tua ini tau kalau aku adalah orang yang akan tinggal di salah satu kamar villanya. Saat dia sudah pergi, baru aku bisa protes pada Pak Justin. Pikiranku melayang kemana mana sampai seseorang menarikku dan memperkenalkanku pada Javier.

"Ini Laura. Dia yang akan tinggal di salah satu kamar villamu. " kata-kata Pak Justin itu sukses membuat Javier melotot kearahku. Kemudian.....

"TIDAK...! TIDAK...! TIDAK...! " ucap javier penuh kemarahan kearahku . Dia dengan sangat jelas memperlihatkan ekspresi jijiknya terhadapku...
Astaga... Dia pikir aku mau apa tonggal di villanya.

"Kau pikir, aku mau tinggal di villamu apa...? Dengar ya... Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau tinggal di villamu. " balasku tak mau kalah.
Kami berdua sling memandang dengan ekspresi marah.... Jika ini adalah salah satu adegan fillm, maka pasti ada efek kilatan cahaya yang berputar disekeliling kami berdua. Tapi sayangnya, ini di dunia nyata yang mempertontonkan kemarahan kami dengan sangat jelas.

"Bisakah kalian jangan marah dulu" kata-kata pak Justin menyadarkanku dari kemarahan. Aku langsung menoleh ke arahnya.

"maaf Pak.... "
"tidak apa-apa "
"Justin... Kau boleh menggunakan 1 kamar villaku. Tapi, kau tidak boleh menempatkan dia disana" kata Javier
Dengan tegas sambil menunjuk ke arahku. Aku kesal. aku ingin sekalih membalas perkataannya tapi Pak Justin menatapku lembut seolah memintaku untuk tetap diam. Akupun menurut.

 Laura & Javier (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang