▪Chapter 8

941 129 16
                                    

Sudah direvisi ..

.
.
.
.

Chapter sebelumnya...

Damian membuka selt belt yang terpasang ditubuh Almira. "Kemarilah.." Damian menarik pelan tubuh Almira membawa wanita itu kebangku kemudi membiarkan Almira duduk dipangkuannya dengan kedua kaki terbuka serta tubuh keduanya menempel karena Damian langsung memeluknya erat. "Dasar.." Damian mengelus rambut Almira yang dilindungi kupluk berwarna hitam miliknya.

Almira tak memberontak sedikitpun wanita itu menutup mulutnya dengan tangan kirinya, matanya terlihat berkaca-kaca. "Kenapa kau memuntahkannya.." Ucap Damian lembut mengelus kepala Almira yang menyadarkan pada bahu kokohnya.

"Sangat pahit.." Guman Almira ditelinga Damian. "Mau minum.." Tawar Damian membuat wanita itu menggelengkan kepalanya. Tangan Almira mendekap bahu Damian erat. "Kau sudah makan.." Tanya Damian membuat Almira mengangkat kepalanya dan menatap mata hitam pekat milik pria berwajah tampan itu.

Almira ingin beranjak turun dari pangkuan Damian, tapi pria itu malah tak membiarkannya. "Disini saja," Bisik Damian menempelkan keningnya di kening Almira.

Almira membiarkan saja tubuhnya menempel dengan tubuh tegap Damian, untuk kali ini Almira akan menyerah dan membiarkan tubuhnya didekap erat oleh Damian. "Kau tak menjawabnya!!"

Almira merinding ketika nafas Damian membelai-belai permukaan wajahnya. "Aku memang belum makan.." Jawab Almira, membuat Damian mencengkram bahu Almira dan menatap onik matanya. "Kenapa kau tak bilang dari tadi.." Ucap Damian. Kalimatnya tersirat kehawatiran.

Almira mengelenggkan kepalanya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Damian. Entah apa yang membuatnya seperti ini, tapi hormon kali ini Almira menginginkan dirinya bermanjaan dalam dekapan Damian yang membuatnya terasa sangat nyaman. Kemana rasa bencinya sekarang yang mendadak hilang seketika setelah melihat perhatian Damian padanya. Padahal pria itu telah mengambil mahkota paling berharga dalam dirinya dan sekarang Almira-

Entahlah.

Apa itu cinta?

Hah!! Tidak mungkin.

Mana mungkin dirinya bisa luluh secepat itu.

***

Hari ini mood Almira hancur ketika melihat Damian dan Nadin tengah berbicara diruang tamu entah apa yang mereka bicarakan tapi yang pasti hatinya sedikit sesak melihatnya.

Almira ingin berganti pakaian dan ingin pergi dari sini.. Sungguh ia tak suka melihatnya. Almira menutup mulutnya ketika rasa mual mulai dirasakannya, wanita itu berlari kearah wastafel kamar mandi. Adipura yang melihat tingkah Almira itu berlalu dan mengikutinya.

Almira menempelkan punggungnya dipintu kamar mandi yang terbuka.

Aku harus pergi secepatnya. Almira menyentuh dadanya yang menjadi sesak melihat Damian bersama wanita lain. "Kau kenapa?" Tanya Adipura yang menyandarkan punggungnya didekat Almira.

Almira menoleh kearah pria dewasa yang memiliki wajah tampan. Dirinya tersenyum tipis. "Aku tidak apa-apa.." Jawabnya membuat Adipura tersenyum. "Aku kira kau cemburu melihat Damian dengan Nadin.." Ucap Adipura membuat pipi Almira seketika memerah mendengarnya. "C-cemburu. Hah tidak mungkin, aku tidak mungkin cemburu padanya.." Almira berusaha terkekeh seolah apa yang diucapkan Adipura itu salah.

"Kau ada hubungan apa dengan Damian?"

Almira meremas kemejanya pelan dan tersenyum kecut. "Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Damian," Ucap Almira dengan wajah yang sangat pucat. Adipura baru menyadarinya. "Apa kau sakit," Tangan kekarnya terangkat menyentuh dahi Almira yang terasa panas. "Tidak," Sangakal Almira menepis tangan Adipura yang berada dikeningnya.

"Tapi kau sangat pucat," Ucap Adipura dengan rasa khawatir. Adipura menyentuh dada kirinya ketika mata Almira menatapnya, seketika detak jantungnya mulai berdetak sangat cepat. Apa ini? Apa Adipura mulai menyukai Almira tapi ini baru pertemuan pertama baginya.

Almira menutup mulutnya, "Kau kenapa?"

"Aku-" Almira berlari kearah ruang tamu, kakinya terasa kaku melihat Nadin ingin mencium Damian. Ouh, dadanya bertambah sesak ketika melihatnya Almira berlari dan keluar dari Apartement Damian. Menyisakan sesak didadanya.

"Almira kau mau kemana?" Teriak Adipura yang baru muncul. Damian yang mendengar Adipura memanggil Almira buru-buru menjauhkan wajah nya dengan Nadin yang beberapa centi lagi bibir mereka akan bersentuhan.

Almira.. Damian hampir melupakan wanita itu.

"Almira.." Guman Damian. Perasaan bersalah mulai muncul dalam benaknya ketika ia melupakan wanita yang berada di dalam Apartement miliknya. "Damian, Almira berlari dan pergi dari sini.."

"Apa.."

"Aku akan mengejarnya.." Damian mengambil kunci mobil miliknya dan berlalu meninggalkan Adipura bersama Nadin.

Nadin sedari tadi menggerutu kesal ketika Adipura merusak moment yang paling diinginkan olehnya. "Kau merusak moment ku Adipura.."

Adipura hanya mengangkat bahunya acuh dan berlalu meninggalkan Nadin.

***

Almira memegang dadanya yang masih menyesakan baginya, pemandangan itu sulit untuk dilupakannya. "Ouh, bodohnya aku.. kenapa aku masih memikirkan Damian dan wanita itu.." Almira meremas rambutnya sendiri.

"Aku harap aku tak bertemu lagi dengan Damian,"

Damian tersenyum ketika Almira yang masih berjalan didepannya, pria itu berjalan pelan mengikuti Almira yang masih sibuk menggerutu tak jelas.

"Aku membenci Damian,"

"Benarkah kau membenciku," Ucap Damian yang memegang tangan Almira, wanita itu menoleh dan menepisnya dengan cepat.

"Jangan mengikutiku, bukankah kau sedang bersama wanita itu.." Ketus Almira membuat Damian menyeringai lebar dan tersenyum dengan kerlingan mata nakalnya. "Kau cemburu.." Tanya Damia masih dengan tampang sangat menyebalkan bagi Almira sekarang, karena lagi-lagi Damian selalu menggodanya.

"Tidak mungkin aku bisa cemburu pada orang sepertimu,"

"Benarkah.." Goda Damian membuat Almira mendengus kesal.

"Jangan mengikutiku lagi. Urusi saja mantan pacarmu jangan pedulikan aku,"

"Kau marah.."

Almira menghembuskan nafasnya. Kemana rasa bencinya terhadap Damian sekarang.

****

TBC!

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang