▪Chapter 26

645 123 23
                                    


Sudah direvisi ...

.
.
.
.

Nadin memainkan pisau itu pada perut Almira, perempuan itu hanya bisa menangis dan memejamkan matanya ingin rasanya ia membuka ikatan yang tengah mengikat tubuhnya tapi ia tak bisa ikatan itu sangat kuat, berontak pun malah membuat tubuhnya terasa sangat sakit apalagi pada bagian perut nya yang mulai mulas rasanya ia ingin meraung menangis dan memanggil nama Damian terus menerus tapi ia takut jika Nadin akan bertindak jauh dan malah menyakiti calon bayinya.

'Ya Tuhan selamatkan aku dan bayiku,..' Almira memanjatkan doa kepada maha kuasa agar ada seseorang yang datang menyelamatkan dirinya dari Nadin.

Sungguh ia merasa tak percaya jika Nadin akan bertindak seperti ini kepadanya apalagi karena Damian lebih memilihnya. "Ku-kumohon lepaskan aku,.." Ucap Almira dengan memohon kearah Nadin. Sedangkan Nadin menyeringai lebar melihat Almira yang memohon padanya.

"Aku akan melepaskanmu!" Ujar Nadin sambil menjauhkan pisau itu dari perut Almira. "Tapi dengan satu syarat,-kau harus menjauh dari kehidupan Damian kalau perlu kau pergi dari kota ini,.." Kata Nadin.

"Tidak, aku tidak mau menjauh dari kehidupan suamiku, aku tidak mungkin bisa jauh dari ayah anak yang sekarang aku kandung,.." Almira menghela nafas berat. "Lagi pula aku sudah mencintainya,.." Lanjutnya dengan tegas.

"Beraninya kau,.." Nadin menarik rambut Almira kebawah membuat perempuan mendongak keatas menatap Nadin yang menatapnya tajam seolah ingin memakannya hidup-hidup.

"Tidak ada yang boleh mencintainya kecuali hanya aku dan aku, kau tau hah,.. Damian hanya miliku dan selamanya akan menjadi milikku, kau tak boleh mencintainya,.."

"Karena aku yang berhak untuk mencintainya dan memilikinya,.." Almira menatap mata Nadin yang dipenuhi dengan amarah. "Kau salah!" Ucap Almira.

Nadin yang mendengarnya mendelik sinis kearah Almira, ia tak suka dengan ucapan Almira yang mengucapkan jika itu salah.

"Kau tak bisa menjauhkanku dari Damian karena dia sekarang sudah menjadi suamiku dan aku sudah menjadi istrinya, perasaan yang kau miliki hanya sebuah obsesi semata dan kau tak benar-benar mencintainya, coba kau buka matamu dan tanyakan pada dirimu sendiri perasaan apa yang saat ini kau miliki pada suamiku,.." Jelas Almira dengan menekankan akhir kalimatnya.

"Kau tak perlu menasehatiku, karena aku tau perasaanku ini hanya cinta bukan obsesi,.." Nadin benar-benar sudah terpancing emosi dengan apa yang dikatakan Almira ia mengambil pisau dan mulai mengangkat pisau itu dan mengarah pada satu sasaran yaitu perut Almira, ia tak ingin anak itu lahir kedunia ini. Ia sangat membencinya apalagi ayah bayi itu adalah pria yang sangat dicintainya.

..

Damian mengambil ponsel dalam saku celananya dan menelpon beberapa kenalanya untuk melancak dimana keberadaan istrinya sekarang, sungguh dadanya terasa sesak, bayangan-bayangan mengerikan mulai muncul dalam pikiran namun dengan cepat ia menghempaskannya, ia mulai berjalan kerarah luar restaurant yang diikuti beberapa bodyguart untuk ikut mencari keberadaan Almira.

'Tunggu aku, aku akan datang sebentar lagi,..' Batin Damian yang sudah mulai menjalankan mobilnya untuk segera menemukan sang istri dan calon anak nya.

***

Almira memejamkan matanya dengan air matanya yang sudah mengalir ia sudah menyerah mungkin ini akhir dari segalanya ia harus mati ditangan Nadin, ia tak bisa berpikir lagi tatapan nya mulai kosong ia akan menyerahkan semuanya pada yang maha kuasa, jika memang hari ini ia harus mati ia akan menerimanya jika hari ini bukanlah kematiannya maka selamatkanlah ia sekarang dari Nadin.

Damian, Almira terus mengucapkannya dalam hati agar Damian segera datang dan meyelamatkan nya.

Almira meringis ketika pisau itu mulai menyayat tangan nya, rasanya perih, darah dari kedua tangannya sudah mengalir deras. Dan yang lebih parah nya lagi pisau itu sudah beralih pada lehernya, ia benar benar tak sanggup melihat apa yang akan terjadi nanti padanya tapi dia terus memohon perlindungan pada Tuhan untuk terus menyelamatnya dari Nadin.

***

Damian tersenyum saat orang kenalannya memberitahui dimana keberadaan Almira sekarang tanpa babibu lagi ia mulai memutar arah kearah dimana sekarang Almira berada. 'Terimakasih Tuhan,..' Batin Damian menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia tak peduli dengan pengendara lain yang memaki dirinya karena yang terpenting sekarang menyelamatkan sang istri.

Damian berlari kearah gedung yang sudah usang itu, ia menyuruh para bodyguart nya untuk mendobrak pintu gedung itu.

Brak

Berhasil!

Mata Damian membulat meliat Almira yang sangat mengenaskan dengan tubuh terikat dan kedua tangan yang terus mengeluarkan darah, dan amarah ingin meledek ketika Nadin ingin mengarahkan pisau itu keperut Almira, Damian berlari cepat menahan pisau itu agar tidak menyentuh perut istrinya.

"Apa yang kau lakukan,..hah,.. apa kau ingin mencelakai istriku.." Ucap Damian dengan meremas pergelangan tangan Nadin dan melemparkan pisau itu.

Almira membuka matanya. "Damian,.." Lirih Almira air matanya mengalir deras, ia bersyukur karena Damian datang untuk menyelamatkan nya.

"Tolong kalian buka ikatan yang mengikat istriku,.." Suruh Damian pada bodyguart, bodyguart itu mengangguk dan melaksanakan apa yang dikatakan Damian untuk membuka ikatan itu.

"Da-damiann,.." Ucap Nadin dengan terbata, tubuhnya sudah bergetar hebat ia tak menyangka jika Damian akan datang kesini, sungguh ia sangat ketakutan sekarang. Nadin takut jika Damian membencinya.

"I-ini tidak seperti apa yang kau lihat.." Ucap Nadin mencoba mengelak, namun Damian malah bertambah mencengkram tangan Nadin, sorotnya hanya ada kebencian tidak ada lagi cinta dimatanya.

"Jangan coba-coba untuk mencelakai istriku atau aku tak segan-segan untuk mematahkan tanganmu,.." Nadin memandang Damian dengan penuh air mata.

Damian menghempaskan tangan Nadin kasar membuat Nadin tersungkur kelantai bawah, Damian beralih memandang Almira yang tengah memandangnya, ia berjalan dan memeluk tubuh istrinya dengan erat. "A-aku takut," Ucap Almira menangis dipelukan Damian.

Nadin mengepalkan tangan nya, ia tak akan menyerah begitu saja ia berjanji akan merebut Damian dari tangan Almira dengan cara apapun, agar Damian kembali ke pelukannya.

Damian menatap Nadin dengan penuh kebencian. "Aku peringatkan lagi jangan coba-coba untuk menyakiti istriku,"

"Jika kau mengulanginya lagi aku akan melaporkanmu pada polisi," Ancam Damian namun dianggap angin oleh Nadin, ia sama sekali tak peduli jika Damian akan melaporkannya pada polisi, yang ada dipikirannya hanya ada satu yaitu merebut Damian.

"Aku tau Damian kau masih mencintaiku,.." Guman Nadin melihat punggung Damian yang mulai jauh dari hadapannya.

***

TBC!

..

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang