▪Chapter 28

625 109 12
                                    

Setelah hampir tiga bulan tak mengunjungi putranya, akhirnya Vira punya waktu luang untuk berkunjung keapartement milik putra semata wayangnya, ia pun sudah tau berita tentang pernikahan antara Damian dan Almira, karena berita itu sempat menjadi trending topik disemua media sosial lainnya.

Damian benar-benar nekat demi seorang perempuan bernama Almira itu, ia tak sempat berpikir jika Damian memang bersungguh-sungguh tak akan mengundangnya dalam pernikahan itu. Padahal ia sangat menentang pernikahan itu tapi Damian tetap kekeh menikahinya walaupun tanpa restu darinya dan suaminya.

Vira membuka apartement Damian, ia pun mulai masuk kedalam ruangan yang luas itu, dan,.. ia pun bisa melihat Damian tengah tertidur diatas sofa sendirian.

'Dimana istri Damian?' Tanyanya dalam hati.

Vira berjalan menghampiri Damian untuk membangunkannya. "Damian!" Panggil Vira sambil menyentuh tangan anaknya. Damian membuka matanya, dan yang pertama kali yang ia lihat adalah wajah ibunya, Vira. "Ada apa kau kesini?" Tanya Damian sambil berdiri menjauhi Vira. "Mama kangen sama kamu Damian!" Ujar Vira yang mulai mendekat dan memeluk tubuh Damian.

Damian melepaskan pelukan Vira. "Apa Mama kesini hanya ingin menghina istriku!"

"Tidak, Mama kesini hanya ingin melihat kesehatanmu Damian,"

"Tidak perlu Ma. Lihatlah Damian baik-baik saja tapi tidak dengan istriku, lihatlah sekarang keadaan istriku, dia sedang mengalami trauma berat karena suatu insiden yang membuat kesehatannya terganggu, dan bisa saja dia keguguran Ma,.." Damian menangis dihadapan sang ibu.

Vira tertegun mendengarnya. 'Insiden apa!'

Degh!

Ia mengingat rencananya dengan Nadin, apa yang membuat Almira trauma berat seperti ini, apa ini semua ada hubungannya dengan rencananya dengan Nadin.

Degh!

Vira menutup mulutnya, ia merasa bersalah apalagi saat melihat raut wajah Damian yang berantakan dengan mata yang sembab, begitu besar cinta Damian untuk Almira, tapi dengan bodohnya ia bertujuan memisahkan Almira dari Damian.

'Maafkan Mama Dam, Mama sangat-sangat bersalah pada kalian,..'

"Dan Mama tau siapa orang yang membuat Almira begini Ma, Mama tau,.." Ada jeda. "Dia Nadin Ma,.."

"Dia berniat ingin membunuh istriku,"

"Dia selalu mencari celah untuk terus membunuh istriku,"

Vira menangis dalam diam, sungguh,. ia sangat-sangat menyesal telah menyusun rencana ini. Dan perbuatannya secara tak langsung melukai Damian. "Hiks,.. maafkan Mama Dam," Vira menatap Damian dengan penuh rasa bersalah, ia sadar jika perbutannya itu sangat-sangat salah, ia sangat menyesal benar-benar menyesal.

"Maksudnya?"

"Mama udah nyusun rencana ini bersama Nadin,"

Degh!

Kenyataan apa lagi ini Tuhan?

Orang tuanya sendiri,.. telah menyusun rencana ini bersama wanita licik itu. Tangannya terkepal, ia menatap Vira dengan murka.

"A-apa Ma, apa Damian tidak salah dengar?"

"Maafkan Mama, Mama benar-benar menyesal,.."

"Jawab Ma, apa yang Mama katakan itu benar?"

Vira menundukan kepalanya dengan perasaan yang amat menyesal. "Iya, itu benar!"
"Mama tau nggak sih, kalau yang mama lakukan itu hal yang criminal,.. bagaimana kalau mama masuk penjara, dan mama nggak mikir apa kalau Almira itu kebahagiaan Damian, apa mama mau ngerampas kebahagiaan Damian,.. hah,.. apalagi Almira sedang mengandung anak Damian, bagaimana jika waktu itu Almira dan bayi Damian nggak selamat, mama nggak pernah mikir apa.." Damian mengeluarkan semua rasa kecewanya pada ibunya. Ia benar-benar tak percaya jika Vira bersekongkol dengan Nadin untuk membunuh Almira.

"Ma-maafkan mama Damian,.." Vira menangis dihadapan Damian, namun Damian hanya memandang Vira dengan penuh kebencian.

"Pergi dari sini," Usir Damian pada sang ibu.

"Mama mohon dengarkan penjelasan-,"

"Aku bilang pergi dari sini!" Teriak Damian pada Vira, wanita paruh baya itu tak punya pilihan lain ia pun meninggalkan apartement milik Damian dengan menangis. Vira sangat menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya.

'Ma-maafkan mama Damian..'

***

Damian membuka pintu kamarnya, disana ada istrinya yang tertidur lelap, ia menghampiri Almira dan berbaring disamping Almira, ia menangis sambil memeluk perut Almira. "Aku tak percaya jika ibuku yang merencanakan semua untuk mencelakaimu, sungguh aku tak percaya,"

Damian menumpahkan semua kesedihan dipelukan Almira. "Kenapa Tuhan? Ibuku sendiri merencanakan hal ini?"

"Bukankah orang tua selalu mendukung kebahagiaan anaknya, tapi kenapa dengan ibuku, yang ingin menghancurkan kebahagiaanku.." Almira terbangun mendengar isakan sesorang ia menoleh kearah bawah dan.. disanalah Damian menangis didepan perutnya sambil memeluk tubuhnya.

'Damian..'

'Kenapa Damian menangis? hal apa yang membuatnya menangis?'

"Ibuku sediri,.." Lirih Damian, sedangkan Almira hanya diam sambil mendengarkan apa yang ingin dikatakan suaminya. "Kenapa? dia begitu tega kepadamu!" Almira mengernyitkan alisnya bingung, ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakan Damian.

'Aku???'

'Apa maksudnya?' Batin Almira.

***

5 Menit berlalu...

***

Almira tak mendengar lagi Damian berbicara, ia pun mengelus rambut tanpa sepengetahuan Damian karena suaminya itu sudah tertidur, ia terus memperhatikan wajah Damian. .

'Damian menangis? Apa ini? aku sungguh tak mengerti!!!' Pikirnya.

Almira mencium kening Damian. "Tidurlah pasti kau lelah," Bisik Almira tepat ditelinga Damian.

"Aku menyanyangimu," Almira memejamkan matanya dan membalas pelukan Damian.

Namun,..

Lagi-lagi Almira melihat bayangan-bayangan dirinya saat disekap didalam gedung, dan saat wanita itu menyodorkan pisau kearahnya, menurutnya hal itu tak mudah dilupakan, untung saja Damian pada saat itu datang kalau tidak,.. entah apa yang akan terjadi padanya dan bayinya.

Almira meremas tangan Damian mencoba menghilangkan bayangan yang terus saja membayangi pikirannya.

Damian membuka matanya ketika merasakan pergerakan Almira yang gelisah dan tak nyaman, ia pun mengelus punggung Almira dan mencium bibir Almira, berharap hal itu bisa mengurangi kegelisahan yang dirasakan Almira.

"Tenanglah, ada aku disini.." setelah Damian mengucapkan hal itu, akhirnya Almira kembali tenang dan kembali terlelap tanpa merasakan kegelisahan lagi.

Damian mengelus rambut Almira dan kembali memeluknya dengan erat, keduanya saling berhadapan dan saling berpelukan dengan posisi yang begitu intim.

***

TBC!

Sampai bertemu dichap selanjutnya;-) ;-)

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang