▪Chapter 32

679 102 6
                                    

Wanita paruh baya itu masih berada dikamar Almira, ia masih menunggu menantunya untuk siuman. "Maafkan Mama..." Bisik Vira sambil menyentuh dahi menantunya dengan penuh kasih sayang. Matanya beralih menatap perut besar Almira, ia meletakan tangannya pada perut besar itu.. senyumnya mengembang ketika ia merasakan tentangan kecil yang menerpa telapak tangannya. "Bantu Nenek yah sayang supaya ibumu mau memaafkan semua kesalahan Nenek.." ia kembali tersenyum ketika untuk kedua kalinya ia merasakan pergerakan didalam perut Almira, ia berharap semoga saja itu pertanda baik.

"Enghhh..." Almira menggeliat dalam tidurnya dan mulai membuka matanya dan yang pertama yang ia lihat adalah ibunya Damian. "Kamu sudah sadar sayang," Ucap Vira yang mulai membantu menantunya itu untuk duduk. Matanya memancarkan kasih sayang dan Almira bisa merasakan hal itu.

"M-mama.." Guman Almira sambil tersenyum tipis. Wanita paruh baya itu mulai mengenggam kedua tangannya dan ia bisa melihat ada air mata yang keluar dari kedua mata Vira. Mertuanya menangis tersendu-sendu dihadapannya.

"T-tolong maafkan semua kesalahan dan kehilafan Mama.." ada jeda. "Mama tau kesahalan Mama udah fatal karena Mama udah berencana untuk membunuh kamu dan mau memisahkan kamu dari Damian.." Almira melihat penyesalan besar dari kedua mata mertuanya. Ia mengelus punggung tangan Vira dan tersenyum menatap wanita paruh baya itu. "Mama nggak perlu kayak gini sama Almira, Almira memaafkan semua kesalahan Mama kok.." Vira menatap Almira dengan senyuman yang mengembang.

Sungguh, ia sangat beruntung mempunyai menantu seperti Almira yang mempunyai hati besar untuk memaafkannya. "Terimakasih sayang.." Almira tersenyum manis dan tangannya terangkat mengusap air mata yang berada diujung mata mertuanya. "Mama nggak perlu nangis kayak gini, lagi pula kejadian itu udah berlalu.."

"Apalagi liat Mama kayak gini bikin aku bahagia karna Mama udah nerima aku sebagai menantu Mama," Ujarnya membuat hati Vira tersentuh, ia sangat menyesal karna dulu ia sudah menyiayiakan menantu seperti Almira, tapi sekarang ia tak akan menyiayiakan hal itu. Karena ia tau sekarang-perempuan ini memang pantas bersading dengan putranya.. begitupun sebaliknya.

"Mama beruntung punya menantu seperti kamu.." Almira menangis haru mendengarnya, ia pun memeluk tubuh Vira dan memeluknya dengan erat. "Terimakasih.." Ujar Almira didepan telinga mertuanya.

Almira memejamkan kedua matanya, ia sangat berterimakasih kepada Tuhan yang telah membukakan hati mertuanya hingga mertuanya bisa menerima dirinya dan menyayanginya.

***

Damian tersenyum melihat keadaan istrinya yang kembali seperti sebelumya, apalagi ada sesosok ibunya yang selalu berada disamping Almira dan mendukung penuh akan kesehatan istrinya yang semakin hari semakin membaik saja dan perlahan-lahan Almira pun mulai melupakan kejadian yang membuat istrinya trauma, sekaramg istrinya sering berbagi ceritanya pada ibunya..

'bagaimana menjadi ibu yang baik?'

'bagaimana mengurus bayi..'

Dan masih banyak hal-hal lagi yang ditanyakan Almira pada ibunya tentang sibayi. Membuat mereka bertambah dekat dan bertambah lengket tentunya.

Dan Damian sangat bersyukur akan hal itu, ia benar-benar bahagia melihat kedekatan yang terjalin antara sang istri dengan ibunya.

Apalagi ibunya sering menyempatkan diri untuk berkunjung keapartement miliknya hanya untuk memasak khusus untuk menantu tercinta dan tentunya untuk sicucu yang masih berada diperut Almira.

Dan dirinya pun berubah menjadi suami yang posesif dan protective-karna ia takut terjadi sesuatu pada istrinya ataupun bayinya.

Dan ia sangat bersyukur bisa kembali melihat keceriaan dan senyuman istrinya yang membuat ia semakin cinta terhadap istrinya yang cantik itu.

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang