▪Chapter 29

673 104 22
                                    

Nadin menatap Vira yang kini berada didalam rumahnya, ia sangat-sangat terkejut mengetahui ibu Damian berkunjung kekediamannya. "Tante?" Panggil Nadin. "Ada apa tante datang kerumahku?! apa tante ada rencana lagi untuk mencelakai Almira, katakan tante apa rencananya.." Seru Nadin dengan antusias.

"Tidak,.."

Nadin mengernyit heran kearah Vira, tak mengerti dengan ucapan wanita paruh baya itu. "Apa maksudnya!"

"Tante kesini bukan ingin membahas rencana yang kita buat, tapi tante ingin mengakhiri rencana itu.."

"Tante sangat menyesal merencanakan hal untuk membunuh Almira, tante minta tolong padamu.. tolong akhiri rencana itu dan ikhlaskan Damian bahagia dengan Almira.. mereka saling mencintai kita tak seharusnya memisahkan mereka.." Jelas Vira menatap Nadin yang terdiam membisu.

'Tante ingin mengakhiri rencana itu' Ucapan Vira masih berkolebatan dalam pikirannya. Nadin menatap ibu Damian seolah meminta penjelasan.

"A-apa tante,.. coba ulangi apa yang tante katakan!"

"Tante ingin mengakhiri rencana ini, dan tante akan mencoba menerima Almira sebagai menantu tante, tante juga tidak akan ikut campur lagi dalam kehidupan mereka, tante akan merestui hubungan mereka,.."

Nadin yang mendengarnya terperangah, sungguh.. ucapan Vira diluar ekspetasinya, ia kiri Vira ingin melanjutkan rencana itu.

Tapi ternyata..

Vira malah ingin mengakhirinya..

"Tante tidak boleh meresrui hubungan mereka, tante bilang yang pantas jadi menantu tante hanya aku tapi kenapa pikiran tante bisa berubah.." Ujar Nadin dengan penuh emosi, jelas saja ia menolak permintaan Vira untuk mengakhirinya.

"Pikiran seseorang bisa berubah, dan itu yang terjadi pada tante. Ikhlas kan Damian dengan Almira, kita tidak bisa memisahkan mereka apalagi mereka sudah menjadi suami-istri." Ucap Vira dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Tante sudah mengatakan semuanya kepada Damian, dan Damian sekarang membenci tante, tapi tante akan memperbaiki semuanya.. tante akan menerima Almira dan tante juga akan menerima bayi yang berada dikandungan Almira.." Ucap Vira.

"Tidak, tante tidak boleh menerima mereka.. Damian hanya milik aku dan perempuan itu tak berhak berada disisi Damian."

"Nadin sadarlah, yang berhak berada disisi Damian hanyalah istrinya yaitu Almira, kau harus mencoba menerimanya dan lupakan Damian."

Vira menyetuh bahu Nadin. "Sadarlah, yang kau lakukan itu salah, kau harus mencoba menerima kenyataan itu."

Nadin menepis tangan Vira dengan kasar. "Tante salah, aku yang lebih pantas ada disisi Damian bukan dia,"

Nadin berjalan membelakangi Vira. "Aku tidak akan pernah mengiklaskan Damian untuk perempuan itu.."

"Tante mohon tolong jangan bersikaf keras kepala Nadin, kau harus menerimanya, kau tak akan mendapatkan Damian karena sekarang Damian sudah beristri, kau harusnya tau akan hal itu.." Ada jeda. "Anak tante berhak bahagia dengan perempuan pilihannya, kau tak bisa memaksakan kehendakmu karena itu akan berujung kegagalan dan kegagalan.." Lanjutnya.

"Cobalah tuk mengerti..." Nasehat Vira, namun Nadin tetap saja tak mau mendengar apa yang dikatakan Vira.

"Aku tak bisa tante, aku ingin menikah dengan Damian." Teriak Nadin dengan tersulut emosi.

"Tapi kau tak bisa Nadin menikah dengannya.. Ingatlah Almira istrinya apalagi dia sedang mengandung anak Damian,"

"Tapi tante bisa saja kan itu anak dari pria lain.."

PLAK!

Vira yang sudah terpancing emosi menampar Nadin. "Cukup!" Teriak wanita paruh baya itu.

"Jaga ucapanmu Nadin,"

Nadin memengang pipinya yang terkena tamparan ibunya Damian. "Tante kau pembohong, katanya kau ingin aku menikah dengan Damian, tapi kau tak menepati omonganmu,"

"Kau malah membela dia," Jelas Nadin, sedangkan Vira hanya terdiam dengan mata yang memerah. "Itu dulu, tapi sekarang tante berubah pikiran, tante sudah menerimanya," Ucap Vira dengan tegas.

"Satu lagi, tante tidak akan membiarkan kau menikah dengan Damian. Karena tante mengerti sekarang yang, lebih pantas jadi pendamping Damian adalah Almira," Ucap Vira. "Tentu saja, tante tak akan membiarkan kau mencelakai Almira,.."

Vira berlalu setelah mengucapkannya, sungguh Nadin membenci hal ini, karena satu orang yang berada dipihaknya kini telah pergi.

"Gara-gara kau aku kehilangan kepercayaan ibu Damian.." Guman Nadin dengan penuh emosi.

***

Setelah dari rumah Nadin, wanita paruh baya itu langsung berjalan keapartement Damian, ia akan memasakan sesuatu untuk Almira. "Semoga menantuku akan suka makanan buatanku," Vira tersenyum sambil mengaduk bubur yang telah dibuatnya.

"Aku akan memperhatikan asupan gizi untuk cucuku," Ucap Vira bersemangat.

'Maafkan Nenek yang dulu tak mengakuimu, tapi sekarang Nenek akan menerimamu dan menyayangimu..'

***

Diruangan lain, perempuan yang tengah mengandung itu terusik dalam tidur lelapnya ketika indra penciumannya mencium harum masakan yang entah dari mana.. Almira langsung membuka matanya, ketika harum masakan itu membuat perutnya lapar dan sikecil yang berada diperutnya pun menendamg, mungkin sikecil pun sama ingin mencicipi makanan itu.

Damian terusik ketika pelukannya dilepaskan, ia pun membuka matanya dan ia langsung menatap Almira yang tengah terdiam sambil memegang perutnya.

"Kenapa apa perutmu sakit?" Tanya Damian cepat sambil terbangun dari terbaring di ranjang.

Almira hanya menatap Damian sambil tersenyum. Damian langsung terperangah melihatnya, lihatlah.. istrinya sekarang tersenyum kembali, sungguh ini adalah peningkatan yang sangat cepat.

"Kau.." Damian dengan cepat memeluk tubuh Almira dengan erat seolah menyalurkan rasa senangnya. "K-kau tersenyum,.." Damian melepaskan pelukan pada tubuh sang istri, ia beralih memegang wajah Almira dan memberikan ciuman disetiap inchi bagian wajah Almira, membuat perempuan itu memejamkan matanya kegelian.

"Apah, yang kau lakukan..." Suara Almira mampu menginstrupsi Damian untuk berhenti.

"Kau,...."

"Ya!"

Damian menangkup kedua pipi Almira dengan kedua tangannya. "Aku mencintaimu,.. sungguh aku sangat khawatir dengan keadaanmu waktu itu, saat kau tidak bicara, tidak tersenyum kepadaku.." Almira tersenyum mendengarnya dan mulai melingkarkan kedua tangannya kebagian leher suaminya sedangkan kedua kakinya sudah melingkar dipinggang Damian. "Apa ini?" Bisik Damian seduktif.

Almira hanya merona mendengarnya..

"Kau ingin menggodaku.." Ujar pria itu dengan menggeram sesuatu yang terbangun dalam dirinya. Nafasnya terasa berat, tangan Damian beralih kearah pinggang Almira dan memberikan remasan kecil membuat Almira menggeliat kecil.

"Kau bertingkah nakal sayang,.." Bisik Damian tepat bada telinga Almira.

"Kau harus bertanggung jawab akan hal ini.." Almira meremas rambut Damian ketika lidah pria itu mulai bermain didalam mulutnya.. Almira hanya bisa memejamkan kedua matanya.. ketika Damian mulai.. melumat, menghisap, dan mengigit bibirnya.

"Aku menginginkanmu.." Ucap Damian tepat diwajah Almira. "Lakukanlah Damian, aku pun menginginkanmu.." Balas Almira menatap mata suaminya.

Damian tersenyum mendengarnya, ia pun mulai melucuti pakaiannya dan pakaian sang istri, Almira menggigit bahu Damian ketika milik pria itu mulai memasuki bagian tubuh terdalamya.

"Ah,.. Aahh,.. Damian..." Desah Almira dengan tubuh yang tergoncang dipelukan Damian akibat hentakan-hentakan kuat Damian yang membuat ia tak mampu menahan desahan dan erangan.

Didalam kamar itu hanya ada suara desahan, erangan, dan leguhan ketika kedua pusat gairah saling bersatu memberikan sensasi yang begitu nikmat dan menyenangkan.

***



TBC!

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang