▪Chapter 20

632 120 26
                                    

Sudah direvisi ...

.
.
.
.

Kedua pria berbadan besar itu mulai berjalan mendekati pasangan yang tengah berpelukan itu, tanpa basa-basi lagi ia menarik kasar tubuh Damian agar menjauh dari tubuh perempuan yang tengah mengandung itu.

Damian tak terima ia menggeram, dan mengumpat kasar, dengan cepat ia menghempaskan kedua tubuh pria yang tengah memegangi tangan nya. Kedua pria itu terjerembab kebawah dengan keras.

"Jangan pikir aku akan takut pada kalian yang memiliki tubuh besar, itu sama sekali tak mempengaruhiku," Damian memukul rahang kedua pria itu silih berganti, sedangkan kedua pria itu hanya diam tak mampu melawan. Ia ingin sekali melawan tapi ia sudah berjanji tidak akan melukai Damian.

"Apa alasan kalian mengangguku! Hahh!!" Pukulan bertubi-tubi ia layangkan pada kedua perut pria bertubuh besar. Kedua nya hanya meringis menahan sakit akibat ulah Damian yang terus menyerang tubuh nya tanpa henti.

"Damian!" Panggil Almira dengan gemetar, perempuan itu berada tepat dibelakang tubuhnya. Tubuh Almira bergetar ketakutan. "Almira.." Damian berjalan menghampiri perempuan itu namun tertahan ketika tubuh nya ditahan oleh kedua orang yang dipukuli nya.

"Damian..!" Almira kembali bergetar ketakutan ketika tiba-tiba saja ada yang menodongkan pistol tepat pada perutnya yang membuncit. "Tidak! Kumohon jangan lakukan itu padaku.." Almira merintih menahan tangis sambil berusaha melindungi perut nya.

"Jauhkan pistol itu pada calon istri dan anakku.." Teriak Damian yang berusaha memberontak dengan brutal agar kedua pria itu melepaskan cengkraman pada bahu dan tangan nya.

"Damian.." Almira terus memanggil nama orang yang dicintainya yang berusaha melepaskan diri pada kedua pria itu.

"Ya Tuhan, Apalagi ini!" Almira membatin dengan linangan air mata pada kedua matanya.

"Jauhkan pistol itu brengsek!" Damian mengeluarkan semua tenanga nya untuk melepaskan tubuhnya, ia ingin menyelamatkan Almira dan anaknya. Ia tak ingin terjadi apa-apa pada kedua nya.

Pria itu menyeringai sinis dan dengan kejam nya ia menjambak rambut Almira membuat perempuan yang tengah mengandung itu merintih kesakitan. "Lepaskan! Kumohon, apa salahku padamu hingga kau berlaku jahat kepadaku," Almira menangis sambil menahan rintihan tapi ia tetap melindungi perutnya.

"Brengsek!" Wajah Damian memerah dengan penuh kemarahan, pemandangan didepan nya terasa bagaikan pukulan telak yang menusuk tepat pada hatinya.

"Keparat," Damian menendang tungkai kaki kedua pria itu secara bersamaan dengan begitu kedua pria berkulit hitam itu melepaskan cengkraman nya.

Ia tak akan menyiayiakan peluang besar ini dengan cepat ia mendaratkan empat pukulan kepada kedua nya. Membuat kedua nya meringis memegangi hidung nya yang terus mengekuarkan darah, tak cukup disana ia terus memukuli kedua pria itu hingga kedua nya terkulai lemas dengan penuh luka dan tak sadarkan diri.

"Cih," Damian berdecih dengan rahang yang tegas. Ia membalikan tubuh nya dan memukul bagian punggung pria dewasa yang telah melukai Almira.

Damian menghampiri Almira, ia bisa melihat darah yang keluar diujung bibir Almira. "Apa pria itu menamparmu!" Almira hanya diam dengan wajah yang ketakutan ia bisa melihat luka lembab pada kedua pipi Almira. "Kau tunggu disini! Aku akan membereskan nya.." Damian tersenyum sambil mencium puncak kepala Almira dan perut membuncit nya.

"Tap-,"

"Aku akan baik-baik saja! Aku berjanji, kau tak perlu khawatir.." Damian meninggalkan Almira dan kembali berhadapan dengan pria yang telah berani nya melukai Almira.

Damian berjanji ia tak akan mengampuni orang itu.

Ia berjalan menghampiri pria itu dan mencengkram kerah milik pria yang sudah berumur matang itu, ia memukul perut pria itu dengan tiga kali pukulan keras, belum cukup dengan itu ia beralih pada kedua pipi pria itu, pria itu berani melanyangkan tamparan laknat pada pipi calon istri nya dengan emosi yang penuh ia menghajar habis-habisan kedua pipi pria itu.

"Kau beraninya menampar calon istriku!"

Dugh!!

Satu pukulan ia daratkan pada pipi pria itu dengan keras.

"Dan kau berani nya ingin melukai calon anakku!"

Dugh!!

Dua pukulan keras ia daratkan pada pipi kiri pria itu.

***

"Katakan padaku siapa yang menyuruhmu melakukan hal ini padaku dan pada calon istriku!"

"Tidak akan!" Teriak pria dewasa itu masih menutup rapat-rapat mulut nya tak memberitahu siapa orang yang menyuruhnya.

Kesabaran Damian diambang batas, dengan emosi penuh ia kembali memukul rahang pria itu membuat pria itu berbatuk dan mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.

"Katakan," Teriak Damian, namun pria itu masih tak bergeming. "Baiklah! Jika kau tak menjawab pertanyaanku aku akan melaporkammu pada polisi.."

"Jangan kumohon! Aku baru saja keluar dari penjara, aku tak ingin masuk kedalam penjara lagi, baiklah aku akan mengatakan siapa orang yang membayarku.."

"Orang yang membayarku adalah mantan kekasihmu.." Ucapnya dengan lantang, seketika membuat Damian shock mendengarnya.

"Apa itu benar?"

"Ya itu benar! Aku disuruh Nadin untuk membunuh calon istrimu,"

Fuck!

Damian menggeram tangan nya terkepal. "Bitch!" Damian tidak bisa mentolelir perlakuan Nadin yang sudah keterlaluan. Ia benar-benar tak percaya jika mantan kekasihnya melakukan hal yang criminal seperti ini.

Almira!

Damian menjauhi pria yang sudah babak belur akibat ulahnya, ia bisa melihat Almira terkapar pingsan dengan darah yang terus keluar dari organ intimnya. "Oh Tidak!" Damian berjongkok meraih kepala Almira dan menggerak-gerakan bahu Almira agar terbangun namun nihil perempuan itu masih tak sadarkan diri.

Ia benar-benar khawatir. "Kumohon bangunlah.." Tak terasa Damian sudah mengeluarkan air mata nya ia menangis untuk pertama kalinya menangisi Almira, ia takut kehilangan Almira ataupun bayinya. "Kumohon bagunlah Almira.." Damian mengangkat tubuh Almira ala bridal style dengan cepat ia membawa nya kerumah sakit.

"Ya Tuhan selamatlah Almira dan bayiku.." Damian membatin.

***

TBC!

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang