▪Chapter 17

618 127 24
                                    


Sudah direvisi ...

.
.
.
.
.

Almira menangis sejadi-jadinya sambil memeluk lutut dipojok kamar. Almira menutup kedua telinga nya perkataan Damian tadi masih terngiang-ngiang ditelinga nya, bahkan menjalar sampai menusuk hati nya. Sangat sakit.

Seharusnya ia tak melibatkan sebuah perasaan dalam hal ini, tapi itu sudah terlanjur ia sudah masuk kedalam nya tanpa bisa dicegah lagi.

Almira mengelus perutnya yang sudah membesar, kini usia kehamilan nya sudah memasuki bulan keempat.

Dari tadi, suara ketukan terdengar dari arah pintu kamarnya. Almira tak memperdulikan nya sama sekali.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu," Lirik Damian sambil terus mengetuk pintu kamar yang tengah ditempati Almira.

Namun, nihil perempuan itu seolah menutup rapat-rapat mulutnya dan tak menjawab ucapan nya

"Katakan padaku apa yang terjadi padamu,"

"Aku mohon! Keluar!! Aku ingin berbicara padamu,"

"Almira!!!"

"Apa kau mendengarku!"

"Kumohon buka pintunya!"

"Hiks.., Hiks..," Lututnya terasa lemas ketika isakan tangis Almira terdengar jelas dalam indra pendengaran nya.

"Aku tak suka melihatmu menangis," Damian bilang ia tak suka melihat Almira menangis tapi nyata nya pria itulah yang membuat Almira menangis seperti ini.

"Untuk apa kau datang kesini seolah perhatian padaku, karena dengan hal itu aku bertambah nyaman berada disampingmu! itu membuatku susah untuk melupakan mu," Bisik Almira yang hanya bisa didengar oleh nya sendiri.

"Kau hanya mencintainya!!!" Almira tak pernah menyangka jika mencintai seseorang itu bisa sesakit ini.

"Mungkin aku yang salah mengartikan perhatianmu padaku," Ucap Almira dalam hati. Almira menghapus air mata nya dan berjalan melangkahkan kakinya ia membuka pintu kamar nya, ia ingin mengakhiri semuanya, ia ingin kembali hidup normal seperti dulu walaupun sedikit berbeda karena sekarang ia tengah mengandung.

Almira memilih menyerah sebelum berjuang. Karna menurutnya ia tak akan pernah mendapatkan balasan cinta dari Damian. Dan ia cukup tau jika Damian hanya mencintai Nadin bukan diri nya.

Nadin adalah orang yang sudah lama berada didekat Damian sedangkan diri nya hanya orang asing yang terlibat dari sebuah kesialan yang mampu merubah sedikit hidup nya. Mungkin setelah ini Almira akan pergi dari apartement Damian karena ia tak mau menjadi penghalang kebahagiaan Damian.

Kebahagiaan Damian terletak pada Nadin bukan dirinya. Sesak sebenar nya tapi apa daya ia tak bisa berbuat apa-apa. Soal bayi yang berada dalam kadungan nya ia akan mempertahan kan dia walaupun tanpa kehadiran seorang ayah. "Maafkan Mom sayang, Mom tak bisa mempertahankan ayah mu karena Mom sadar wanita lain lah yang berada didalam hatinya. Tapi kau tenang saja kau masih mempunyai Mom yang akan menjagamu hingga kau besar nanti," Air mata nya secara deras meluncur melalui kedua pipi nya.

Hatinya hancur berkeping-keping tapi ia harus mengikhlaskan semua yang terjadi.

"Damian!" Panggil Almira membuat pria itu menatapnya dan langsung ingin memeluk tubuh nya. Tapi dengan cepat ia menahan Damian yang ingin memeluknya.

"Kau menangis!" Ucap Damian menatap insten kedua bola mata Almira yang memerah lebih tepat nya membengkak.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," Ucap Almira dengan nada serak khas sehabis menangis.

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang