▪Chapter 9

937 134 18
                                    


Sudah direvisi ...

.
.
.
.

Chapter sebelumnya...

Almira memegang dadanya yang masih menyesakan baginya, pemandangan itu sulit untuk dilupakannya. "Ouh, bodohnya aku.. kenapa aku masih memikirkan Damian dan wanita itu.." Almira meremas rambutnya sendiri.

"Aku harap aku tak bertemu lagi dengan Damian,"

Damian tersenyum ketika Almira yang masih berjalan didepannya, pria itu berjalan pelan mengikuti Almira yang masih sibuk menggerutu tak jelas.

"Aku membenci Damian,"

"Benarkah kau membenciku," Ucap Damian yang memegang tangan Almira, wanita itu menoleh dan menepisnya dengan cepat.

"Jangan mengikutiku, bukankah kau sedang bersama wanita itu.." Ketus Almira membuat Damian menyeringai lebar dan tersenyum dengan kerlingan mata nakalnya. "Kau cemburu.." Tanya Damia masih dengan tampang sangat menyebalkan bagi Almira sekarang, karena lagi-lagi Damian selalu menggodanya.

"Tidak mungkin aku bisa cemburu pada orang sepertimu,"

"Benarkah.." Goda Damian membuat Almira mendengus kesal.

"Jangan mengikutiku lagi. Urusi saja mantan pacarmu jangan pedulikan aku,"

"Kau marah.."

Almira menghembuskan nafasnya. Kemana rasa bencinya terhadap Damian sekarang.

Almira memegang kepalanya ketika pusing mulai merambat ke kepalanya. "Kau kenapa?" Tanya Damian yang memegang bahunya.

"Aku-" kesadarannya mulai hilang tubuhnya limbun namun dengan sigap Damian berada dibelakangnya dan menahan tubuhnya.

"Almira.." Damian menepuk-nepuk pipi Almira lembut. Ini untuk kedua kalinya Almira membuatnya sangat khawatir.

"Hey bangunlah. Jangan membuatku khawatir.."

"Aku mohon Almira bangunlah.." Kehawatiran Damian begitu membuncah. Damian mengendong tubuh kecil Almira dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

***

"Selamat tuan, anda sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah.." Ucap wanita paruh baya itu diiringi dengan senyuman namun lain dengan Damian-pria itu menatapnya datar tak ada senyuman sedikit pun dari bibirnya, wanita paruh baya itu menyeringit kebingungan dengan perubahan wajah pria muda yang berada dihadapan nya.

Bukankah seharusnya pria itu senang mendengar berita bahagia ini namun kenapa dengan pria muda itu tampak tak senang dengan berita yang diucapkan nya.

"Tuan apa kau senang?" Tanyanya lagi namun hanya dibalas senyuman tipis oleh Damian.

"Kalau begitu saya pamit dulu," Permisi wanita paruh baya itu meninggalkan Damian yang masih mematung didekat ranjang yang ditiduri Almira yang masih belum sadar dari pingsan nya.

"Aku akan menjadi seorang Ayah," Damian menghembuskan nafas beratnya. Pelipis Damian mulai berkedut ketika dirinya memikirkan kalir nya yang sudah lama ia rintih, dengan seketika akan hancur ketika berita ini bisa diketahui oleh semua orang. Sifat egois Damian mulai muncul yang hanya memikirkan dirinya sendiri.

Experience of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang