Kenzo kini duduk di kursi dekat dengan bangsal Kayla, ia menopang laptop yang ia bawa untuk menyelesaikan skripsinya sekaligus mengecek data-data perusahaan Jonnas Company yang baru saja di berikan oleh Daddy-nya. Ia masih setia menunggu kembarannya di rumah sakit tanpa lelah sama sekali.
Ia membenarkan benda yang menggantung di batang hidungnya yang bertugas untuk menjelaskan kalimat yang dia tulis, akhir-akhir ini Kenzo terpaksa menggunakan Kacamata jika ia sudah berurusan dengan laptop dan laporan.
"Huft...," Kenzo bersandar pada kursi yang ia duduki sembari membaca file file yang sangat banyak tersebut.
"Kenzo," Kenzo menoleh ke arah bangsal tempat tidur Kayla, ia melihat Kayla kini tengah duduk sembari memainkan jarinya.
"Hm?"
"Can I, borrow?" tanya Kayla tetapi Kenzo masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Kayla, "your Laptop, ada sesuatu yang harus ku cek di Email ku."
Kenzo mengangguk dan menutup file-file yang tadi ia buka dan kini ia membuka aplikasi email dan menyerahkan Laptopnya pada Kayla.
Kayla mengambil Laptop itu dan menaruhnya di pahanya, ia mengetik username dan password-nya. Kedua sudut bibirnya terangkat saat email lamanya ini masih bisa dibuka.
"Ingin melihat apa?" tanya Kenzo dan merapatkan posisi duduknya.
"Ini yang membuatku selalu meminum obat penenang, setiap hari tidak pernah absen untuk mengirimkan ini padaku." ucap Kayla sembari menunjuk sederetan email yang belum ia baca.
"Kay, can you give him code. Semua ini percuma Kayla, kalau lo sendiri ga bisa lupain dia."
"No, aku ingin dia datang sendiri."
"He's desperate Kayla, kalau lo lihat dia lo bakalan menyesal." ucap Kenzo yang tahu bagaimana situasi di Indonesia, dia sendiri yang berada diantara situasi sulit.
"Tapi gue lebih menyesal kalau gue ga pergi dan Ansel tiada." ucap Kayla meninggikan suaranya sedikit dan merubah kata 'aku-kamu menjadi Lo-gue' membuat Kenzo diam karena ia baru melihat Kayla meninggikan suaranya dan itu dihadapannya.
"Pergi itu bukan jalannya Kayla, lo bisa kasih tahu gue siapa yang ngancem lo kayak gitu. Lo harus tahu kalau Ansel ga akan mudah untuk dilenyapkan." ucap Kenzo tetapi Kayla menggeleng.
"Lo gausah tahu siapa orang dibalik perginya gue ini, yang pasti dia itu ada diantara kampus kalian. Dia ada tapi tidak ada satu orangpun yang menyadari itu." ucap Kayla dan membuka Email yang baru saja diterima 10 menit yang lalu.
✉
Andaikan kamu tahu, ada seseorang yang tetap bernafas karena namamu dan tetap berjalan karena sebuah alasan yaitu kamu. Siapa orang itu? Akulah dia.2 Tahun bukanlah hal yang mudah, hidup tanpa canda tawa darimu dan aku sangat merindukan saat-saat bersamamu. Mungkin kata orang hal yang paling membosankan adalah menunggu, tapi menurutku hal yang paling membosankan adalah kehidupanku sekarang.
Jakarta is dull without you, Kayla.
-Ansel.
"Jawablah, walaupun hanya kata-kata kecil tapi pasti bisa membuat dia lega walau hanya 10 detik." ucap Kenzo memberikan Kayla saran untuk membalas Email dari orang yang menjadu alasan dia pergi.
"What should i answer?" tanya Kayla membuat Kenzo mengetikan sesuatu di laptopnya.
"Aku harap, kamu tidak lelah untuk tahu dimana keberadaanku." ucap Kayla saat melihat Kenzo mengetik di laptop milik dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scared to Be Lonely
RomanceCinta akan mengakibatkan; Air mata ✓ Frustasi ✓ Penantian ✓ Kesendirian ✓ Kesalahpahaman ✓ Bahagia? Apakah cinta akan mengakibatkan bahagia? Kalau Ya, apakah selamanya? Atau sesaat saja? Kalau tidak, kenapa tidak?