( months later...)
"Mahdis,yang nurut sama mama,sayang. Makan dulu yaa" Humaira mencoba membujuk anaknya yang susah sekali di suruh makan.
Para pelayan pun juga sudah tidak mampu menghadapi Mahdis yang sejak tadi menumpahkan makanan dan susunya.
"Mahdis kenyang maa"
"Kamu makan apa ? angin ? makan dulu sandwichmu,Mahdis"
Mahdis menggelang cepat dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat Humaira mengambil sandwich itu dan mendekatkannya ke mulutnya.
"Sepertinya dia keras kepala karena menurun darimu"
"Haha bisa jadi" Humaira tersenyum pada pria yang ada di depannya. Melihat ini adalah kesempatan untuk kabur, Mahdis langsung berlari menjauh dari ibunya.
"Apa kabar,Humaira ?"
"Sudah lebih baik.Aku harus bertahan untuk Mahdis,bukan ?"
Pria itu tersenyum menawan seperti biasanya.
"Benar,Mahdis jauh lebih membutuhkan perhatianmu" katanya.
Humaira mengangguk mengiyakan.
Maktoum sejak dulu mendukungnya, menyemangatinya dan membantunya. Bahkan dia menjadi wali sementara bagi Mahdis.
Disaat Ia sangat jatuh terpuruk karena kehilangan suaminya yang bahkan setelah berbulan-bulan ini tidak ada kabarnya,ia sudah seperti mayat hidup, saudara-saudara Hamdan yang menariknya dari jurang itu dan mereka selalu mengatakan "Humaira,ingat ! Kau punya Mahdis ! Bangkitlah untuknya, bahagialah untuknya, dan teruskan hidupmu bersamanya !"
Dari situ ia sadar,Allah dan Hamdan telah memberinya titipan berharga padanya,Mahdis putrinya.Ia harus menjaganya,merawatnya,dan melihat tumbuh kembangnya. Humaira kembali melanjutkan hidup walau seperti dengan setengah hatinya yang kosong.
"Shaikha dan Manal bilang mereka akan mampir ke rumahmu sepulang dari rumah Majid"
"Oh baiklah,aku akan menyiapkan makan malam. Kau juga tetaplah disini sampai makan malam"
"Baiklah"
Begitulah setiap harinya.Saudara-saudara Hamdan sangat memperhatikannya, mereka sering berkunjung ke rumahnya hanya untuk mengobrol tanpa topik dan makan bersama,membuat Humaira merasa lebih baik.
Bahkan ibu dan ayahnya juga sering mengunjunginya dari Jordan. Sebenarnya mereka mengajak Humaira dan Mahdis agar tinggal bersama mereka tapi Humaira menolak dengan alasan kasihan Mahdis harus beradaptasi lagi nanti jika pindah sekolah. Padahal alasannya ia takut Hamdan kembali ke Dubai tapi tidak ada dia di sana untuk menyambutnya.
Zayn dan Salamah juga sesekali mengunjungi bersama putri kecil mereka yang sangat cantik,kulitnya seputih Zayn,warna matanya juga menurun dari Zayn,biru,sedangkan hidung mancung lancip juga senyumnya menurun dari Salamah. Dia benar-benar cantik ,andaikan Hamdan tau begitu banyak perubahan yang di lewatinya pasti dia akan menyesal.
Dan yang paling membuat membuat Humaira terkejut, Farouq si pengganggu yang super usil dan juga patnernya,Ali , bulan lalu mengunjunginya dan menginap lima hari. Dan tebak apa mereka masih suka mengusili Humaira ? Jawabannya adalah masih.
Harusnya mereka sudah malu pada usia mereka masing-masing belum lagi Ali yang enam bulan lagi akan meresmikan hubungannya dengan Alia di pelaminan. Humaira sampai tidak bisa membayangkan bagaimana ramainya hidupnya di Jordan nanti apabila Ali si banyak gerak dan Alia si seribu lidah bersatu,tamat sudah kedamaian hari-harinya.
Tapi dia bersyukur,banyak sekali orang yang memperhatikan dan mendukungnya.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
![](https://img.wattpad.com/cover/133592607-288-k141573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs.Hamdan Al Maktoum
Romance"I'm his Queen. Only me, always me, forever me" - Humaira Al Hashimi. "No matter how much I have a queen, you're always the one...only one.Just trust me" - Hamdan Al Maktoum. Mereka adalah dua keping pecahan yang telah Allah satukan. Allah telah men...