( One month later... )
"Happy birthday...Happy birthday our Hamdan" sebenarnya nyanyian ulang tahun sudah terlalu tua untuknya.Namun saudara-saudara bersikeras tetap menyanyikannya untuknya.
Hamdan meniup dua lilin berwarna biru dengan bentuk angka empat dan enam diatas sebuah cake buatan khusus Futaim dan Salamah.
Berbeda dengan saudara-saudaranya yang terlihat begitu menikmati kejutan ulang tahunnya,Hamdan menganggap ulang tahunnya adalah kutukan.Tepat saat ulang tahunnya tiga tahun yang lalu Mahdis dan Humaira serta calon anaknya kandungannya pergi meninggalkannya.Sejak saat itu hari ulang tahunnya berubah menjadi hari kutukan baginya.
"Hamdanku,kebanggaaku selamat ulang tahun sayang" Princess Haya,ibu tiri Hamdan datang menjadi perhatian saudara-saudara Hamdan yang sedang asik memakan cake nya.Ayah dan ibu Hamdan sedang pergi keluar negeri untuk sebuah undangan keluarga Al Thani,royal family Qatar.
"Terima kasih" Hamdan tersenyum kecil setelah ibu tirinya mencium keningnya.
"Aku bingung mau memberimu apa,jadi terimalah hadiah kecil ini" Haya menjulurkan sebuah kotak berwarna hitam dengan pita berwarna biru tua.
Hamdan menerima hadiah itu dan mengucapkan terima kasih pada ibu tirinya yang juga sekaligus bibi tiri istrinya.
"Oh,ya Hamdan,ada seorang tamu untukmu"
"Oh ya ? siapa ?"
"Keponakanku.AlHussein bin Abdullah" Haya menoleh kebelakang dan tersenyum lebar kepada keponakan kebanggaannya.
Wajah Hamdan menegang begitu melihat pria itu yang terlihat makin matang di usianya.
AlHussein masuk ke dalam ruangan yang tiba-tiba menjadi hening itu.Ia berjalan dengan percaya diri dan senyum simpul yang tak lepas dari wajah tampannya.
"Selamat ulang tahun" Hussein mengulurkan tangannya pada Hamdan.
Hamdan tidak bergeming,ia masih terkejut melihat Hussein yang mendatanginya terakhir kali sehari setelah pernikahannya sembilan tahun yang lalu.
Selanjutnya ia hanya bertemunya beberapa kali saat pertemuan penting dan itupun hanya sekilas tanpa percakapan panjang."Ehem"
Hamdan tersentak dari keterkejutannya dan segera membalas jabatan Hussein.
"Aku tidak menyangka waktu berjalan secepat ini..." Hussein melihat pada lilin yang sudah padam.Ia kemudian tersenyum lagi melihat Hamdan yang masih tidak berkata sepatah katapun.Begitupun saudara-saudaranya.Mereka tau apa hubungan yang pernah di jalani Hussein-Humaira-Hamdan.Apalagi setelah menghilangnya Humaira,AlHashemite -royal family Jordan- seolah membuat jarak dengan mereka.Melihat kedatangan AlHussein sang putera Mahkota tentu saja membuat mereka terkejut dan cemas.
'Apa Al Hashimite benar-benar akan memutuskan pernikahan Hamdan sampai mereka mengirim AlHussein ?' itu pikiran mereka.
"Oh ya,aku juga membawa hadiah untukmu. Saangat mahal..."
Hussein menempelkan ponselnya ke telinganya menunggu seseorang menjawab panggilannya.Kemudian setelah memastikan orang itu telah menerima panggilannya Hussein memutuskannya
"...jadi jaga baik-baik karena jika aku masih diriku yang dulu,mungkin aku tidak akan pernah mau memberikannya padamu.Jangan buat aku menyesalinya" Ia mengangkat sebelah alisnya dan menyeringai pada Hamdan yang masih terdiam.
Hussein berjalan menjauh menuju pintu dan membukanya menampakkan seorang wanita mengenakan pakaian panjang berwarna hijau berdiri sambil menundukkan kepalanya.
Semua mata yang ada di ruangan itu melotot sempurna,bahkan diantara mereka sampai tersedak makanan dan minumannya sendiri.Mata mereka terpaku pada sosok wanita yang di gandeng Hussein masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs.Hamdan Al Maktoum
Roman d'amour"I'm his Queen. Only me, always me, forever me" - Humaira Al Hashimi. "No matter how much I have a queen, you're always the one...only one.Just trust me" - Hamdan Al Maktoum. Mereka adalah dua keping pecahan yang telah Allah satukan. Allah telah men...