Chap 10 : Rain

3.1K 247 109
                                    

Mahdis banyak tingkah pada sarapan kali ini. Dia merasa senang karena sarapannya pagi ini baba dan mamanya tidak diam-diaman seperti yang kemarin-kemarin, sekarang mereka mengobrol hangat dan membuat Mahdis mengingat kembali apa itu arti keluarga.

"Mama, bisakah nanti kita pergi ke mall bersama baba ?" tanya Mahdis semangat.

"Babamu sibuk sayang,mungkin..."

"Tentu,my princess. Nanti kita akan pergi ke mall bersama" Hamdan mengiyakan permohonan putri kecilnya.

"Aku ingin baba membelikanku boneka yang saangat besaarr" Mahdis merentangkan tangannya lebar sampai membuatnya hampir terjungkal.

"Haha...sebesar burj khalifa"

"Jangan baba,itu terlalu besar" tolak Mahdis dengan wajah lucunya.

'Ada-ada saja anak ini,mana ada boneka sebesar itu' Humaira tersenyum melihat keluarga bahagianya kembali.

"Ma,aku sudah selesai." Mahdis melompat dari kursinya.

"Oke,hati-hati sayang" ucap Hamdan setelah menyalami Mahdis dan mencium keningnya.

"Nanti baba yang akan menjemputmu sepulang sekolah kemudian kita akan langsung pergi ke Dubai Mall,bagaimana ?"

Mahdis mengangguk antusias dengan senyum lebarnya memperlihatkan gigi-gigi kecilnya yang lucu.

"Promise ?" ia mengacungkan jari kelingking mungilnya kepada Hamdan.

"Promise" Hamdan mengaitkan jari telunjuknya yang berukuran dua kali lipat dari anaknya.

"Okay, aku memegang janjimu baba. Bye !" Mahdis bergandengan tangan dengan pengasuhnya keluar rumahnya dan masuk ke mobil pribadinya yang akan mengantarnya ke sekolah.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Seharusnya kau tidak menjanjikan sesuatu pada Mahdis"

"Kenapa ?" Hamdan memperhatikan setiap gerak-gerik istrinya yang mondar-mandir menyiapkan pakaian Hamdan.

"Mahdis itu jika ia sudah di janjikan sesuatu dia akan terus menagih dan merengek sampai di kabulkan,dan jika janji itu tidak di kabulkan dia akan merajuk" Humaira sampai heran kenapa putrinya itu seperti itu,dia mempunyai keinginan yang sangat kuat dan keras kepala.

"Akan kuusahakan nanti menjemputnya dan pergi ke mall. Aku merasa bersalah padanya, menolaknya akan membuatku makin merasa bersalah" Hamdan berdiri mendekati istrinya.

Hamdan melepaskan kaosnya dan melemparnya ke atas tempat tidur saat Humaira menyodorkan gamis putih yang sudah wangi ke hadapannya. Ia kemudian mengenakannya.

Humaira dengan telaten mengancingi kancing-kancing kecil di bawah leher Hamdan.

Hamdan tersenyum kecil melihatnya.

"Tidak ada kebiasaan pagi romantis yang biasa dilakukan suami istri yang lain,memakaikan dasi suaminya" kata Hamdan terkekeh pelan dan Humaira ikut tertawa juga.

"Ya,tapi para istri yang memakaikan dasi suaminya tidak pernah memakai ghutra pada suaminya" kata Humaira sambil mengambil sehelai kain putih yang sudah dilipat berbentuk segitiga. Hamdan tertawa membuat wajahnya berseri-seri, Humaira selalu tahu cara membalasnya dan membuatnya tertawa.

Hamdan menunduk, untuk memudahkan Humaira memasangkan kain itu di kepalanya yang sudah menggunakan kofiyah putih, lalu ia menegakkan kembali badannya.

Humaira sedikit berjinjit merapikan kain ghutra yang terlihat tidak rapi di pucuk kepala Hamdan. Sedikit susah,selain karena dia harus naik turun berjinjit, kain itu tidak mau menurutinya.

Mrs.Hamdan Al MaktoumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang