Chap 4 : Day by Day

3.1K 233 12
                                    

Mungkin tidak ada yang bisa mengalahkan panasnya musim panas di Dubai,sebuah kota kecil yang di kelilingi oleh padang pasir.Tapi kali ini sinar matahari yang menyengat itu sama sekali bukan masalah bagi wanita yang biasanya anti terhadapnya. Ia menggunakan pakaian simple hanya celana jeans dengan kemeja putih dan kaca mata hitam yang sengaja ia gunakan jaga-jaga takut dia menangis lagi di bandara.

"Humaira,tenanglah,ini cuma satu bulan, tentara yang lain meninggalkan istrinya lebih dari empat bulan" Hamdan mengusap lembut tangan dingin Humaira yang sejak tadi menggenggam tangannya.

"Hamdan,aku khawatir,perasaanku tidak enak" jawab Humaira tetap dengan raut wajah tegangnya.

Hamdan tersenyum kecil kemudian mencium punggung tangan Humaira.

"kamu selalu mengatakan itu setiap aku akan pergi.Jangan khawatir kita tetap bisa bertukar kabar"

"Disana daerah konflik,Hamdan. Mana mungkin kita bisa video call ?"

"Video call ? emm mungkin memang tidak bisa.Tapi disana ada telepon darurat,aku bisa menggunakannya"

Humaira memutar tubuhnya menghadap suaminya yang tetap tidak menghapus senyum manisnya dari bibirnya,ia tau Hamdan mencoba meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja tapi setiap Humaira melihat seragam tentara yang di gunakannya,hatinya terasa teriris lagi.

"Bagaimana kalau aku merindukan wajahmu ?"

"lihat saja foto-foto kita berdua di handphonemu.Tenang saja,wajahku tidak akan berubah karena aku tidak menua" jawab Hamdan dengan senyum percaya dirinya.

Humaira terkekeh pelan dengan lelucon Hamdan yang membuatnya lupa sejenak hatinya yang ngilu.

"Okay,aku berangkat dulu ya,"

Hamdan memeluk istrinya erat dan penuh kasih sayang.Sebenarnya ia juga tidak mau berjauhan dengan Humaira selama itu,tapi ini adalah tugasnya sebagai putera mahkota,ia wajib memenuhinya.

Ia kemudian mengecup kening istrinya lama sambil dalam hati berdoa pada Sang Pemilik segalanya agar menjaga istrinya dan anaknya sepeninggalnya nanti ke Palestina.

Tak bisa di bendung,air mata Humaira mengalir deras dari pelupuk matanya sampai tetesan itu jatuh di kemeja putihnya melihat suami yang sangat di cintainya mulai melangkah pergi meninggalkannya ke sebuah negara "bunuh diri".

Hamdan membalikkan badannya sambil melambai-lambaikan tangannya kemudian membentuk lambang hati dengan kedua tangannya di udara.

"Jaga dirimu dan hatimu baik-baik !!" teriaknya.

Humaira tidak mampu membalas teriakan Hamdan,isakannya menahannya,ia hanya mampu membalas lambaian tangan Hamdan.

Hatinya terasa teriris-iris menjadi seribu bagian ketika pintu pesawat yang membawa pergi separuh jiwanya mulai tertutup dan mulai lepas landas.

Matanya yang mulai membengkak melihat Hamdan muncul di jendela kecil pesawat dan tersenyum lebar padanya,ia membalasnya dengan senyuman terbaiknya.

Pesawat itu mulai terbang tidak menyentuh bumi dan semakin tinggi. Meninggalkan Humaira yang sudah lemas kemudian limbung jatuh diatas tanah,matanya terpejam tapi air matanya tetap mengalir.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

( Hari ke- 10 )

"Hamdan sudah membalas pesanmu ?"
tanya Shaikha sambil memakan camilan Sheema yang sekarang sudah tumbuh cantik menjadi gadis berumur  empat belas tahun.

Mrs.Hamdan Al MaktoumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang