Hermione memasuki kantor agensi tempatnya bekerja dengan setumpukan dokumen di tangan kanan dan secangkir kopi hitam Starbucks di tangan kiri. "Mr. Lockhart sudah datang, Hannah?" gadis berambut pirang di meja resepsionis tersenyum sumringah pada Hermione.
"Sudah... Kau baru pulang jam dua belas malam dan sudah ada di sini sepagi ini?" Hannah mencicip seteguk kopi yang Hermione simpan sebentar di atas meja. Hermione menggeleng kecil tanda tak suka tapi tidak mengeluarkan protes apa-apa.
"Yah... katakan itu pada selebritis kita yang seharian kemarin berparade, bermesraan di setiap sudut kota London. Dan membuat wajahnya terpampang dimana-mana..." Hermione menyesap kopinya terlebih dahulu sebelum mengangkat lagi dokumen-dokumen yang barusan ia simpan sesaat di meja.
Ia perlu liburan, pikir Hermione.
Dan perlu bicara dengan Harry, pikirnya lagi.
Ia membiarkan Hannah menyisip lagi seteguk kopinya, sambil menengok TV di tengah ruang resepsionis yang terbentuk dari meja setengah lingkaran yang menempel pada dinding ruangan. Meja ini pasti akan menjadi hal pertama yang kau lihat setiap kali memasuki lobi perusahaan ini. Kecuali Harry yang sepertinya punya ketertarikan tersendiri pada pohon karet di sudut lobi.
Dia bilang pohon karet itu membuat tersenyum. Teringat pada pohon karet di rumahnya yang jarang ia siram.
Bocah aneh, Hermione tersenyum dan berhadiah pertanyaan ingin tahu dari Hannah. "Bukan apa-apa. Aku harus menemui si Mr. Smiley dulu. Bisa kau teleponkan Harry untukku dan suruh dia menemuiku di kafe Lotus jam makan siang?"
"Kukira ia akan sibuk dengan persiapan pemutaran perdana film terbarunya. Itu hari ini kan?"
Shit! Hermione menggigit bibirnya, menahan umpatannya tidak keluar dari mulutnya. "Aku belum menelepon untuk mobil sewaan Harry..." Hermione memijat pelipisnya dan menaruh lagi dokumennya. Memutuskan untuk menelepon sendiri Harry. Ketika baru sampai membuka kontak di smartphonenya. Sebuah panggilan masuk; dari Lockhart.
Hermione menjawabnya. Terburu-buru berkata bahwa ia sudah sampai dan sudah ada di lobi.
"Oke... Sebentar lagi saya sampai di ruangan Anda. Ada, saya sudah membeli semua tabloid dan majalah infotainment yang headlinenya tentang Draco dan Harry." Hermione meraih tumpukan dokumen dan sampel-sampel majalah yang ia bicarakan pada bosnya. Sambil menjauh ia berisyarat bahwa kopi hitamnya ia ikhlaskan untuk Hannah. Karena Hermione cuma punya dua tangan dan satu tangannya ia gunakan menelepon dan satu lagi untuk membawa dokumennya. Hermione berharap ia punya banyak tangan seperti dewa Wisnu, ah lupakan, Hermione sebaiknya berhenti membaca cerita-cerita mitologi Asia atau romansa di balik tembok istana Cina. Hermione memperingatkan pada dirinya sendiri bahwa kebanyakan pelajaran dari cerita-cerita itu tidak praktis untuk diterapkan pada kehidupan nyata.
Atau setidaknya kehidupan seorang manajer pribadi artis seperti Hermione.
"Saya akan tutup teleponnya, Mr. Lockhart. Saya masuk lift sekarang." Hermione menyimpan smarthphonenya pada saku mantelnya dan memperbaiki beberapa posisi dokumennya yang sedikit miring karena ia terburu-buru tadi. Setelah terposisikan rapi di lengan kirinya, ia menggunakan tangan kanannya untuk sedikit merapikan rambutnya yang ia ikat sebagian. Menyelipkan poni rambutnya yang sedikit terlalu panjang ke belakang telinga.
Mungkin sudah waktunya mengganti gaya rambut. Pikiran soal model rambut terganti begitu lift berdenting. Kembali ke masalah Harry.
Bocah aneh itu tidak tahu konsekuensi dari tindakannya... Hermione tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah sambil berjalan menuju ruangan Lockhart.
Harry tidak mengerti ia berjalan di pinggir jurang. Dengan kemesraan yang mereka umbar seperti kemarin, publik mau tidak mau pasti berpikir mereka sudah official. Jika tidak, akan banyak pandangan miring, tentu saja terutama untuk Harry. Kemungkinan orang-orang berpikir bahwa ini hanya akting akan meningkat, jika mereka tak juga memastikan hubungan. Dan selain itu, sekali lagi, pandangan miring akan lebih tertuju pada Harry. Karena Draco sudah mendeklarasikan dengan jelas perasaan sukanya, oke, mungkin tidak bisa disebut deklarasi juga. Draco tidak mengatakan ia menyukai Harry secara terang-terangan. Tapi tindakan dan tingkah lakunya sangat jelas.
Di sisi lain Harry tidak memegang peran untuk memastikan apapun soal hubungan mereka. Setidaknya publik akan menganggap seperti itu. Publik menunggu seperti apa sebenarnya perasaan Harry pada Draco. Apakah sama atau tidak. Publik akan lebih berpikir bahwa Harry yang membuat hubungan ini menggantung.
Dan dengan kemesraan mereka yang terumbar seperti kemarin dan Harry masih berkata bahwa tidak ada apa-apa di antara mereka, karena memang peran Harry adalah untuk memastikan hubungan ini tidak punya kejelasan. Orang-orang akan menganggap Harry sebagai hipokrit.
Dan itu sama sekali tidak bagus.
Tidak untuk citra Harry. Tidak untuk karir Harry.
Hermione menatap foto paparazzi di sampul majalah teratas pada tumpukan yang di lengannya. Foto Harry yang tertawa riang dengan Draco yang menggenggam tangannya ketika mereka keluar dari sebuah kedai kopi. Draco menatapnya dengan pandangan seakan Harry adalah sesuatu yang sangat berharga, kekaguman dan rasa haru yang Hermione tak mengerti bagaimana bisa terbaca dalam satu ekspresi wajah.
Kau tidak bisa menikmati ini Harry... Karena bagaimanapun ini hanya akting. Sebuah aksi penipuan kecil untuk menutupi kecerobohan Draco.
Draco akan pergi, pada satu titik.
Harry, kau tidak boleh jatuh cinta kali ini. Pikir Hermione lagi. Karena Draco hadir saat ini tanpa tujuan lain selain untuk pergi suatu saat nanti.
Hermione tidak pernah melihat ekspresi sebahagia ini di wajah Harry sebelumnya. Oke. Mungkin pernah, tapi ia tidak pernah berpikir bahwa suatu saat ia akan melihat Harry, berekspresi seperti itu, ketika berada di dekat Draco Malfoy. Like, hello? Yang kita bicarakan di sini adalah Draco Malfoy dan Harry Potter yang jika kalian melihat interaksi mereka di tempat syuting Folie a Deux, kalian akan tahu betapa buruknya atmosfer tiap kali mereka berada di satu ruangan. Kecuali untuk berakting. Mereka tidak pernah bisa berbicara dengan satu sama lain tanpa memulai pertengkaran.
Hermione menatap Harry di foto itu lagi. Ada sisa tangis di matanya tapi Hermione tahu senyum Harry mencapai garis matanya. Ia tersenyum tanpa berpura-pura.
Hermione sudah bekerja hampir lima tahun dengan Harry. Ia bisa mengatakan kapan Harry berakting dan kapan Harry melakukan sesuatu dengan tulus. Kapan ia merasa tidak nyaman dan kapan ia merasa nyaman.
Sepotong foto ini menunjukkan dua hal.
Harry tidak berakting. Dan Harry merasa nyaman berada di samping Pangeran Malfoy satu itu.
Sesuatu yang akan menjadi masalah besar jika dibiarkan.
Hermione menarik nafas, ia harus membuat Lockhart melakukan sesuatu. Membatalkan perjanjian secepatnya sebelum opini publik kembali menyudutkan Harry. Ayolah... Harry adalah selebritis dengan skandal besar sebelumnya. Pandangan negatif soal dirinya masih menyebar di berbagai sudut. Jauh lebih mudah menyalahkan seseorang yang sebelumnya sudah memiliki image negatif.
Hermione menyelipkan kembali poninya yang terjatuh. Ia harus memotong rambutnya.
Ah.. dan juga mengajari Harry untuk berhenti menjadi naif.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Folie à Deux 🌟 Drarry [⏹]
Romance"Terkadang, kita merasakan kenyataan dalam kebohongan." Atau Draco dan Harry terpaksa bertingkah seperti sepasang kekasih untuk mendongkrak popularitas masing-masing. Harry Potter dan keinginannya untuk keluar dari sebutan 'aktor kelas dua'. Sement...