BAB 18

2K 391 20
                                    


Malamnya ketika Draco berusaha menelepon Harry. Pemuda itu tidak mengangkat teleponnya. Draco bahkan sampai menelepon Hermione, manajer Harry yang akhirnya Draco ingat namanya. Menanyakan kondisi Harry. Dan ia bilang semua baik-baik saja. Draco menghabiskan waktu sampai jam dua pagi untuk menonton setiap wawancara Harry yang bisa ia temukan. Mencari yang terbaru, sesuatu yang dilabeli hari ini.

Draco hanya menemukan sebuah foto jepretan seorang fans yang disebar di twitternya. Harry menggunakan kemeja tipis hijau toska dan celana jeans yang sangat ketat yang seharusnya ilegal digunakan oleh para pria berpantat bagus seperti Harry. Draco menggelengkan kepalanya dan fokus untuk tetap khawatir sambil mengusir pikiran-pikiran 'aneh' dari kepalanya.

Dan tidak ada kabar lain. Dan coba tebak, sesentimentil apapun manusia, matahari tetap bersinar. Hidup tetap berjalan, Draco menemukan dirinya lebih mudah tersulut emosi dari biasanya. Draco yakin produser studio rekamannya akan mengusir Draco jika Blaise tidak menenangkan lelaki berkepala plontos itu. Memberi pengertian bahwa Draco hanya sedang kelelahan dan biasanya tidak berperilaku sebrengsek ini.

Draco menutup hari itu dengan sebuah wawancara malam di sebuah stasiun radio yang digandrungi remaja. Menemukan dirinya menghindari sebisa mungkin topik soal hubungan Harry dan dirinya. Sementara pewawancaranya, yang sebenarnya gadis yang cukup manis, berusaha sekuat tenaga untuk memutar segala arah pembicaraan menjadi mengenai Harry.

Draco tahu radio ini terintegrasi manajemennya dengan sebuah tabloid gosip. Ia yakin besok pagi berita keretakan 'hubungan'nya dengan Harry sudah akan dimulai oleh tabloid itu.

Ketika ia sampai ke apartemennya. Ia bergegas untuk mandi sebelum merasa terlalu putus asa dengan kebisuan dari Harry ini dan memutuskan untuk menggeletakkan diri begitu saja di sofa. Ia menyempatkan diri membuka emailnya. Mengecek apakah ada sesuatu yang penting dan menemukan nama Harry di antara tumpukan tawaran pekerjaan dan beberapa naskah film yang menawarkan peran untuk Draco.

Hi. I'm sorry about yesterday. I guess, I'm just kinda panicked. And yeah? I gave you another lyrics.

Kesampingkan bahwa Harry adalah seorang penulis puisi jenius. Ia selalu tidak begitu baik dalam berkomunikasi lewat pesan teks apapun. Dan jika kalian ingin mendengar pendapat Draco soal itu? It's just cute.

Pada dasarnya, Draco kini ada di stage jatuh cinta dimana apapun yang dilakukan orang yang kau cintai terlihat menyenangkan dan kau selalu punya komentar bagus untuk mereka.

Draco mendownload file microsft word dan membukanya dengan terlalu bersemangat, ia mengklik dua kali dan hampir tersenggel menghapusnya lagi. Seperti biasa, puisi Harry tidak pernah diawali judul. Hanya tumpukan kata-kata.

Draco seperti mendengar suara Harry. "Aku menulis setiap kali merasa tidak waras," Dan Draco benar-benar punya alasan untuk khawatir sekarang.

"Entahlah..."

Draco mengingat ada jeda, lalu Harry melanjutkan kalimatnya. "Mengiris urat nadiku, misalnya..."

Jadi ia menelepon Harry. berkali-kali, mengabaikan file puisi Harry yang sudah terbuka.

Tapi tidak ada jawaban. Ia menelepon Blaise yang menjawabnya dengan geraman kesal. Draco mengabaikannya dan meminta Blaise mengecek Harry lewat Hermione. Draco mendesah. Dan berjanji akan memberi kabar secepatnya.

Draco menutup telepon dan mendesah lelah. Ia bersandar pada dinding dan menatap wajahnya pada cermin yang menempel pada lemari. Entah berapa lama membiarkan dirinya mendengarkan detak jantungnya yang berdegup terlalu kencang untuk ukuran malam yang hening. Entah berapa lama. Sampai smartphonenya berkedip, karena masih dalam mode silent dan Draco tahu itu tanda untuk panggilan masuk.

Ketika mengangkat telepon ia langsung disambar omelan, "Berhenti mengganggu Hermione Draco..." suara Harry terdengar lebih ceria dibanding kemarin. "Blaise meneleponnya dan berkata soal kau yang khawatir aku mengirimkan pesan terakhir lewat email. Sebaiknya kau membaca lirikku sebelum memutuskan membuat khawatir Hermione, mengerti?" Draco hampir tidak peduli dengan ocehan Harry yang biasanya, tetap Draco anggap annoying. Setidaknya Harry di sana. Setidaknya Harry ada dan cukup sehat untuk menelepon Draco dan mengomel padanya.

"Bukan salahku, oke?" nada Draco dengan sendirinya penuh dengan pembelaan diri. "Kau yang tidak mengangkat telepon, meninggalkan email dengan permintaan maaf." Draco berhenti sesaat ketika menyadari suaranya pecah di akhir kalimat.

Lalu senyap. Draco tahu Harry pun terkesiap. "Kau menangis?" Tidak, Draco tidak menangis. Draco Malfoy tidak pernah menangis kecuali untuk keperluan akting. Dan kecuali saat ini. Ketika ia merasa sangat lega bahwa Harry baik-baik saja. Dan tolong dicatat Draco tidak menangis berurai air mata. Ia hanya punya satu atau mungkin dua titik basah di matanya dan Draco menangis dengan benar-benar cool dan manly. Oke?

"Tidak. Aku akan membaca puisimu sekarang, bye." Draco tidak mengerti. Seharian ini ia yang begitu desperate agar Harry mengangkat teleponnya. Dan sekarang ketika Harry sudah meneleponnya, ia justru terburu-buru mematikan panggilan itu meskipun ia masih ingin mendengar suara Harry.

Jadi ia melakukan satu-satunya hal yang masuk akal, untuk mengalihkan pikirannya dari Harry. Membaca puisi Harry, setidaknya dengan begitu otaknya akan memutar nada-nada yang potensial. Dan Draco mungkin akan teralihkan pada pekerjaan untuk sesaat.

It's getting late, and I
Cannot seem to find my way home tonight
Feels like I am falling down a rabbit hole
Falling for forever, wonderfully wandering alone
What would my head be like
If not for my shoulders
Or without your smile
May it follow you forever
May it never leave you
To sleep in the stone,
May we stay lost on our way home

C'mon, c'mon, with everything falling down around me
I'd like to believe in all the possibilities

If I should die tonight
May I first just say I'm sorry
For I, never felt like anybody
I am a man of many hats although I
Never mastered anything
When I am ten feet tall
I've never felt much smaller, since the fall
Nobody seems to know my name
So don't leave me to sleep all alone
May we stay lost on our way home?

Try not to mistake what you have with what you hate
It could leave, it could leave, come the morning
Celebrate the night
It's the fall before the climb
Shall we sing, shall we sing, 'til the morning

If I fall forward, you fall flat
And if the sun should lift me up

Would you come back?

It's getting late and I, cannot seem to find my way home tonight

Musik yang sedikit orkestratik berputar di kepala Draco. Sebelumnya Draco tidak pernah berusaha mengubah puisi Harry untuk pas dengan melodi di kepalanya. Tapi ia ingin mengubah sedikit lagu ini, membuatnya terdengar lebih positif. Setidaknya sedikit. Dengan begitu setiap kali nanti ia perlu menyanyikan lagu ini, ia tidak perlu mengingat malam ini. Malam dimana Draco memutuskan untuk tidak mandi dan memilih mengambil laptopnya.

Menyelesaikan lagu secepat yang ia bisa. Karena Harry hidup, di suatu sudut di Los Angeles. Tapi hidup dan cukup sehat untuk meneriaki Draco dengan omelan.

Draco bukan seseorang yang senang bersyukur. But God! Isn't He feeling really gratefull right now?

.

.

.

[Sudah Terbit] Folie à Deux 🌟 Drarry [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang