"Mr. Potter! Kau datang!" Draco sedikit kaget melihat Harry dipeluk erat oleh gadis yang tampak tomboy di depannya. Bukan tipe Draco, cross.
Draco berkeliling matanya, menjelajahi setiap sudut ruangan. Kafe kecil yang nyaman. Dekorasi kayu yang dicat putih dengan aksen hijau toska dan beberapa warna kalem lainnya. Terletak di ujung jalanan padat. Draco harus akui ini tempat bisnis yang cukup menjanjikan.
"Sudah kubilang, Harry saja..." Harry berbalik ke arah Draco yang berdiri di belakangnya ketika ia menerima pelukan hangat dari pewawancaranya kemarin dan pemilik kafe yang sedang dikunjungi Harry kini. Yang ia baru sadar tidak mengetahui namanya ketika ia membuka twitter tadi malam untuk mempromosikan tweet yang dikirim kepadanya.
Setidaknya ia tidak menamai twitternya dengan nama aneh, dan memilih nama aslinya. Jadi Harry terselamatkan dari perasaan malu untuk bertanya. "So? Fay, this is Draco Malfoy..." Harry memainkan nada suaranya.
"Oh kau tidak perlu mengenalkan seseorang yang wajahnya terpampang besar di depan restoran kami..." Fay menunjuk iklan parfum dari perusahaan Draco yang dibintangi oleh Draco dan disupervisi olehnya. Draco menengok ke wajahnya yang diedit bias sephia. Ia terlihat terlalu tirus, pikirnya. Ah, dan itu membuat Draco ingat ia belum menerima laporan penjualan bulan ini.
Draco benar-benar butuh liburan dari pekerjaannya.
"Dan ini Victoria... Tunanganku..." Gadis bernama Fay dengan celana jeans robek dan tanktop putih polos dibalut jaket denim mengenalkan gadis yang jauh terlihat lebih feminim, rok merah panjang dan sweater merah darah. Rambutnya cokelat berkilau, Draco seperti melihat karamel. Juga memiliki senyum manis. Tipe yang akan Draco incar seandainya ia bukan lesbian.
Atau jika ia tidak memiliki kekasih.
Atau jika Harry tidak mendistraksinya dengan senyum yang lebih manis dari kopi karamel yang dipesannya pagi ini.
Fay menemani mereka berbincang-bincang. Sejujurnya Draco sedikit tertinggal dalam tema perbincangan ini. Harry dan Fay membicarakan rencana pride parade di Manchester Juli nanti dan membuat perjanjian untuk pergi bersama.
Fay seorang aktivis dan sangat menggebu-gebu membicarakan soal kampanye anti diskriminasi untuk kaumnya. Harry juga lebih banyak mendengarkan pada akhirnya. Sementara Draco sibuk menatap Harry yang fokus mendengarkan.
"Jadi? Apa kalian sudah ada kemajuan?" Fay tiba-tiba saja berhenti dari pembicaraannya dan menunjuk telapak tangan Draco yang beristirahat di atas milik Harry. Seakan itu adalah gesture paling familiar. Terasa casual.
Harry yang tersadar menarik tangannya. Draco berusaha mengabaikan perasaan kecewa di hatinya.
"Jika yang kau maksud rekor baru dalam menerobos pasukan paparazzi? Ya, kami punya banyak kemajuan..." Draco tidak bermaksud mengeluarkan kalimat itu dengan nada sinis.
Fay mendesah dan terlihat tidak enak hati. Lalu Victoria memanggilnya, sesuatu tentang mesin kopi yang macet. Jadi, ia undur diri dan meninggalkan Harry dan Draco dalam keadaan canggung luar biasa.
"Tidak ada paparazzi disini... Kau tidak perlu capek-capek berakting..." suara Harry masih mengesankan kelelahan sangat.
"Tapi tetap ada banyak orang di sini. Gadis di meja sebelah diam-diam merekam kita dengan kamera hpnya, apa kau sadar?" Harry menggeleng. Dan membiarkan hatinya mencelos. Draco hanya melakukan semua ini ketika ada kamera di sekitar mereka.
Draco hanya bersikap profesional, Harry berusaha mengabaikan suara-suara di kepalanya yang berkata bahwa Draco mungkin punya perasaan lebih pada Harry.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Folie à Deux 🌟 Drarry [⏹]
Roman d'amour"Terkadang, kita merasakan kenyataan dalam kebohongan." Atau Draco dan Harry terpaksa bertingkah seperti sepasang kekasih untuk mendongkrak popularitas masing-masing. Harry Potter dan keinginannya untuk keluar dari sebutan 'aktor kelas dua'. Sement...